Chapter 21

27 9 4
                                    

Ara berlari dengan kencang setelah mengetahui apa yang terjadi, ia benar-benar tidak menyangka akan terjadi.

Saat sudah berada di depan pintu, Ara terdiam, merapikan pakaian dan menyela keringat yang ada di mukanya.

Tok.. tok.. tok..

"Siapa?" ucap seseorang yang berada di dalam kamar itu.

"Ini aku, Ara."

"Ara?" Ara sudah menduga bahwa lelaki itu akan terkejut ketika mendengar namanya.

"Mengapa kau datang ke sini?" tanya lelaki itu dengan gugup.

"Sebelumnya, bolehkah aku masuk?"

Lelaki itu tampak berpikir sebelum akhirnya menjawab.

"Hem.. bo-boleh."

Ara menghembuskan nafasnya terlebih dahulu sebelum akhirnya mendorong pintu itu dan masuk. Hal pertama yang dia lihat adalah seorang lelaki yang ia sayangi terduduk di kasur.

Ara mendekat, dan duduk di kursi sebelah kasur itu. Ia benar-benar tidak menyangka. Tapi ia bersyukur karena lelaki ini dapat bertahan.

"Kenapa gak bilang, Gyu?" tanya Ara kepada lelaki yang sedang duduk di ranjang rumah sakit. Beomgyu tampak berpikir, ia memandang wajah gadis yang ia sayangi juga.

"Aku gak mau bikin kamu khawatir dan juga aku gak mau kamu merasa terbeban."

Ara memegang tangan Beomgyu lalu mengusapnya dengan jari, tangannya terasa dingin, dengan sigap Ara menghangatkan tangan itu dengan sebuah sentuhan dan ciuman singkat.

Beomgyu terkejut? Tentu saja Beomgyu terkejut, ini pertama kalinya dia dicium, bukan di bibir bukan di pipi tapi di tangan. Seketika pipinya langsung merah begitu saja.

"Aku tidak akan berpikir seperti itu, Gyu" ucap Ara sambil mengusap tangan Beomgyu. Beomgyu tampak terdiam. Kedua insan yang ada di dalam ruang itu tidak berbicara lagi, hanya gerakan-gerakan yang terdengar.

"Ra."

"Iya?"

"Aku punya sebuah permintaan, mau kan kamu kabulkan?"

"Apapun itu."

Beomgyu tampak berpikir sebelum akhirnya ia kembali berbicara.

"Mungkin waktuku tidak akan lama, permintaan aku yaitu aku ingin kamu selalu bahagia, selalu tersenyum, jangan sampai kamu nangis, ingat aku akan selalu ada di sampingmu sedih maupun senang."

Ara terkejut mendengar ucapan Beomgyu, air mata yang sedari tadi ia halangi sekarang sudah runtuh. Dengan segera, Ara menghapus air mata itu.

"A-Apa maksudmu, Gyu?" tanya Ara yang sangat tidak percaya dengan apa yang diucapkan Beomgyu.

"Aku tidak tau apa itu akan menjadi sebuah kenyataan atau tidak. Tapi jika aku sudah menghitung dari sekarang, apa itu boleh? Aku tidak bermaksud untuk membuatmu sedih, tapi... ak—"

"Stop Gyu, jangan bicara seperti itu lagi. Aku tidak tahan. Jika Tuhan sangat menyayangi, pasti dia akan memberikanmu kesempatan sekali lagi! Jangan bicara seperti itu, Gyu. Bagaimana jika ada yang mendonorkan?"

Beomguu tampak terdiam, apa ucapan Beomgyu salah? Aku masih belum tau apa yang akan terjadi nanti! Tapi..

"Beomgyu!" teriak mamanya Beomgyu yang langsung masuk ke ruang, ia tampak kelelahan, tapi rasa kelelahan itu tak terlihat karena tergantikan oleh senyum bahagia.

"Iya, ma?"

"Ada yang mendonorkan ginjal, Beomgyu. Dan kata dokter, operasimu akan segera dilaksanakan, paling cepat besok! I-Ibu merasa senang mendengar itu" ucap mama Beomgyu yang menangis bahagia mendengar kabar bahwa mereka telah menemukan pendonor untuk Beomgyu.

Lit Candle | Choi Beomgyu | Kim AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang