25 | CALLING FROM NOWHERE
Tidak pernah aku merasa selesu ini. Setelah diizinkan pulang dan berbaring di kamar penthouse Taehyung, aku masih merasa seperti boneka perca tanpa nyawa—bingung, pusing, mual dan lemas. Aku memiringkan tubuh, mendapati Taehyung sudah menatapku lurus.
"Kalau kau merasa makin parah, kita akan ke rumah sakit lagi." Seperti biasa, dia jadi dingin dan muram. Aku paham, dia pasti menyalahkan dirinya lagi.
"Tae, aku hanya butuh tidur," jawabku dan mulai berbaring lurus. Aku tidak paham dengan tubuhku sendiri. Seiring waktu, aku makin ingin merutuk; kok aku sangat lemah! Payah! Sakit-sakitan terus! Tapi makin lama, aku jadi makin lemas karenanya. Aku tidak paham dengan cara tubuhku bekerja, layaknya ini bukan tubuhku.
"Tadi... dokter yang merawatmu mengatakan sisa racun itu masih dan dan kemungkinan akan tetap di sana. Kau tidak boleh terlalu lelah atau stres."
Dan acara jalan-jalan tadi, kesenangannya, hiburannya, bahkan tutur kata hangat Taehyung sudah menguap. Kulihat dia mengatupkan rahang seraya mengepalkan tangan. Jangan. Jangan seperti ini.
"Taehyung, mau denger cerita lucu?"
Ia melirikku, nampak enggan.
"Waktu kecil aku pernah tertinggal di kereta. Aku pergi ke kota seberang sendirian, masih begitu polos, kemudian aku pikir hidupku akan berakhit waktu ada yang berusaha membawaku kabur. Aku tidak bermaksud menakut-nakutimu, aku juga pernah terjatuh di ngarai waktu liburan ke rumah nenek. Aku pernah terluka waktu bermain di pantai, pernah hampir tetabrak truk, hampir terhantam bus, aku juga pernah salah makan sampai keracunan seminggu penuh. Pokoknya, aku sudah sering mengalami yang begini."
Taehyung menatapku nanar. "Tapi bukan berarti kau akan selamanya beruntung, Dahyun."
"Nah, aku pikir sejak kita bersama keadaannya membaik, Tae. Aku lebih hati-hati, kau menjagaku, kita hidup enak bersama. Aku tidak masalah, dan aku pikir keberutungku terisi penuh lebih dari sebelumnya." Aku beranikan diri mengusap tangannya, hingga Taehyung meremas tanganku erat. "Aku janji, aku akan membaik."
Taehyung mengangguk. Wajahnya jadi mirip anak kecil yang takut ditinggal pergi. Aku? Pergi? Tidak mungkin. Sejauh ini, nyawaku lebih daripada kucing paling sakti sekalipun, aku akan membaik. Yah, semuanya berawal dari mindset, kan? Aku berpikir positif, maka yang terjadi pun begitu.
.
.
Ayah Taehyung jelas tidak menyangka kami muncul di ruangannya, satu tempat ekslusif di rumah sakit. Jelas dia tidak menyangka putranya akan memasang wajah setengah memohon dan setengah serius. "Aku sudah menerima laporannya. Dahyun, kau merasa sakit yang parah semalaman ini?"
"Um, tidak. Sedikit pusing tapi aku minum aspirin dan tertidur."
Ayah Taehyung mengangguk, mempersilakan kami duduk. "Mungkin aku akan terkesan terburu-buru, tapi kita akan memeriksa ulang Dahyun setelah ini. Aku akan mengambil sample darahnya dan memanggil jajaran dokter terbaik di sini. Pokoknya, Nak, jangan khawatir."
Taehyung melirikku sejenak. "Terima kasih."
"Tapi aku punya pertanyaan penting di sini."
"Apa, Tuan?" tanyaku penasaran. Sejauh ini, aku tidak tahu beliau—orang sangat penting di sepenjuru rumah sakit besar ini—punya rasa penasaran terhadapku. Aneh, tapi aku semakin terdesak untuk bertanya padanya, agar tidak penasaran lebih lanjut.
"Bagaimana bisa kalian dipasangkan—"
"Itu takdir," jawab Taehyung. "Aku juga tidak dapat memilihnya, begitupun Dahyun. Kami... seperti ini. Kau tahu betul semua proses sejak awalnya, bahkan momen aku menanti Dahyun di waktu yang tepat. Jangan banyak berpura-pura," tukas Taehyung. Aku dengar suaranya berubah tajam dan kasar. "Aku sekarat, selalu seperti itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARKLING & DAZZLING BLUE | kim th (Full-Length Version)
FanfictionSejak kecil Dahyun sadar bahwa ia kerap menarik masalah. Tidak terhitung berapa sering Dahyun terjebak di situasi hidup dan mati. Ibu Dahyun mengatakan bahwa malaikat penjaga Dahyun sosok yang arogan hingga dia tidak menunjukkan sosoknya atau melaku...