SM - 59. Penjelasan Seline

26.6K 5.4K 643
                                    

Melihat Agam lewat depan kelasnya membuat Seline yang berniat keluar kelas seketika mempercepat langkahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat Agam lewat depan kelasnya membuat Seline yang berniat keluar kelas seketika mempercepat langkahnya. Dia mencoba menyusul Agam yang langkahnya lebar dengan sedikit berlari.

Seline hanya bisa berharap semoga lantainya yang licin tidak membuatnya terpeleset karena lantai itu sudah banyak memakan korban, termasuk Mr. Misbel yang terpeleset karena berjalan menyeret seperti bermain ice kating.

“Gammy!” panggil Seline keras hingga membuat orang-orang yang berada di koridor ikut menoleh. Mereka mulai berbisik-bisik membicarakan panggilan Seline untuk Agam yang terdengar manis, namun menggelikan.

Agam berhenti melangkah saat mendengar ada yang memanggil nama gemasnya. Tanpa menoleh sebenarnya dia sudah tahu siapa yang memanggilnya karena hanya orang itu yang memanggilnya seperti itu. Namun, Agam tetap menoleh. Dia melempar tatapan bertanya pada seorang cewek yang saat ini melangkah menghampirinya.

“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Kamu nggak keberatan kan kalau kita ke kantin?” tanya Seline. Dia berharap Agam bersedia karena dia ingin kesalahpahaman ini cepat selesai.

Beberapa detik Agam terdiam seolah sedang berpikir lalu dia mengangguk. Memang lebih baik bicara di kantin daripada di koridor seperti ini yang bisa menarik perhatian orang-orang.

Seline tersenyum senang lalu mulai melangkah menuju kantin bersama Agam, mengabaikan sorot mata penuh keingintahuan dari orang-orang yang sedari tadi memperhatikan mereka.

Sejujurnya Agam tidak begitu suka berjalan bersisian dengan Seline seperti ini. Bukan karena dia tidak menyukai Seline, tapi karena dia selalu menjadi pusat perhatian setiap bersama Seline. Sebelum ini dia tidak pernah berada di situasi ini, membuatnya belum terbiasa dan tidak nyaman saat menjadi pusat perhatian secara tiba-tiba.

Agam selama ini memang cukup populer, tapi orang-orang masih segan untuk menatapnya secara terang-terangan. Sikap dingin yang Agam miliki menjadi salah satu alasan mereka tidak berani menatap Agam lekat atau bahkan menyapanya.

Seline dan Agam memilih duduk di salah satu bangku kosong yang tersisa. Diam-diam Seline menghela nafas lega saat tidak menemukan Garrel di kantin. Dengan begitu Seline bisa mengobrol nyaman dengan Agam tanpa adanya pengganggu.

“Kamu mau apa biar aku pesenin?” tanya Seline pada Agam.

“Nggak usah biar aku aja yang pesan,” tolak Agam merasa tidak enak.

“Nggak apa-apa biar aku aja. Kamu mau apa?” kekeuh Seline yang saat ini sudah berdiri bersiap memesan makanan.

“Aku jus melon aja.”

“Makanannya?”

“Nggak usah. Minuman aja.”

Dahi Seline mengernyit tidak suka. Dia sedikit heran dengan Agam yang jarang memesan makanan di kantin. Apa dia tidak lapar hingga hanya memesan minuman saja?

Sejarah Mantan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang