14. Cara Untuk Mendekatimu

1.1K 210 130
                                    

Haii I'm back 🙋🏻‍♀️
Ada yang nungguin??

Lee Jun Ho mengerjap-ngerjapkan matanya pelan, mencoba beradaptasi dengan silaunya mentari pagi yang masuk lewat celah jendela yang masih tertutupi gorden tipis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lee Jun Ho mengerjap-ngerjapkan matanya pelan, mencoba beradaptasi dengan silaunya mentari pagi yang masuk lewat celah jendela yang masih tertutupi gorden tipis. Dia terbangun dengan mata sipit yang membengkak, selain itu kepalanya juga terasa berputar hebat, sampai rasanya akan meledak sebentar lagi.

"Kenapa bisa sepusing ini rasanya?"

Dengan susah payah, Jun Ho bngkit dari pembaringannya kemudian mendudukkan diri ditepi ranjang seraya mengumpulkan seluruh kesadarannya. Dan begitu maniknya terbuka, pemandangan pertama yang dia temukan adalah sebuah baskom berisi air bersih diatas nakas, dengan handuk kecil mengambang di dalamnya.

Apa ini?

Kedua alisnya kontan berkerut bingung. Dia mencoba untuk berpikir keras pagi-pagi begini, namun tak perlu waktu lama, ingatannya kemudian berkelebat di kepalanya.

Tunggu. Kalau begitu, yang semalan itu bukan mimpi?

Matanya terbelalak lebar. Jun Ho kebingungan sendiri. Dia yakin. Teramat yakin bahwa yang semalam mengompres kepalanya adalah ibunya.

"Tidak mungkin." Katanya berbicara sendiri. Mengingkari pikirannya sendiri.

Jun Ho melemparkan pandangannya ke penjuru kamar dan semua itu semakin memperjelas ketidakmungkinan yang sedang dia ujarkan sejak tadi dalam hatinya. Ini rumah Na Eun. Mana mungkin ibunya ada...

"Arrgghh!" Lenguhnya frustasi.

'Ibu sudah meninggal.' Batinnya.

Napasnya yang sesak itu terhembus berat. Dia benar-benar menyerah. Jun Ho sungguh tak bisa jika terus-terusan harus mengalami mimpi buruk seperti ini. Bayangan ruangan abu pekat, udara kotor, reruntuhan berbau debu dan darah yang menyengat. Jun Ho benar-benar tak bisa seperti ini terus. Dia harus sembuh. Dan satu-satu jalan yang bisa dia tempuh sekarang adalah mendekati Kim Na Eun. Wanita itu pasti sangat berkaitan dengannya ketika peristiwa ledakan bom di Busan tahun 2008 itu terjadi.

'Tak peduli siapa dan bagaimana dirinya, yang terpenting saat ini aku harus selalu ada disampingnya.'

.
.

Usai menyegarkan diri dengan membasuh wajah dan menggosok gigi, Lee Jun Ho menggerakkan tungkainya yang panjang itu untuk berjalan ke pintu utama menuju teras rumah. Baru saja selangkah keluar dari pintu, udara dari hidungnya begitu saja terdesah panjang sesaat irisnya memaku seorang anak berponi mangkuk tengah bermain asyik sendirian disana. Entah mengapa, Jun Ho merasa seketika bebannya tertarik semua dan rasa pening di kepalannya berangsur hilang.

"Samchon!" Panggil anak lelaki berponi mangkuk yang dia ketahui bernama Kim Gon itu.

"Kenapa hanya diam? Aku memanggilmu untuk bermain denganku." Ucap Gon dengan nada imut yang menggemaskan hingga membuat seorang Jun Ho tertawa sumbang karenanya.

From Bali to ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang