3. Sialan!

1.2K 221 107
                                    

Hai haiii akhirnya bisa publish lagi :)

Hai haiii akhirnya bisa publish lagi :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nuna. Bagaimana disana? Apa kau sudah sampai di Bali?"

"Ne. Aku baru saja cek in hotel dan sekarang aku mau cari makan keluar."

Kim Na Eun baru saja keluar dari kamar hotelnya seraya menempelkan ponsel ke telinga kanannya. Padahal tadi, ketika di dalam kamar, dia tak berani menelepon ke rumahnya, khawatir mengganggu waktu istirahat mereka karena di Korea saat ini sudah larut malam. Tapi sekarang, adiknya, Kim Joo Hyuk yang malah meneleponnya dan sudah ketebak pasti dia akan merengek padanya.

"Nunaa.. kapan kau akan pulang?"

Kan kan? Kim Joo Hyuk, adik tak tahu dirinya itu merengekkan apa yang sudah Na Eun duga sebelumnya. Adik kurang ajar. Baru saja sebentar dia meninggalkan Korea dan menjejakkan kaki di Bali, tapi dirinya sudah langsung dimintai untuk segera pulang. Jika begini, Na Eun jadi ingin liburan dalam waktu yang lama saja, kalau bisa, dia ingin pergi jauh dari adiknya, supaya tak ditempeli terus.

"Wae?" Tanya Na Eun kesal dan menghentikan langkah kakinya yang tengah berjalan menuju lift.

"Gon. Aku tak sanggup mengurusnya dalam waktu lama."

Kim Na Eun menarik napas dalam, menetralisir amarah yang hampir saja memuncak hingga ke ubun-ubunnya. Dasar adik sialan.

"Aku tak sanggup membersihkan pupnya. Membelikannya makan dan membawanya kemana-mana. Aku harus fokus latihan Nuna, grupku sebentar lagi mau debut."

Mendengar itu, kontan emosi Na Eun kian meninggi. Rasa lapar yang mendominasi pun semakin membuatnya ingin meledak. Selama ini adiknya itulah yang selalu menyusahkan dan membebani hidupnya. Giliran dimintai bantuan sedikit saja, Joo Hyuk sudah mengeluh seperti tadi, seolah malah Na Eun yang telah banyak merepotkannya.

"Coba kau bicara sekali lagi Hyuk-a!" Geramnya.

"Wae? Kenapa juga kau tiba-tiba harus keluar negeri segala? Jangan-jangan kau hanya beralibi ya? Kau memang berniat liburan kan?"

"YAISH ADIK SINTING!" Ledaknya penuh amarah.

Hening— hanya suaranya saja yang menggema di ujung koridor.

Kim Na Eun refleks mematung saat menyadari orang-orang di sekitarnya kini memperhatikannya dengan tatapan aneh dan penuh tanya. Terlebih karena dia mengumpat menggunakan bahasa Korea dengan suara bentakan yang cukup berisik.

Seraya tersenyum masam disertai cengiran kuda, akhirnya dia memutuskan untuk cepat-cepat berjalan ke arah lift dan masuk ke dalamnya untuk menghindar dari sejumlah tatapan yang berasa mengulitinya. Telinganya bahkan sudah memerah karena marah bercampur malu. Na Eun menarik hembuskan napasnya berulang kali berusaha tenang sebelum kembali berbicara di telepon.

From Bali to ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang