7. Darkness

1.4K 224 129
                                    

Mood Kim Na Eun merosot tajam hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mood Kim Na Eun merosot tajam hari ini. Helaan napasnya terasa berat disertai uap dingin keluar dari mulutnya. Kedua tangannya tersembunyi dikedua saku mantel, sedang kakinya sesekali melompat-lompat untuk menghindari hawa dingin yang terasa seperti menusuk-nusuk permukaan kulitnya.

"Astaga! Kenapa dia tidak muncul muncul?!" Gerutunya sudah tak kuat dengan dinginnya cuaca.

Kim Na Eun sama sekali tak menyukai dingin. Dia tak suka salju. Dia tak suka dengan hal-hal yang berbau es. Dan itu semua harus dia telan bulat-bulat untuk kali ini. Sejak setengah jam yang lalu, Na Eun tiba di studio tempat Jun Ho berada. Dia memutuskan untuk menunggunya di area parkir karena untuk masuk ke dalam, dia membutuhkan id card.

Sejujurnya dia sudah tidak kuat lagi menahan dingin. Tubuhnya sudah menggigil dan warna kulitnya kian membiru pucat. Tapi Na Eun sebisa mungkin terus berusaha untuk bertahan. Dia harus segera menemui Jun Ho dan pulang ke Korea.

"Kau kuat Na Eun. Kau kuat."

Beberapa menit berlalu. Kim Na Eun merasa tubuhnya semakin membeku. Terlambat. Meskipun dia memutuskan untuk pulang kembali ke hotel, kakinya tak akan kuat berjalan. Ketakutan itu datang lagi. Mimpi buruknya tentang musim dingin mendera kepalanya lagi.

"Gwenchana.. gwenchana." Bisiknya tanpa sadar.

Bayangan gelap itu membayang kembali di benaknya. Reruntuhan bangunan, jeritan suara tangis, suara sirine ambulans dan teriakkan jengit kesakitan begitu jelas bisa Na Eun dengarkan. Kedua tangannya mengepal erat dengan kepala yang terbenam dikedua lututnya.

"Gwenchana.. kau bisa melaluinya." Ucapnya menguatkan diri sendiri.

Takut. Perasaan itulah yang kini menghantui pikirannya. Dia takut kalau sampai tak ada orang yang menemukannya. Dia takut sendirian dalam keadaan dingin ini. Dia butuh teman. Kim Na Eun mau seseorang menemaniya.

"Chogiyeo.."

Kepalanya mendongak keatas. Dia melihat ada bayangan lelaki bertubuh tegap jangkung berdiri di hadapannya kemudian berjongkok mendekatinya. Pengelihatan Na Eun kian memburam, kesadarannya kian menipis.

"Ssal salyeojuseyeo.." lirihnya gemetar.

Na Eun merasa tubuhnya tengah diangkat dan ditopang dengan dua buah tangan yang terasa hangat di kedua sisi tubuhnya.

"Kau bisa mendengarku kan? Hei-"

Samar-samar ia mendengar lelaki itu berteriak khawatir padanya. Membuat hatinya menghangat seiring dengan tubuhnya yang perlahan bisa merasakan kehangatan lebih dalam lagi sebelum akhirnya kesadarannya hilang sepenunya.

-

Merasakan ada tangan dingin yang menyentuh keningnya, membuat Na Eun terbangun sepenuhnya dari pingsannya. Maniknya melotot seketika saat menatapi seseorang yang kini hanya terlihat rambutnya saja.

From Bali to ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang