SM - 40. Cerpen Berjudul Aneh

25.8K 5K 707
                                    

Suara deru motor terdengar mendekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara deru motor terdengar mendekat. Chandra refleks mengalihkan pandangannya pada pintu yang sedang dalam keadaan terbuka.

Melihat belum muncul sosok yang dia tunggu, Chandra memutuskan kembali menatap layar televisi sembari menunggu seseorang yang kemungkinan sedang memarkirkan motornya di garasi.

Selang beberapa menit sosok yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul. Penampilannya santai, tapi cukup rapi di mata Chandra yang sudah terbiasa melihatnya berantakan. Tidak terlihat adanya lebam baru membuat Chandra double bersyukur. Setidaknya keponakannya itu sekarang terlihat lebih baik dari bulan lalu.

Chandra tersenyum menyambut kedatangan sang keponakan, Garrel. Dia menyempatkan untuk mampir ke rumah Garrel terlebih dahulu setelah dari kantor karena ada yang harus dia bicarakan dengan Garrel.

Terlihat raut terkejut di wajah Garrel saat melihat omnya sudah duduk santai dengan menonton tv di ruang tengahnya. Padahal seingatnya Chandra tidak bilang jika akan datang ke rumah.

“Om sejak kapan di sini?” tanya Garrel lalu mendudukkan dirinya di sofa yang berhadapan dengan Chandra. Tas yang tadi tersampir di bahunya sekarang sudah pindah ke sofa sebelahnya.

“Baru aja. Mungkin sekitar 2 jam yang lalu,” jawab Chandra santai.

Garrel memutar bola matanya mendengar jawaban omnya. “Ada perlu apa Om ke sini?”

“Om dengar dari Pak Jimmy kamu sama Seline habis berantem pas latihan band. Kenapa lagi?”

“Cuma masalah kecil kok, Om,” jawab Garrel tanpa berniat menjelaskan masalah apa yang membuatnya sampai bertengkar dengan Seline. Bisa-bisa dia yang malu kalau omnya sampai tahu dia bertengkar dengan Seline karena chatting dengan Senja yang membuatnya tidak fokus saat latihan.

Chandra manggut-manggut. Melihat Garrel tidak berniat menjelaskan lebih lanjut membuat Chandra mengerti jika Garrel memang tidak ingin bercerita. Dia menghormati keputusan Garrel dengan tidak bertanya lagi tentang masalah itu.

“Om harap kamu, Seline, dan band bisa bekerja sama dengan baik demi kelancaran festival musik. Kalian juga bakal tampil di sela acara fashion show.” Chandra menatap Garrel serius.

Garrel hanya bisa mengangguk menanggapinya. Dia juga berharap semoga Seline tidak bertingkah menyebalkan yang bisa memicu emosinya.

Ucapan Chandra barusan sebenarnya membuat Garrel semakin enggan untuk ikut tampil. Sebelumnya dia tidak tahu jika dia juga akan tampil di tengah acara fashion show. Dia pikir hanya akan tampil saat festival musik saja. Jika seperti ini Garrel jadi harus menambah daftar lagu yang akan dia nyanyikan nanti.

Dies natalis memang menjadi salah satu acara besar yang diadakan setiap tahun untuk memperingati ulang tahun sekolah. Acara itu menjadi acara yang sangat ditunggu-tunggu oleh para murid karena mereka akan terbebas dari pelajaran selama seminggu. Acara-acara yang diadakan pun cukup banyak seperti acara pembukaan yang disertai pelepasan balon ke udara, karnaval, festival musik, pengajian, senam sehat, bazar, fashion show dengan kostum unik, lomba fotografi, dan lain sebagainya. Tidak heran jika banyak pihak yang sudah sibuk mempersiapkan untuk acara besar itu, termasuk Chandra.

“Kalau gitu Om pergi dulu. Ingat, Rel, jangan membuat masalah terus karena Om nggak bisa selalu melindungi kamu dari papa kamu,” ucap Chandra memperingatkan sebelum pergi yang dibalas anggukan oleh Garrel.

Garrel beranjak menuju kamarnya dengan membawa tasnya setelah omnya sudah benar-benar pergi. Ada tugas yang harus dia selesaikan setelah ini.

Memasuki kamarnya, Garrel langsung melempar tasnya ke sofa lalu melangkah menuju meja belajar yang sudah lama tidak dia gunakan. Di sana ada beberapa buku Garrel dan sebuah laptop. Garrel segera mengambil laptop itu dan membawanya menuju sofa.

Saat masih di basecamp tadi dia mendapat pesan dari Seline yang mengatakan jika cerpennya sudah selesai. Karena tugasnya harus dikumpulkan dalam bentuk print out jadi Seline mengirimkan file-nya lewat email agar Garrel bisa segera mencetaknya karena tugas itu harus dikumpulkan besok.

Garrel membuka email yang dikirimkan Seline. Dahinya seketika berkerut saat membaca judul cerpennya yang menurutnya cukup aneh.

Garrel memang membebaskan Seline menentukan judul yang menurut cewek itu pas untuk cerita pendeknya, tapi dia tidak menyangka Seline akan memberikan judul sengawur ini. Sejujurnya Garrel juga tidak tahu cerita apa yang dibuat Seline karena request-an Garrel untuk cerita pendeknya sendiri tidak ada yang diterima oleh Seline.

“Sejarah mantan?”

[Flashback On]

“Terus, lo ini mau dibuatin cerita apa?” tanya Seline frustasi. Sedari tadi Garrel request cerita yang aneh-aneh, sedangkan Seline tidak bisa menyanggupinya. Bukan keahlian Seline membuat cerita horor atau bahkan cerita dewasa.

“Terserah lo deh. Mau lo buat cerita azab, mau lo buat cerita tentang kehidupan lo, terserah! Yang penting tugas gue kelar tepat waktu,” jawab Garrel pasrah.

Jawaban Garrel membuat otak Seline seketika glowing. Bohlam yang berada di atas kepalanya bersinar terang. Ide-ide brilian mulai bermunculan. Mungkin dengan cara ini Seline bisa menjelaskan tentang kesalahpahaman yang terjadi satu tahun lalu tanpa harus memaksa Garrel mendengarkannya.

Senyum miring terlukis di bibir Seline tanpa Garrel ketahui. Tangannya mulai bergerak lincah di atas keyboard, merangkai kata dan membuatnya menjadi sebuah cerita pendek. Seperti yang Garrel ucapkan beberapa menit yang lalu, Seline akan membuat cerita tentang kehidupannya. Lebih tepatnya, kisahnya dengan Garrel.

Dengan mantap Seline mengetik judul “Sejarah Mantan” dengan ukuran font  cukup besar. Garrel tidak menyadarinya karena cowok itu sedang sibuk dengan ponselnya. Sepertinya dia sedang chatting dengan gebetannya. Apalagi minggu ini mereka akan kencan.

“Eh, lo udah mulai ngetik? Jadinya lo buat cerita apa?” Garrel mendekat ingin melihat layar laptop Seline. Belum sempat dia membacanya, suara seseorang membuatnya kembali menjauhi tubuh Seline karena terkejut.

“Widih, ada apaan nih berdua-duaan?Lo berdua balikan, ya?” tanya Rega dengan mata memicing curiga. Dia berjalan mendekat dengan tas ransel tersampir di bahu kanannya. Sepertinya dia baru saja pulang kuliah.

“Nggak!” Seline menggeleng cepat.

Garrel yang sudah membuka mulutnya hendak membalas ucapan Rega seketika menutup mulutnya kembali karena Seline sudah lebih dulu membantah ucapannya.

“Terus, kok tumben Garrel mau main ke sini?”

“Kami lagi ngerjain tugas bareng,” jawab Garrel membuat Seline menoleh dengan cepat. Dia melotot tidak terima atas pernyataan Garrel. Ngerjain tugas bareng, dia bilang? Padahal sedari tadi dia hanya bermain game saja. Yang mengerjakan tugas hanya Seline. Memang sangat pandai berdusta mulut Garrel Zarvian Arkadiksa itu.

Rega tampak belum percaya. Namun, dia memilih tidak memperpanjang masalah. Terserah apa alasan sebenarnya Garrel main ke rumahnya. Yang penting sekarang Rega punya partner bermain PS.

Kedatangan Rega membuat Seline terabaikan. Kedua cowok itu heboh sendiri dengan game yang sedang mereka mainkan, sedangkan Seline masih bergelut dengan laptop dan kata untuk menciptakan sebuah cerita pendek. Hingga tiba saatnya Garrel izin untuk pulang, dia masih belum tahu cerita apa yang sedang Seline buat.

[Flashback Off]

Kerutan di dahi Garrel semakin tampak jelas saat dia mulai membaca paragraf pertama. Dia merasa tidak asing dengan cerita yang Seline buat seolah dia pernah mengalaminya juga.

Paragraf pertama di cerita yang berjudul cukup aneh itu seperti menggambarkan awal mula Garrel dan Seline bisa kenal. Garrel yang hendak beralih membaca paragraf kedua setelah menyelesaikan paragraf pertama seketika mengurungkan niatnya saat mendengar ponselnya berbunyi. Terlihat ada pesan balasan dari Senja.

Garrel segera membalasnya dan melupakan niatnya untuk membaca cerita pendek yang Seline buat. Bahkan dia kembali menutup laptopnya.

🎸🎸🎸

Sejarah Mantan (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang