Chapter 13

302 89 10
                                    

13 | CLUE

Kapan terakhir kali aku mengundang laki-laki ke rumahku untuk makan malam?

Aku bahkan tidak ingat pernah punya teman laki-laki bahkan kekasih. Oh, Jungkook sering kemari bahkan sudah dianggap seperti saudaraku sendiri oleh orang tuaku jadi yah, dia tidak masuk hitungan. Lagipula, obrolan antara Jungkook dan ayahku pun terbilang santai dan apa adanya, bukan jenis obrolan serius yang nyaris membuatku tercekik layaknya sekarang. Jungkook jelas tipe idaman ibuku, jadi dia pun tidak pernah diperhatikan sedemikian rupa sampai ibu hanya fokus kepadanya. Jadi, yah, ini pertama kali setelah sekian lama.

Taehyung punya aura mengintimidasi yang justru membuat kedua orang tuaku menatapnya kaku.

"Terima kasih sudah mengundang saya, Tuan dan Nyonya," sapanya hangat dan tersenyum kecil. Ibuku balas tersenyum, sedangkan ayahku masih terlihat tegang.

"Kau tahu kan aku mengundangmu untuk apa? Selain untuk duduk dan makan malam saja?" Pertanyaan ayah nampak sinis, aku berusaha menahan suaraku agar tidak langsung menimpalinya. "Kau di sini untuk menjelaskan kepada kami tentang semuanya, hubungan apapun itu dengan putri kami."

Taehyun mengangguk. "Tentu, Tuan. Pertama-tama, saya hendak minta maaf karena pertemuan kita tidak berlangsung lancar, begitupun pertemuan terakhir. Saya sangat mengesalinya. Karena Anda telah mengundang saya, saya sangat tersanjung untuk itu. Saya berharap saya dapat menjaga Dahyun dengan sebaik-baiknya. Sebagai penjaganya, saya berjanji akan melakukan yang terbaik."

Ayah mengerang samar. Wajah beliau sekaku kertas yang baru dicetak, dari postur bahunya, aku tahu beliau sebenarnya ingin langsung menyemburkan amarah ke arah Taehyung. "Dan kau langsung mengajak Dahyun ke balai untuk setuju sebagai pasanganmu? Begitu? Tanpa persetujuan kami?"

"Appa! Bukan begitu, maksudku, aku sudah dewasa. Aku sadar betul dengan keputusanku, jadi aku minta maaf kalau itu membuatmu tidak senang tapi aku tidak dipengaruhi siapapun dan Taehyung tidak pernah memaksakku."

"Dahyun, jangan menyela saat Appa bicara," ujar Ibu Dahyun cepat.

"Tetap saja, kalian harus tahu yang sebenarnya; aku dan Taehyung sama-sama berpikiran terbuka waktu setuju sebagai pasangan."

Aku tidak dapat menahan diriku. Seolah ada tombol push yang baru ditekan kuat-kuat tiap kali ada yang menyinggung hubungan kami. Bukan apa-apa, kebanyakan dari mereka terus khawatir, seperti Jungkook. Padahal, bisa dilihat, Taehyung dapat dipercaya dan aku sangat percaya kepadanya.

"Kumohon, mengertilah," aku bergumam pelan. Aku terkesiap singkat waktu menyadari Taehyung menggenggam tanganku di bawah meja seraya meremasnya erat.

"Saya paham kalian mungkin khawatir. Memang sepatutnya demikian, saya memang bukan seorang malaikat dan saya tidak punya pengalaman apapun sebagai penjaga. Tapi, satu hal yang pasti adalah saya ingin melindungi Dahyun. Melihatnya terluka seperti kemarin cukup membuat saya hancur, Tuan."

Makanan kami pun muncul. Ada beberapa pelayan di rumah yang sengaja memasak banyak hari ini. Tapi ketegangan itu bagaikan jarum besar yang membeku, di tengah-tengah kami dan terus menyakitkan hati. Aku menghela napas, menautkan tanganku dengan tangan Taehyung yang dingin. Ini tidak akan mudah. Jelas, tidak akan pernah mudah.

Ayahku memimpin doa, begitu pun Ibuku yang mampak khusyuk di sebelahnya. Aku melirik Taehyung yang balas melirikku, dan dia tersenyum kecil seolah bilang; Tidak apa, kita akan temukan caranya. Kita selalu begitu.

.

.

Daging lezat, wine segar, buah-buahan dan dessert menggiurkan. Seharusnya aku dapat menikmati makan malam barusan, tapi tidak, semuanya berubah muram. Aku bahkan dapat merasakan aura gelap yang memenuhi tiap jengkal ruang makan kami yang selama ini nampak hangat karena lampu-lampu kristal tinggi warna oranye pucat.

SPARKLING & DAZZLING BLUE | kim th (Full-Length Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang