38. Saranghae

805 163 259
                                    

Siapkan hati dan tisue lagi 🤧

Siapkan hati dan tisue lagi 🤧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selepas pertemuannya dengan Jo Woo Ri, Kim Na Eun menggerakkan tungkai kakinya berjalan menuju lift. Dia meraih ponsel di dalam mantelnya dan menemukan notifikasi panggilan yang jumlahnya puluhan di layar bilah. Desahan napasnya terhembus dengan hampa ketika mendapati nama-nama orang yang menghubunginya sebelum akhirnya dia kembali menutup ponsel saat lift terbuka.

'Lee Jun Ho. Kenapa harus dia yang mendominasi catatan panggilan tak terjawab di ponselku?' Lenguhnya.

Dan baru saja sedetik Na Eun berniat melupakan dan menghiraukan hal tersebut, tiba-tiba Ponselnya berdering dan nama orang yang saat ini paling ingin dia hindari terpampang jelas di layar persegi panjangnya.

Lee Jun Ho

Bahkan Na Eun sudah mengganti nama yang sebelumnya dia simpan sebagai Pacar.

Dengan hembusan udara kasar dari mulutnya, Na Eun menggerakkan jari jempolnya di layar ponsel untuk menggeser ke tanda merah. Dia tak mau menerima panggilan itu.

'Maafkan aku Jun Ho. Aku benar-benar tak bisa mendengar suaramu sekarang.'

'Aku takut egoku kembali menang.'

Tubuhnya terdiam di tempat. Tatapannya mengelilingi ruang sempit yang sedang bergerak turun ke lantai dasar itu. Dia harus mencari kekuatan atas air matanya yang tengah bersiap meloloskan diri dari sana. Dan Na Eun mengerjap saat matanya mulai mengembun. Bersamaan dengan bunyi dering pesan masuk yang terdengar nyaring dari ponselnya.

Lee Jun Ho lagi.

Kim Na Eun membuka pesan itu. Libidonya tiba-tiba terhenyak, sedang hatinya berubah mencelos.

"Kenapa tak mengangkat teleponku? Bukankah kau bilang pada Eun Seop bahwa aku masih bisa menghubungimu sebagai menager?"

Untuk sejemang, Na Eun memejamkan kedua netranya, menahan pening yang mendera kepalanya karena terlalu banyak ditumpuk beban dan menahan isakkan. Setelah berulang kali menarik hembuskan napasnya untuk menetralkan perasaan, akhirnya Na Eun menguatkan tekad untuk kembali menatap ponselnya dan menyentuh nama Lee Jun Ho untuk menghubunginya.

"Yeoboseyeo? Na Eun?"

Na Eun tertegun ketika suara bariton milik seseorang yang sedang berusaha ia lupakan terdengar renyah di telinganya. Tuhan, Na Eun sangat merindukan orang ini.

"Ada apa Jun Ho?" Ucap Na Eun setelah menggelengkan kepala, berusaha bersikap biasa saja.

"Gwenchana? Apa terjadi sesuatu?"

Na Eun menghela napas panjang.

"Jun Ho ssi. Aku akan menutup panggilan jika pembicaraan ini tidak penti--"

From Bali to ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang