Chapter 26

197 47 7
                                    

26 | THE PLAN

Dua minggu waktu yang mereka berikan. Jujur, aku gugup, namun aku tidak bisa menunjukkan begitu saja. Di hadapan Taehyung, aku harus yakin atau dia akan membatalkan semuanya. Ayah Taehyung pun nampak antusias, menyokong segala kebutuhanku, bahkan membuat kontrak perjanjian bahwa selama aku di sana aku sepenuhnya tanggung jawab biro, kemudian tidak akan ada prosedur di luar yang tidak aku setujui. Pokoknya, semua diatur sebaik mungkin agar membuatku nyaman, dan "cocok" di sana.

Yah, meski bayangan satu wilayah dengan populasi penuh vampir terasa mengerikan, aku harus tetap pergi.

"Jadi, bagaimana maksudnya?" Ayah sudah mendelik curiga. "Kunjungan?"

"Yah, mereka butuh bantuanku."

"Nak, ini sangat berbahaya." Sejam terakhir aku sudah berbusa-busa menjelaskan, sekaligus memberikan kontrak pada mereka. Jalan terakhir mungkin aku harus menelepon ayah Taehyung agar beliau yang turun tangan bicara juga. "Aku tetap tidak setuju."

Ibuku pun mengangguk. "Yah, astaga, ini masalah besar."

Sementara itu, Taehyung menatapku sejenak, kemudian memandang mereka bergantian. "Saya akan menjaga Dahyun secara penuh di sana. Saya bersumpah, sesuatu yang buruk tidak akan terjadi. Sumpah dengan segenap jiwa saya."

Ibu memerhatikan. Dari binar matanya, aku tahu beliau sangat cemas. Sementara itu, ayahku hanya memandnagiku dan Taehyun dengan bibir mengatup. Mode serius. Ayah tidak pernah senang jika aku mengorbankan waktu serta tenagaku untuk hal semacam ini.

"Bagaimana kuliahmu, Dahyun?" tanyanya lagi. Seolah stok pertanyaan ayah menggunung dalam benaknya. "Tidak mungkin kau meninggalkannya begitu saja."

"Aku sudah mengurus pengajuan cuti selama satu semester penuh, Appa."

Ibuku mendesah pelan. "Tetap saja. Berada jauh darimu, apalagi di tempat semeranyamkan itu hanya membuatku khawatir tidak berhenti. Kau sangat yakin ingin pergi, ya?" tanyanya, memastikan. "Ini jelas bukan kunjungan biasa, dan jelas, statusmu yang sebagi manusia akan menarik mereka... dan ..."

"Eomma, aku bisa jaga diri."

"Kau selalu bilang begitu, lantas berakhir di rumah sakit," balasnya cepat. Ibuku mengusap matanya. "Aku tetap berat melepaskanmu." Sejenak, aku menundukkan wajahku. Memang bukan rahasia lagi kedua orangtuaku mudah cemas bila menyangkut diriku. Yah, aku kdang tidak dapat diandalkan, semboro, suka celaka, tapi kan, kali ini aku benar-benar difasilitasi dan ada jaminan kesehatan pula. Aku yakin, semuanya berjalan lancar.

"Aku mau Taehyung membaik, Eomma, Appa. Jika kalian di posisiku, kalian akan mengambil keputusan yang sama? Jika Appa di posisiku, Eomma akan memilih pilihan yang sama kan?" Sekali lagi aku berusaha meyakinkan mereka. "Begitupun aku. Taehyung bisa diobati jika aku melakukan semua ini."

Taehyung terlihat menunduk pula, lantas meremas tanganku. Dia masih gemetaran. Momen ketika kami datang dan duduk berhadapan dengan orangtuaku sepertinya membuat dia teramat gugup. Satu langkah lagi. Kami harus hadapi.

*

*

Dua kali dalam sehari, ada perawat-perawat muda yang datang untuk mengecek keadaanku. Mereka akan memeriksa kondisi tubuhku dengan telaten, mencatat beberapa hal, kemudian mengobrol ramah. Kedatangan mereka sudah seperti teman lama. Mereka memang menyenangkan saat diajak berbicara, hampir membuatku lupa bahwa ini pemeriksaan yang diperintah langsung oleh ayah Taehyung.

"Oke, beres untuk hari ini. Tinggal seminggu lagi sampai hari keberangkatan," umumnya lantas tersenyum. "Kau pasti gugup, ya?" Seketika dia membenahi peralatan medisnya ke kotak putih yang dibawa.

SPARKLING & DAZZLING BLUE | kim th (Full-Length Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang