Chapter 28

240 41 7
                                    

28 | NEW BEGINNING

"Aw." Aku setengah terkejut mendapati jariku tergores knop pintu yang punya ujung cukup tajam sewaktu aku raih. Darah itu menetes ke lantai pucat biro, kemudian aku bergegas meraih sapu tanganku untuk menyeka sedikit darahnya. Ada sensasi ngilu dan nyeri, namun aku baik-baik saja.

"Nona, apa yang kau lakukan..."

Seseorang muncul, mengenakan jas putih bersih. Dia menatap jariku yang terluka lantas mengeryit. Dari sakunya, dia mengeluarkan plester kecil dan membalutnya di lukaku. "Selama kau di sini, kau harus paham bahwa kau tak boleh sampai terluka. Darahmu sangat memengaruhi kami." Aku langsung sadar ke mana arah pembicaraan itu, jadi aku menarik tanganku dan mengangguk. "Nah, kau akan ke mana?"

"Aku disuruh menunggu sebelum pemeriksaan pagi ini," jawabku pelan.

Ia langsung bantu membukakan pintu. "Silakan." Setelah masuk, ia menutup pintu dan aku duduk setengah bingung. Ruangan itu serba putih, meja bundarnya bening dan aku duduk menunggu. Sebenarnya janjinya jam delapan tapi aku takut ketiduran atau tak sengaja melupakannya, jadi aku datang lebih pagi. Taehyung mengantarkanku sampai ke lobi biro kemudian dia ada urusan sebentar. Katanya, hanya sejam lalu menyusulku. Dia mempercayakanku pada sejumlah penjaga ayahnya.

Sebenarnya, aku tak masalah. Sendiri atau ditemani, aku tidak akan tersesat atau apa. Mungkin tidak terasa nyaman, tapi perjalanan dari apartemen kami sampai ke pusat biro sangat tertutup dan penuh penjaga bersenjata, jadi aku bisa dipastikan aman dari segala bentuk hal yang menakutkan.

Termasuk, serangan vampir.

Berita tadi pagi menyebutkan bahwa populasi vampir makin melonjak, meskipun sebagian sakit seperti Taehyung. Mereka terus menggandakan pasukan, kemudian pihak kerajaan pun tak mempermasalakan itu. Aku jadi bertanya-tanya, akan sebanyak apa vampir di sini? Membayangkan itu hanya mengundang bulu kudukku meremang hebat.

Pintu terdorong. Satu dokter muda tersenyum padaku. "Nona Dahyun, mari ikut saya," ajaknya dengan sopan. Aku bangkit dan mengangguk. Biro seperti tempat yang tak mengerikan. Aku sepertinya mulai terbiasa.

*

*

Dokter muda itu telaten mengambil sampel darahku, kemudian mengeceknya sebentar. Bisa dipastikan dia pun vampir, namun pembawaannya sangat elegan dan tenang. Ditinggal berdua di ruangannya, aku tak merasa panik atau semacamnya. Dia juga mengobrol santai denganku seperti teman lama, kemudian menceritakan soal huniannya, pekerjaannya, atau pagi tadi dia lupa menghabiskan kopinya karena mendapatkan kabar aku sudah datang di biro. Aku meminta maaf, namun dia menggeleng dan senang melihatku secara langsung.

"Sebelum kau datang, kami dapat instruksi khusus dari Direktur, kami sangat senang," katanya. Dia kembali memeriksa sampel itu, dan terlihat serius. "Kau manusia pertama yang kami tangani."

Aku mengangguk, memperhatikan akuarium penuh ikan warna oranye. Menatapnya menimbulkan efek tenang, apalagi ikan-ikan itu lincah. Dokter itu memperhatikanku dan tersenyum lagi. "Kau suka? Aku baru mendapatkannya kemarin. Itu membuat ruanganku lebih hidup."

"Ya. Cantik."

Dokter itu mengecek berkas di map hitamnya, kemudian menelepon seseorang. Aku masih duduk manis di kursiku, menatap ruangannya. Untuk ukuran dokter, ruangannya terlihat mungil namun rapi. Rak buku penuh jurnal dan modul, meja panjang yang terkesan minimalis, ranjang pemeriksaan, rak-rak lain yang tertutup, dan ada lemari berisikan jasnya, serta gantungan tinggi. Lampunya mungil dan memberi kesan sedikit hangat.

Dia mendekatiku. "Nah untuk pemeriksaan pagi ini beres. Temui aku nanti sore. Terima kasih, Dahyun." Ia memandangiku dan mengantarkanku sampai ke lobi. Aku berterima kasih dan mendapati mobilku sudah menunggu. Well, tidak buruk. Bahkan lebih cepat daripada dugaanku. Tak lupa aku menghubungi Taehyung untuk langsung pulang saja, karena aku pun akan pulang jadi kami tak berselisih jalan.

*

*

Evigheden tak punya taman luas. Tapi mereka membangun taman indoor demi diriku. Aku baru menyadari sewaktu membuka ruangan paling ujung, kemudian pemandangan cantik itu tersaji. "Kami punya sistem pengairan yang bagus. Jadi intinya kau tak perlu bersusah payah," jelas Taehyung. Rumputnya begitu asli, begitupun jejeran bunga-bunga dan tanaman yang terlihat sehat, terawat.

Aku berjongkok, menyentuh bunga mawar dan mengangguk. "Ini bagus."

"Aku akan membawa lebih banyak tanaman kalau kau suka."

"Hm, ide bagus." Satu hal soal Evigheden yang tak hanya menyimpan misteri dan vampir, ternyata ada kecantikan yang tersembunyi. Taehyung ikut berjongkok di sebelahku.

"Bagaimana pemeriksaannya? Lancar?"

"Yah, lancar." Namun matanya turun ke jariku. "Hm, hanya terluka ringan saja."

"Kau tak boleh terluka. Darahmu... itu bisa jadi hal serius."

"Tidak apa, aku hanya ceroboh, tapi tak apa." Aku coba menghiburnya, kemudian memandangi lagi tanaman-tanaman. Aku suka pohon jeruk mungil, aku juga suka beberapa jenis bunga, termasuk daffodil. Setelah mengamati taman itu, aku makin bersemangat untuk hidup dengan baik di sini. Taehyung memandangiku. "Jadi bagaimana urusanmu?"

"Beres. Aku punya lebih banyak waktu denganmu. Sebenarnya, aku menyesal tak bisa mengajakmu berkeli..." Terdengar bunyi bel. Taehyung memintaku menunggu, kemudian dia pergi keluar area taman. Setelah beberapa saat, terdengar suara yang cukup ribut. Aku turut keluar dan mendapati Taehyung sedang berbicara dengan tiga orang pria besar. Mereka terkejut, mengeryitkan hidung mereka dan agak mundur setelah melihatku.

"Um, si manusia."

"Dia di sini."

Taehyung otomatis memintaku untuk berada tetap di belakang punggungnya. "Kami tak menerima undangan apa pun. Dia di bawah pengawasan biro dan ayahku."

Si lelaki rambut cokelat mengangguk. Matanya menyorot penuh waspada. "Kami tahu, tapi ini undangan langsung dari pangeran. Kau tak bisa menolaknya."

"Yah, dan ini undangan bertemu yang formal. Tidak usah khawatir."

"Sebagai penjaganya, kau seharusnya tak perlu secemas itu. Kau pasti akan melakukan apa pun untuk menjaganya, kan?"

Taehyung menggeram. "Maka dari itu, takkan aku biarkan. Aku tak mau datang," katanya tegas. Aku memandangi mereka. Pangeran? Mengundangku? "Kami tak punya urusan apa pun."

"Ini hanya undangan sebagai sambutan hangat," bujuk si rambut hitam. "Berhenti bersikap terlalu takut begitu." Ia mulai berjalan maju, dan Taehyung langsung memasang sikap tegang, menahanku agar tetap berdempetan dengannya.

"Mau apa kau?"

"Ayolah, kami tak mungkin kembali dengan penolakan begitu. Kalau kau beruntung, kau bahkan akan dapat hadiah dari mereka."

Kalungnya!

Aku hendak memekik, namun aku urungkan. Tak mungkin menyebutnya dengan antusias sekarang. Apalagi Taehyung masih terlihat geram dan tak senang. Tapi kalungnya... Apakah mungkin....

[]

Haii!! Makasih udah nunggu cerita ini terus :D semoga bisa aku lanjutin yaa

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SPARKLING & DAZZLING BLUE | kim th (Full-Length Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang