16 | SWEET YOU
Taehyung tersenyum bangga. Sesaat aku mengekorinya sampai ke dalam penthouse, aku pikir, aku mulai terbiasa dengan tempat ini. Apalagi, ini bukan kunjungan yang pertama, dan aku sudah antisipasi untuk bisa beradaptasi jika memang ingin pindah kemari. Oke, pindah agar terdengar serius, mungkin harusnya kabur, karena aku yakin ibu atau ayah pasti tidak setuju kalau aku benar-benar pindah. "Kejutan!" pekik Taehyung, membuyarkan lamunanku.
Aku langsung melotot dengan kamar besar dengan walking closet penuh dengan pakaian termasuk gaun-gaun mahal. Di sisi lain, ada juga tumpukan tas-tas masih terbungkus kardus eksklusif dengan sepatu-sepatu cantik. "Apa—apa ini?"
"Hadiah untukmu."
"Tapi ini tidak perlu," kataku, masih diliputi keterkejutan. "Aku tidak bisa menerima semua ini."
"Kau tidak suka?"
Aku tersedak napasku. Dengan banyak gaun berwarna lembut dan terlihat anggun, mana bisa aku tidak menyukainya? "Bukan begitu. Aku tidak bisa menerima hadiah sebanyak ini apalagi darimu."
Taehyung bergegas mendekatiku, memandang ekspresi bingungnya. Sejenak, dia sengaja mendekatkan wajahnya ke sisi wajahku. "Kenapa? Tidak boleh?"
"Ya! Tidak boleh! Aku tidak mau merepotkanmu." Mungkin didikan ibuku agak keras tapi beliau paling melarangku kalau menyangkut hadiah dari orang lain, apalagi sebanyak ini. Merepotkan, seperti ibu dan ayah tidak pernah membelikanmu saja, Dahyun. Aku memandang dengan resah. "Aku tidak bisa."
"Tapi, kita kan akan tinggal bersama dan aku mau kau mulai terbiasa dengan semuanya. Kau tahu, ini tidak merepotkan sama sekali, kalau itu yang kau khawatirkan." Taehyung memandang ruangan bercat putih itu dan tersenyum. "Selama ini, aku tidak pernah punya sosok yang perlu aku puja bahkan perlu aku belikan ini itu. Sekarang kau di sini, aku harus melakukannya, jadi, kumohon, jangan ditolak, ya?"
Wajahku memerah. Aku sadar, Taehyung juga memperhatikan betapa rona merah itu merambati sepasang pipiku tanpa bisa dicegah. Sewaktu Taehyung meraih rahangku, dia menyurusi garis-garis kemerahan yang terbentuk di pipiku dengan jemari panjangnya yang terasa sekaku es.
"Aku senang kau di sini, Dahyun. Tempat ini akan lebih hidup, aku jadi lebih hidup," gumamnya dengan senyuman awet. Taehyung mulai menarik tangannya dari wajahku dan mulai bergerak untuk membuka laci-laci berisikan perhiasan pula.
Aku belum mau pingsan, ya Tuhan! Aku langsung mendekatinya dengan napas tertahan. "Ini .. sangat berlebihan." Sejauh ini, aku sadar Taehyung bukan dari kalangan vampir biasa. Tapi? Punya harta sebanyak ini untuk diberikan?! "Aku .."
"Ssh, aku tidak menerima penolakan, sayang."
.
.
Seusai berendam dengan air hangat, aku menatap pantulan diriku di cermin kecil berembun. Tulang pipiku lebih cekung dengan tulang bahu lebih menonjol. Jika stres, aku memang cenderung turun berat badan. Hanya saja, aku jadi lebih cemas karena stres ini akan berkepanjangan. Padahal aku hidup enak di sini, mengapa rasanya seperti beban? Aku meraba sepanjang leherku, memang tidak ada bekas yang terlihat. Hanya saja, aku sadar bahwa Taehyung pernah menyentuhku di sana, bahkan menuntutku untuk lebih santai dengannya. Di saat, aku yakin jantungku hampir melompat keluar.
Kami bersama sekarang. Jarak itu terhapus.
Aku tersenyum malu-malu kemudian mulai mengusap rambutku yang basah dengan handuk yang lebih kecil dan berhenti lagi untuk menatap pantulan diriku di cermin. Ada banyak tipe gadis cantik di luar sana, bahkan tersebar di sepenjuru kampus. Ada banyak gadis yang punya pesona memikat di luar sana, mengapa aku? Bukan bermaksud sok pede, tapi yah, aku agak bangga karena aku yang malah berhadpan dengan Taehyung. Mungkin agak terdengar narsis, tapi yah, aku cukup cantik kalau dilihat-lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARKLING & DAZZLING BLUE | kim th (Full-Length Version)
FanfictionSejak kecil Dahyun sadar bahwa ia kerap menarik masalah. Tidak terhitung berapa sering Dahyun terjebak di situasi hidup dan mati. Ibu Dahyun mengatakan bahwa malaikat penjaga Dahyun sosok yang arogan hingga dia tidak menunjukkan sosoknya atau melaku...