005

20.4K 2.4K 64
                                    

haechan berjalan memasuki kamarnya. kali ini bukan kamar apartment, melainkan rumah. rumahnya keliatan sepi banget, sama sekali gak ada siapa siapa.

yang haechan liat sekarang cuman ruang tengah yang cukup berantakan. botol wine kemana mana, bingkai foto yang udah pecah pecah semua.

iya, keluarga haechan terbilang hancur. mama papanya udah cerai sejak dulu, haechan tinggal sama mamanya. sayang, mama haechan bahkan meninggal sekitar 8 bulan yang lalu.

bahkan sekarang haechan gatau siapa yang huni rumahnya sekarang.

"chan? kamu disini?" suara ten muncul dari belakang.

haechan berbalik, melihat sosok kakaknya yang tersenyum lebar. haechan mengepalkan tangannya kuat kuat, menahan emosinya.

"lu, kenapa ada disini?"

senyuman ten memudar saat mendengar pertanyaan haechan yang terdengar menusuk sekarang.

"c-chan.."

"botol wine punya siapa? kenapa berantakan disini? lu, bukannya sama papa?" tanya haechan lagi bertubi tubi pada sang kakak.

"chan, dengerin kakak dulu.." ten memegang bahu haechan. namun ditepis kasar oleh haechan, bahkan bisa didengar suara decakan kesal.

"gua gak punya kakak, ataupun keluarga, selain kak hendery." kalimat yang keluar dari bibir haechan seketika membuat ulu hati ten sedikit ngilu.

"gua juga kakak lu... gua juga keluarga lu.."

haechan tertawa, "keluarga lu bilang?"

"kenapa lu malah ikut brengsek itu? yang udah tinggalin mama? yang udah cerain mama demi jablay itu?"

haechan memegang kedua bahu ten, "lu bahkan gak ada di pemakaman mama... lu gak peduli sama mama lagi kan?"

belum menjawab, kalimat ten disela cepat lagi oleh haechan.

"lu gak tau kan betapa gua berharap lu bisa ada disini hibur gua saat kehilangan mama?" suara haechan mulai terdengar serak sekarang.

dari jarak wajah yang dekat, ten bisa melihat kalau mata haechan sudah berair sekarang. keliatan, kalau haechan bener bener ungkapin perasaannya.

"kalau kita bener bener keluarga... seharusnya lu gak gini..."

haechan mendorong pelan tubuh ten untuk menjauh. "keluar, gua tau lu sama papa kan? keluar dari rumah ini bangsat "

masih tidak ada jawaban ataupun respon dari ten. rahang haechan mulai mengeras sekarang saat melihat si sulung hanya berdiri diam terpaku.

"GUA BILANG KELUAR!"

"c-chan, hey.." hendery segera berlari menghampiri kedua orang yang ada di ruang tengah itu. cowok dengan kacamata itu menarik haechan untuk menjauh dari ten.

"tenang chan" hendery mengelus punggung haechan pelan pelan bermaksud menenangkannya.

"kak, lu gak liat dia ada disini? mau biarin dia ada di rumah mama?" protes haechan benar benar marah sekarang.

"shht, ntar dulu ntar dulu.."



























































haechan membanting tasnya di meja belajarnya. kemudian ia membuka ponselnya yang terdengar bunyi notifikasi.

kak hendery
|gua urusin papa sama kak ten

|lu di apart tenangin dulu ya, jaga baik baik, jangan lupa makan

hembusan nafas kasar dari bibir haechan, lelaki itu berdecak. selalu kayak gini, hendery yang tanggung jawab semuanya. tapi sama aja, haechan kadang kesepian.

sejak keluarganya mulai pecah, cuman hendery yang ada buat haechan. sedangkan mama harus banting tulang di perusahaannya sendiri.

sampai kabar kalau serangan jantung mama mulai kambuh, keduanya mulai panik. sayang, mama lebih cepat pergi ke atas.

haechan tertawa, "bangsat menyedihkan banget ya." matanya menuju ke bingkai foto berisi foto gambar dirinya, hendery, dan mama.

haechan tersenyum, kemudian mengelus kaca yang melapisi foto yang menempel di bingkai itu. senyuman yang setipis mungkin.

"oh lu udah pulang?" haechan berbalik, muncul sosok renjun yang keluar dari kamar mandi.

haechan mengangguk, kemudian membanting dirinya di kasur. matanya terpejang, dan mengeluarkan nafas yang panjang dengan suaranya.

renjun yang peka, duduk di kasur haechan. tangan kecilnya itu mengelus pelipis haechan dengan pelan.

"lu cekcok lagi sama orang rumah?" lagi lagi haechan mengangguk. sudah biasanya baginya untuk memberi tahu hal yang sejujurnya terjadi pada renjun.

ya namanya sahabat kan? jelas bener bener tau detailnya.

"tidur aja gih, gua gak nyalain tv kok nanti," suruh renjun turun dari kasur haechan kemudian berbaring di kasurnya sendiri.

haechan mengangguk, lalu berbalik ke arah tembok. mulai tertidur pulas setelah beberapa saat.
































mark berjalan memasuki rumahnya. disambut oleh jeno, adiknya. namun dengan nada yang sedikit menyinyir saat melihat mark yang tersenyum kecil menatap layar ponselnya.

"heleh heleh, ada si kakak yang sedang pel in lop nih.." ucap jeno muncul dari dapur dengan gelas berisi air di tangannya.

"berisik lo, mama papa mana?"

jeno menggeleng, "tengkar lagi, papa kerja, mama lagi sama temennya."

jawaban jeno lansung buat mark menggeleng seketika. udah kesekian kalinya orang tua mereka selalu berantem setiap saat. entah itu bahasnya mau cerailah, nyesel nikah lah, apalah, ini itu.

mark sampai pusing sendiri. baru pulang untuk sekian lama akhirnya dia terus terusan di apartment, mark harus denger kabar kalau ternyata orang tuanya masih belum bisa damai.

"bibi ada masak?" pertanyaan itu dijawab anggukan oleh jeno. akhirnya mark melempar tasnya ke arah sofa yang gak jauh dari ruang makan, kemudian duduk di meja bar di dapur.

yang udah kesedia spaghetti, mark lansung melahap makannya. sambil memainkan hpnya, liat liat isi hpnya buat sejenak.

matanya fokus ke salah satu aplikasi yang bergambar panda dengan burger. judulnya little panda restaurant. mark tebak kalau ini punya haechan.

masih belum dihapus, masih berjejak. mark diam diam tersenyum, gemes sendiri sama game punya haechan.

dari sekian banyaknya game, haechan ternyata lebih memilih game masak masakkan khusus anak anak.

akhirnya, sambil makan, mark mencoba memainkan game itu.

4% left | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang