Chapter 19

35 8 0
                                    

Sesuai perkataan kakaknya, Ara membuka kado misterius itu di kamarnya. Ia sangat penasaran dengan isi kado itu. Sampai-sampai ia tak mandi dan memilih untuk membukanya dulu.

Mata Ara berbinar saat melihat isi kado tersebut. Ternyata sebuah cincin yang dibuat dari sebuah batang dan bunga yang diawetkan menjadi sebuah cincin. 

Nara sangat suka barang seperti ini bahkan di cincin itu diukir namanya dengan seorang di samping bunga kecil itu.

Nara pun langsung mengambil dan memakainya. Melihat dan meneliti sekali lagi bagusnya cincin ini. Tapi matanya bertemu dengan nama yang ada di sampingnya.

Itu huruf inisial A dan G. Siapa itu? G? Ara masih berpikir sebentar. G? Tidak ada teman Ara yang huruf depannya G. Kalau dari bagian tengahnya, ada satu dan itu...

[🍁]


"Dek, lu lagi ngapain?"

"Lagi bobo, kak."

"Bangun gak? Ada bibi di luar, bantuin sini, bawaan bibi berat, bantuin cepat!"

Ara terpaksa bangun saat mendengar teriakan sang kakak yang sangat keras itu. Ia pun terpaksa bangun dan berjalan dengan malas ke pintu depan.

"Apasi kak?"

"Tuh, lihat.. bantuin tuh."

"Iya... Iya.."

Ara pergi keluar dan membantu bibinya membawa barang masuk tapi ia tak sadar jika ada seseorang di sana yang sedang melihatnya dan ikut membantu bibinya. Ara masih kurang sadar...

"Udah bi?"

"Udah kok, sana masuk lagi."

Baru selangkah Ara mau masuk tapi bibinya udah ngomong lagi.

"Eh iya, Ra. Anterin masuk dulu nih" ucap bibinya sambil mempersilahkan anak tersebut untuk masuk.

"Iya iya, bi" ucap Ara yang sebenarnya udah malas dia, pengen tidur lagi. Ara berbalik badan dan alangkah terkejutnya dia mendapati cowok yang selama ini ingin ia hindari muncul tepat di hadapannya.

Seketika wajah Ara berubah menjadi datar. Masih diam di tempatnya, Ara memandang lelaki tersebut dari bawah sampai atas.

"Ngapain bengong, Ra. Buruan kasih dia minum dulu, bibi tau dia ganteng" ucap bibinya sambil tertawa kecil.

"Ayo masuk."

Ara masuk diikuti lelaki yang kini menatap sekeliling rumah Ara. Dan disitulah muncul kakaknya yang sangat tinggi dengan gaya malasnya, tiduran di sofa.

"Tunggu disini dulu" ucap Ara kepada lelaki itu, kemudian Ara melangkahkan kakinya ke arah sofa dimana Soobin tiduran disitu.

"Kak, bangun, ada tamu." Ara mengencangkan tubuh kakaknya dengan keras, masih tak mau bangun? Ara menampar pipi Soobin dengan sedikit keras, masih gak mau bangun juga? Keenakan tidur banget.

Ara memikirkan sebuah ide untuk membangunkan kakaknya. Dan akhirnya satu ide pun muncul di otaknya.

Ara pergi ke dapur mengambil roti dan susu almond, lalu ia mendekatkan kedua makanan dan minuman tersebut di depan muka kakaknya.

"Em... Enak ya roti sama susu almond, ternyata ini yang bikin Kak Soobin jadi suka, habisin lah.." ucap Ara dengan segala aktingnya untuk membangunkan kakaknya.

Saat Ara ingin mengambil susu lagi, tangannya dicegat oleh tangan Kak Soobin yang besar itu. Ara menoleh melihat wajah kakaknya yang datar.

"Awas ya lu dek, minum punya kakak lagi. Kalau habis, lu yang beliin."

Lit Candle | Choi Beomgyu | Kim AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang