21 | GOT YOU
Langkah tergesa-gesa itu mengusik telinga. Aku menoleh, mendapati Ibu sudah berhambur mendekatiku dengan wajah paniknya. Sementara itu, Ayah lebih tenang dengan langkah pelan hingga bergabung dengan kami. "Sayang, bagaimana? Kau masih.. merasa mual atau pusing?" Ia mulai menunduk untuk memperhatikan tubuhku. "Kau merasa sakit?"
"Tidak, Eomma. Aku sudah membaik," jawabku pelan. Dengan takut, aku beralih pada ayahku. Seperti yang sudah ditebak, dia memasang tampang dingin dengan bibir mengatup. Namun, dia lebih dahulu menduduki kursi yang semula ditempati Direktur Kim. Sekarang, dia jadi lebih serius daripada biasanya.
"Dengar, kalau terjadi hal seperti ini, jangan lupa menghubungi kami. Aku dan ibumu sangat kaget waktu pihak rumah sakit menelepon secara mendadak."
"Tapi dia mana mungkin bisa menghubungi kita! Kau ini!" protes Ibu Dahyun keras. "Yang terpenting, kau sekarang sudah sadar. Aku sangat takut, ya, aku pikir kau kecelakaan atau apa."
Aku menyunggingkan senyuman tipis. "Tetap saja, maafkan aku." Setelah perawat mengantarkan hasil lab itu, aku benar-benar tidak bisa berpikir. Bahkan memegang ponsel pun aku ragu. Aku positif keracunan. Bukan keracunan biasa tapi dalam aliran darahku ditemukan sejumlah nyawa berbahaya hingga kalau tidak cepat ditangani, racunnya dapat menyebar. Untung saja, mereka punya serum penawarnya, yang mungkin bekerja kurang dari dua jam dari sekarang. Tapi yah, itu tidak seresisten itu. Jika aku kontak lagi dengan Taehyung, aku mungkin jatuh lebih parah.
Ayahku melipat tangan di depan dada. "Di mana Taehyung? Dia yang membawamu kemari, kan? Aku tidak melihatnya di mana pun sejak tadi," gumamnya. Apalagi dengan ruangan terlampau besar ini, Ayah jelas jadi lebih sadar bahwa yah, Taehyung yang menempatkanku dengan sengaja di ruangan khusus ini.
"Kurasa dia akan kemari sebentar lagi."
Ibu mengusap sisi wajahku. "Sayang, kalau sakit, jangan ditahan, oke?" Ia mengecup keningku lembut kemudian mulai mengusap rambutku. Aku tahu, sesering apapun Ibu mengomel tiap kali aku terluka, tiap kali ceroboh, tiap kali aku pulang dengan memar atau luka di wajah, dia sebenarnya panik. Di balik omelan itu, Ibu punya segudang kekhawatiran yang beliau rasakan tiap waktu.
Aku pun mengangguk, mengusap tangannya yang masih tersampir di sisi wajahku.
.
.
Taehyung muncul dengan langkah berat. Dari mulai dia berada di pintu sampai di sisi ranjang aku tempati, aku merasakan dia teramat terbebani. Sampai aku mendongak, Taehyung masih terlihat tegang dengan bibir tertekuk rapat. "Dahyun, kau masih merasa mual?" tanyanya persis seperti ibuku. Oh ya, mereka sedang keluar sebentar karena Taehyung meminta izin langsung agar kami bicara berdua.
"Aku.. mulai membaik."
"Ini tidak akan terjadi lagi," tukasnya kemudian mengatupkan rahang. Dengan tatapan murung begitu, aku jadi merasa lemah di hadapannya. Apalagi Taehyung nampak kaku menatapku. Seolah yah, dia takut berada di sisiku. Seolah akan melukaiku lagi. "Aku bersumpah."
"Apa maksudmu?" Dengan nada suaranya yang sekaku robot, aku tidak suka. "Kita akan cari jalan keluarnya."
"Kau hampir mati tadi, Dahyun!" pekiknya. "Aku tidak akan membiarkan.. sialan, aku tidak akan pernah membiarkan diriku membuatmu menderita lagi." Aku melihat kepedihan melintas di wajahnya. Taehyung menghela napas berat dan mulai duduk.
"Tae.."
"Kau lihat, kan? Sulur itu ada di wajahmu, tubuhmu. Aku sudah bersamanya beratus-ratus tahun dan tidak mungkin untuk manusia sepertimu menanggungnya juga. Itu akan berat." Taehyung mulai memberanikan diri meraih tanganku dan mengecupnya pelan. "Kita tidak akan terlibat kontrak lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARKLING & DAZZLING BLUE | kim th (Full-Length Version)
FanfictionSejak kecil Dahyun sadar bahwa ia kerap menarik masalah. Tidak terhitung berapa sering Dahyun terjebak di situasi hidup dan mati. Ibu Dahyun mengatakan bahwa malaikat penjaga Dahyun sosok yang arogan hingga dia tidak menunjukkan sosoknya atau melaku...