Mengaum di depan orang lain, tapi mengeong di depan pacarnya.
Begitulah Garrel Zarvian Arkadiksa. Dia memperlakukan pacarnya, Jaseline Tamara, layaknya ratu. Dia memastikan Seline selalu bahagia dan mendapatkan apapun yang dia inginkan selama di sis...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Garrel menangkap lemparan bola dari Dicky lalu mendribble-nya dan memasukkannya ke dalam ring. Kakinya yang berlari hendak berpindah posisi seketika terhenti saat mendengar suara yang memanggil namanya. Dia mengedarkan pandangan, mencari sang sumber suara.
“Garrel!” panggil seorang cowok yang sedang berdiri di pinggir lapangan dengan melambaikan tangan seolah menyuruh Garrel mendekat. Dia Afif, anak kelas 11 IPS 3 yang entah apa urusannya tiba-tiba memanggil Garrel di saat Garrel sedang bermain basket.
Garrel menghampiri guru olahraganya dulu untuk meminta izin meninggalkan lapangan. Setelah mendapat persetujuan, Garrel langsung menghampiri Afif yang masih menunggunya di pinggir lapangan.
“Ada apa?”
“Lo dipanggil Pak Chandra,” ucap Afif menyampaikan amanah dari Chandra.
Mendengar ucapan Afif membuat kerutan di dahi Garrel mulai bermunculan. Dia tidak mengerti kenapa tiba-tiba omnya memanggilnya. Seingatnya minggu ini dia belum membuat masalah yang membuatnya harus dipanggil menghadap sang kepala sekolah.
“Ngapain Pak Chandra manggil gue?” tanya Garrel.
Afif mengangkat bahunya tidak tahu karena dia memang hanya ditugaskan untuk memanggil Garrel saja.
“Oke. Makasih,” ucap Garrel pada Afif sebelum melangkahkan kaki menuju ruangan omnya.
Langkah kaki Garrel berhenti di depan pintu ruangan sang kepala sekolah. Tangannya bergerak mengetuk pintu di depannya.
Tok! Tok! Tok!
Sembari menunggu pintu terbuka Garrel mempersiapkan telinganya terlebih dahulu untuk menerima segala wejangan yang kemungkinan akan dia dapatkan saat memasuki ruangan itu. Memang untuk apalagi Chandra Arkadiksa memanggilnya jika tidak untuk menceramahinya panjang lebar seperti biasa.
Kedua orang tua Garrel yang lebih sering tinggal di Melbourne untuk mengurus perusahaannya sekaligus menjaga adik perempuan Garrel yang sedang mengenyam pendidikan di sana membuat semua urusan tentang Garrel dilimpahkan pada Chandra. Namun, tidak jarang juga orang tua Garrel terbang ke Indonesia hanya untuk mengomeli Garrel setelah mendengar Garrel membuat ulah di sekolah.
“Masuk.”
Garrel membuka pintu ruangan Chandra setelah dipersilahkan masuk oleh sang pemilik ruangan. Terlihat Chandra sedang duduk di sofa dengan santai. Tidak terlihat jika dia sedang melakukan sesuatu apapun karena di mejanya juga hanya ada secangkir kopi tanpa adanya berkas-berkas dan laptop. Sepertinya dia datang ke sekolah memang spesial untuk menemui Garrel karena Garrel semalam tidak pulang. Dia ketiduran di rumah Dicky setelah ikut makan malam bersama keluarga Dicky.
Senyum Chandra mengembang melihat ponakannya sudah datang. Dia mempersilakan Garrel untuk duduk.
“Duduk, Rel.”
Garrel mengangguk lalu mendudukkan dirinya di sofa panjang yang berhadapan dengan Chandra.
“Gimana sekolah kamu, Rel? Udah nggak pernah bolos lagi kan?” tanya Chandra basa basi sebelum ke topik utama.