Koridor tampak dipadati oleh murid yang baru saja keluar dari kelas. Mereka berdesak-desakan berjalan menuju arah gerbang sekolah atau ke parkiran. Sangat sedikit yang berjalan berlawanan arah dengan kedua tempat itu. Mungkin hanya murid-murid yang masih ada urusan setelah jam pulang sekolah saja.
Seline menjadi salah satu orang yang berjalan berlawanan arah dengan gerbang sekolah ataupun parkiran. Dengan ditemani kedua temannya dia malah berjalan ke arah belakang sekolah. Bukan untuk ke kantin seperti biasanya, tapi untuk melakukan sesuatu yang membuat kedua temannya sampai sekarang masih ragu Seline akan melakukan itu.
“Lo yakin, Sel?” tanya Olive penuh keraguan.
Seline menoleh padanya. “Yakin lah. Kenapa emangnya?”
“Masalahnya, lo ini orang yang sama yang lebih milih ikut pelajaran akuntansi dari pada jadi supporter anak PASKIBRA yang lagi lomba. Lo nggak lupa kan kalau lo pernah menyianyiakan waktu free kita di jam pelajaran hanya karena nggak minat lihat anak PASKIBRA perform?”
Olive mencoba mengingatkan Seline pada dosanya. Dosa karena menyianyiakan tiket kebebasan begitu saja dan berujung harus tetap mengikuti pelajaran akuntansi. Padahal menurut Olive lebih enak jadi supporter karena mereka hanya harus duduk menonton dan berteriak menyemangati jika dibutuhkan dari pada harus menghitung angka-angka.
“Itu kan dulu sebelum gue kenal Agam. Kalau sekarang kita dapat kesempatan kayak gitu lagi ya pasti gue bakal milih jadi supporter lah,” jawab Seline santai.
Charisa memutar bola matanya jengah. Agam memang berhasil mengubah pandangan Seline terhadap anak PASKIBRA.
Seline yang dulu tidak menaruh minat sama sekali pada cowok PASKIBRA atau hanya sekedar menjadi supporter mereka di ajang perlombaan itu sekarang malah rela tidak langsung pulang hanya untuk menonton mereka latihan.
Dulu, di mata Seline cowok PASKIBRA itu gundul seperti tuyul. Sebagai cewek yang tidak suka cowok gundul, Seline sama sekali tidak tertarik dengan mereka.
Ada beberapa yang mendekatinya, tapi langsung Seline tolak saat tahu kalau mereka anak PASKIBRA. Padahal dia belum mengenal mereka lebih dekat atau bahkan melihat wajah mereka. Selain itu, Seline juga berpikir kalau cowok PASKIBRA pasti kusam dan kucel karena latihan di bawah terik matahari.
Namun, melewati semua bayangan dan perkiraannya, Agam malah tetap terlihat tampan walaupun panjang rambutnya hanya beberapa senti. Kulit yang dulu Seline pikir kusam itu malah membuatnya terlihat lebih macho.
Agam memang sudah berhasil mematahkan segala pemikiran-pemikiran buruk Seline tentang anak PASKIBRA.
Tanpa terasa kaki Seline dan kedua temannya sudah melangkah sampai di taman depan aula. Di sana mereka akan menonton anak PASKIBRA yang sedang latihan di bawah pancaran cahaya matahari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejarah Mantan (COMPLETED)
Teen FictionMengaum di depan orang lain, tapi mengeong di depan pacarnya. Begitulah Garrel Zarvian Arkadiksa. Dia memperlakukan pacarnya, Jaseline Tamara, layaknya ratu. Dia memastikan Seline selalu bahagia dan mendapatkan apapun yang dia inginkan selama di sis...