39. Everybody Hurts

789 154 324
                                    

Lee Jun Ho baru saja selesai mandi setelah sebelumnya menyempatkan diri mengisi daya ponselnya sepulangnya dari syuting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Jun Ho baru saja selesai mandi setelah sebelumnya menyempatkan diri mengisi daya ponselnya sepulangnya dari syuting. Begitu lelaki bermarga Lee itu keluar dari kamar mandi seraya mengeringkan rambutnya menggunakan handuk kecil, tungkainya otomatis melangkah menuju nakas dekat ranjang dan meraih benda persegi panjangnya.

"Sepuluh menit lagi." Gumamnya berbicara sendiri.

Kedua maniknya kemudian bergulir pada jam dinding di kamar hotelnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Di Seoul, sekarang pukul 11 siang." Gumamnya lagi.

Ada rentang waktu yang berbeda jauh antara Kanada dan negara asalnya, Korea. Jun Ho melenguh lelah, hatinya menjengit ngilu dan kata-kata yang menanyakan 'sedang apa aku disini?' Kembali terbesit dengan sendirinya. Kehampaan dan kekosong turut serta menjadi pengisinya. Tidak Na Eun, tidak juga rasa cintanya, dua-duanya masih saja terus berputar di dalam batinnya yang kesepian.

'Tak ada yang kesepian sepertiku.' Kepalanya kembali memutar kalimat itu.

'Bahkan waktu enggan memberiku kesempatan untuk bisa menjalani masa yang sama dengannya. Matahari yang terbit dan tenggelam bersamaan. Dan heningnya malam, menjadi milikku sendiri. Bahkan waktu enggan menyatukan jarak antara diriku dan dirinya.'

Kaki jangkung itu kemudian bergerak dengan sendirinya ke dekat sofa lalu mengambil remote dari atas meja guna menyalakan televisi dan mengganti siaran lokal ke negaranya.

"Acaranya akan segera dimulai."

Jun Ho lantas mendudukan diri disana, membiarkan rambut yang masih basahnya menjadi kering dengan sendirinya, hanya untuk menyaksikan sesuatu yang akan segera membuat kehidupannya berubah. Menyaksikan rencana besarnya yang akan segera membuat dunia pertelevisian heboh.

"Kau belum tampil?" Tanya Jun Ho berbicara pada seseorang diujung telepon.

"Sebentar lagi."

Raut dan pandangan Jun Ho berubah sayu ketika mendengar suara yang terdengar parau di telinganya itu. Suara yang terasa tengah menahan beban berat dan sulit untuk melakukan sebuah pilihan.

"Kau yakin benar-benar siap untuk melakukan ini semua?"

Hening. Tak ada jawaban dari seberang telepon sana.

"Katakan saja jika semua terasa berat untukmu, Joo Hyuk-ah. Aku tak akan memaksa."

"Tidak, Hyung." Jawab orang bernama Joo Hyuk itu dengan cepat. Bahkan sampai membuat jantung Jun Ho berdegub kencang.

"Aku akan melakukannya. Untuk Na Eun Nuna, Gon, dan dirimu."

Jun Ho menghembuskan napas beratnya lantas memutus kontak panggilan itu. Dipandanginya Televisi di hadapannya ketika sebuah acara musik tengah dinantikannya sudah dimulai. Dia mengepalkan tangannya kuat menggenggam ponsel itu sebelum sesuatu tiba-tiba terlintas di kepalanya. Kemungkinan jika ada seseorang yang mungkin saja menghalangi rencananya itu.

From Bali to ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang