16. About A Fear

1K 182 126
                                    

Satu jam telah berlalu sejak Lee Jun Hoo menyelesaikan seluruh jadwalnya hari ini, dan kini dirinya bersama Eun Seop sudah merasa jengah di dalam mobil hanya karena menunggu seorang Minho yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu jam telah berlalu sejak Lee Jun Hoo menyelesaikan seluruh jadwalnya hari ini, dan kini dirinya bersama Eun Seop sudah merasa jengah di dalam mobil hanya karena menunggu seorang Minho yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

"Dia sebenarnya kemana? Memangnya dia tak bilang padamu?" Tanya Jun Ho untuk yang kesekian kalinya pada sang supir.

"Dia tidak bilang apapun selain akan segera kembali dalam waktu tiga puluh menit." Jawab supir tersebut.

"Ini sudah satu jam."

Eun Seop dapat melihat Jun Ho menghela napas kesal. Keadaan menjadi hening lagi. Dia kemudian melihat di sisi kaca dan memaku objek yang sedang berjalan menuju mobil mereka.

"Itu Minho!" Seru Eun Seop.

"Dia membawa siapa?" Tanyanya kemudian.

Jun Ho kontan menegakkan bahunya yang tadi melorot di sandaran jok mobil untuk mengikuti arah pandang asistennya.

"Mwoji? Kenapa Gon dia bawa kesini?"

Seluruh atensinya terfokus pada dua orang yang kini sudah berada lebih dekat dan membuka pintu mobil.

"Maaf membuat kalian menunggu lama. Tiba-tiba aku ada urusan mendadak tadi dan belum sempat bisa mengantar Gon ke rumahnya." Ucap Minho panjang lebar dengan deru napas yang terputus-putus.

Sedang Jun Ho, Eun Seop dan sang supir masih menatap penuh kerutan bingung, mereka menantikan kalimat yang hendak Minho suarakan lagi.

"Jadi, Jun Ho. Aku minta sebelum kau kembali ke apartemenmu, tolong antarkan Gon ke apartemen ayahnya. Aku sangat meminta bantuanmu." Mohon Minho penuh harap.

Dan pastinya. Dengan senang hati, Junho akan membantunya. Bukan karena Minho, tapi karena Gon. Namun, saat mendengar Gon harus diantarkan ke rumah ayahnya, alih-alih kepada ibunya, masih membuatnya terdiam melongo. Mencoba mencerna situasi yang akan dia hadapi.

"Kau tahu siapa ayahnya Gon? Ah bukan. Kau tahu dimana apartemen ayahnya?" Jun ho meralat pertanyaan yang lahir dari keterkejutannya tadi.

Minho menganggukkan kepalanya mantap.

'Dia tahu tentang Na Eun lebih banyak.'

Ternyata, sepertinya disini hanya dirinya yang tak tahu soal apa-apa mengenai Na Eun. Tapi kenapa mereka bisa bersikap baik-baik saja dengan keadaan Na Eun yang penuh dengan teka teki itu? Tidak seperti dirinya yang begitu penasaran ingin mengetahuinya.

Eh tapi,

"Chamkanman.." imbuh Jun Ho membuat Minho akhirnya terdiam padahal dia sedang dikejar waktu.

'Tunggu. Ayahnya? Berarti dia mantan suami Na Eun? Pria yang memproduksi Gon dengan Na Eun?' Batinnya sibuk berspekulasi.

"Ah maaf Jun Ho, tapi aku sedang terburu-buru sekarang. Untuk kali ini saja ya. Aku khawatir jika harus mengantarnya menggunakan taksi. Nanti aku kirimkan alamat apartemennya. Aku pamit."

From Bali to ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang