Seperti rencana sang buaya betina sebelumya, setelah bel istirahat berbunyi dia dan kedua temannya langsung menuju kelas Agam yang berjarak cukup jauh dari kelasnya. Mereka berniat meminjam buku UUD 1945 pada anak 11 IPA 1 dengan dibarengi sedikit kemodusan yang akan dilakukan Seline. Hanya Charisa dan Olive saja yang niatnya pure meminjam demi menghindari hukuman membawa semen di pertemuan selanjutnya.
Beberapa kali keluyuran di koridor kelas 11 IPA membuat ketiga cewek itu sudah mulai terbiasa dengan tatapan sinis yang mereka dapatkan. Mereka tetap melenggang manja tanpa mempedulikan grasak grusuk yang terjadi di sekitar mereka.
Hanya perlu kepercayaan diri tinggi untuk tetap bisa melangkah dengan dagu terangkat di tengah tatapan orang-orang yang iri pada mereka. Walaupun terkadang kepercayaan diri itu malah diartikan sebagai sikap sok cantik.
Langkah mereka berhenti tepat di depan kelas 11 IPA 1. Melihat pintu yang sedang dalam keadaan terbuka lebar membuat mereka langsung masuk tanpa perlu dipersilahkan.
Mata Seline langsung tertuju pada deretan bangku depan dan menemukan cowok idamannya sedang membaca buku. Melihat dia sedang serius seperti itu membuat Seline semakin gemas. Dia jadi punya obsesi untuk memiliki cowok seperti itu karena mantan-mantannya sebelumnya tidak ada yang cuek dan pintar seperti Agam. Kebanyakan dari mantan-mantannya bad boy semua.
Charisa dan Olive langsung berpencar mencari pinjaman buku, sedangkan Seline melangkah dengan mantap menghampiri Agam. Sampai dirinya berada di sebelah Agam, cowok itu masih belum menyadari kedatangannya.
“Ssstt... Gammy,” panggil Seline berbisik. Jiwa jahil dalam dirinya mendominasi sekarang. Dia ingin membuat Agam yang sedang membaca buku merasa terusik.
“Gammy... Gammy... Gammy...”
Mendengar panggilan aneh berulang kali itu membuat Agam akhirnya menoleh. Dia menatap Seline dengan alis terangkat sebelah.
“Kamu manggil siapa?” Agam celingukan mencari seseorang yang kemungkinan sedang dipanggil Seline walaupun dia tidak ingat jika punya teman sekelas bernama Gammy.
“Kamu,” jawab Seline dengan tersenyum lebar.
“Aku?” Agam mengernyitkan dahi tidak mengerti. Jari telunjuknya menunjuk dirinya sendiri seolah memastikan jika panggilan aneh itu memang ditujukan untuknya.
Seline mengangguk cepat dengan senyuman yang dari beberapa saat lalu sampai sekarang tidak pernah luntur dari wajahnya.
“Maaf, tapi aku bukan permen karet.”
Seline mencebikkan bibir. “Maksud aku bukan gitu. Gammy itu maksudnya Agam, tapi versi manisnya. Aku panggil gitu biar kita kelihatan lebih akrab.” Mata Seline berkedip-kedip dengan tersenyum manis.
Melihat wajah Agam datar-datar saja, bahkan kelihatan lebih seperti orang bingung, membuat senyum Seline memudar tergantikan dengan wajah cemberut.
“Nggak boleh, ya?” tanyanya dengan sorot mata kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejarah Mantan (COMPLETED)
Novela JuvenilMengaum di depan orang lain, tapi mengeong di depan pacarnya. Begitulah Garrel Zarvian Arkadiksa. Dia memperlakukan pacarnya, Jaseline Tamara, layaknya ratu. Dia memastikan Seline selalu bahagia dan mendapatkan apapun yang dia inginkan selama di sis...