【 SEWENTIEN 】

4.8K 530 21
                                    

Taeyong masih berada di gendongan Jaehyun. Bukan gaya bridal tetapi di punggungnya. Sial. Apa yang baru saja terjadi, tidak, apa yang terjadi?

Digendong bukanlah hal yang buruk, tetapi juga bukan hal yang hebat. Taeyong sangat malu tetapi secara langsung dia mengakui bahwa dirinya memiliki perasaan kepada Jaehyun. Ini sangat membingungkan. Taeyong menghela nafas tetapi dia malah tidak sengaja mendengus keras.

Terkadang hidup memiliki cara untuk membuat kegiatan menjadi kacau. Taeyong pikir itu terjadi pada dirinya. Bagaimana bisa dia berakhir di gendongan seorang Jung Jaehyun? Taeyong mengerang dan membenturkan kepalanya ke bahu Jaehyun. Astaga, dia sangat berisik

Jaehyun bereaksi saat kepala Taeyong membentur bahunya dan dia berteriak kesakitan. "Diamlah, kamu seperti memiliki dendam pribadi kepadaku."

Taeyong kembali membenturkan kepalanya di bahu Jaehyun lagi.

"Lee Taeyong! Diamlah itu sakit,"Jaehyun menatapnya tajam dan mengatur ulang posisi Taeyong agar dia bisa menggendongnya dengan lebih baik.

Begitu mereka sampai di UKS, Jaehyun menurunkan Taeyong di salah satu kursi. Dia meraih kakinya dan memeriksanya.

"Aku bukan dokter tapi kamu mungkin harus menggunakan itu," Jaehyun mengangkat kaki Taeyong lagi. "Mungkin?" Dia mengatakan dengan nada yang dipertanyakan dan mengangkat bahunya.

Taeyong secara dramatis terkesiap karena tidak percaya Jaehyun benar-benar mengangkat kakinya ke bahunya. "Benarkah? Aku tidak tahu."

Jaehyun menggeledah lemari dan laci; mencari sesuatu.

"Tangkap," Jaehyun melemparkan sesuatu ke wajah Taeyong. Ah, kantong es.

"Terima kasih atas perhatiannya," Taeyong menatapnya dengan sinis.

"Sama-sama," katanya dengan cuek.

Taeyong menggerutu beberapa suara dan meletakkan kantong es di kakinya. Semoga kakinya sembuh secara ajaib dengan kekuatan es. Taeyong meletakkan tangannya di atas lukanya dan menggerakkannya. Dia berbisik "abrakadabra."

Jaehyun di sisi lain ruangan hanya mengawasinya dengan wajah bingung sekaligus gemas. "Abracadabra?"

Seketika Taeyong bersalah seperti seakan-akan dia tertuduh. Apa yang harus dirinya lakukan? Lari? Tidak... Dia tidak bisa melakukan itu kakinya masih sakit... Taeyong melihat sekeliling ruangan mencari apapun yang bisa melindunginya.

"Kamu siapa, oenyihir?" Dia tertawa. "Apa kamu telah berlatih mantra di waktu luang?"

"Mungkin..." Taeyong menggerutu pelan. Jaehyun tidak perlu tahu tentang itu.

Jaehyun perlahan berjalan ke arah Taeyong dan meletakkan tangannya di lututnya. "Karena kamu penyihir, bagaimana kalau kamu mengabulkan permintaanku?" Dia menuntut.

Taeyong menoleh sedikit, tidak memahami pertanyaan itu. "Apa yang kamu inginkan?"

"Kamu." Jaehyun mendekat dan dengan lembut mencium bibir Taeyong.

Taeyong mendorong tubuh Jaehyun kembali. Dia belum siap untuk itu. Jaehyun mengerutkan kening karena kebingungan.

“Permintaanmu adalah tugasku,” Taeyong tersenyum dan mencium bibir Jaehyun.

Hanya sekali, Taeyong tidak bisa terlalu memanjakannya. Belum.






࣪⠀ ִ  ۫   ᮫    ׂ   𖥦  ۪   ׁ   ַ    ּ    ּ  ֗  ִ ۫   ּ  ֗  ִ    ۪

MY CRUSH - JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang