017

13.1K 1.4K 32
                                    

"haechan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"haechan.. gua minta maaf.."















kak yuka
chan, bisa ke rs medika gak? hendery sakit dibawa ke rumah sakit.


































"bangsat,"































BRAK!

suara hantaman pintu kamar 120 itu mulai kedengar keras dan membuat seisi kamar itu cukup kaget. haechan, dengan nafasnya yang masih berusaha ia netralkan udah sampe.

matanya mulai terlihat redup saat ngeliat hendery, si kakaknya yang terbaring lemah diatas bangsal rumah sakit.

helaan nafas panjang keluar dari bibir haechan, tapi berikutnya, mata haechan beralih ke salah satu cewe yang sama sekali gak dia kenal.

haechan ngerutin keningnya, "lu siapa?"

cewe yang duduk di sofa itu berdiri, "hai, gua minnie."

"temen kak hendery?"

cewe bernama minnie itu menggeleng. "gua–"

"oh chan? kamu udah sampe?" haechan ngeliat ke orang yang baru aja masuk kamar dengan senyumnya yang sumringah.

ten. orang yang sama sekali haechan gak pernah nyangka cowo itu bakal ada disini juga.

"kenalin, dia minnie. saudara tiri gua, gua tadi lagi kebawah, minta dia ja—"

"lu kenapa ada disini?"

mulut ten mulai bungkam sekarang denger selaan haechan.

"gua sama sekali gak peduli sama lu dan keluarga tiri lu itu, dan–" tatapan haechan mulai ke minnie yang ikut natep haechan dengan bingung.

"—gua sama sekali gak mau liat lu, ataupun lainnya. kita udah gak ada hubungan, ten."

minnie yang udah mulai emosi akhirnya maju, "kok lu—"

"lo diem." ucap haechan penuh penekanan. mulailah beralih haechan ke minnie, "lu gak tau apa apa, lu, mama lu, salah satu penyebab kenapa adanya kejadian di detik ini."

"maksud lu?!" minnie ngerutin keningnya, nadanya juga mulai naik.

"setelah semua hal yang terjadi, nyisain gua, kak hendery, dan mama, lu dateng dengan sesantai itu?" tanya haechan ke ten sekarang.

haechan ketawa, "bahkan lu masih bisa bisanya senyum, wah. udah gak tau malu ya lu?"

"chan.."

"kalau aja lu gak tinggalin kita juga, setidaknya kak hendery gak perlu nyari kerjaan di usianya masih dini sekarang."

"kalau aja waktu itu lu bisa jadi penengah papa mama setidaknya hari dimana papa ninggalin rumah itu kita gak bakal gini."

"LU SULUNG TEN! LU YANG MENJADI HARAPAN GUA DAN KAK HENDERY BUAT LINDUNGIN GUA, KAK HENDERY DAN MAMA, TAPI KENAPA—"

bentakan haechan lansung terpotong karna haechan bener bener kehabisan nafas setelah mengucapkan kata kata yang cukup menusuk ten.

"tapi kenapa lu yang jadi pisau buat kita?"

mata haechan bener bener gak bisa boong, matanya mulai berair sekarang. keliatan, haechan bener bener sedih atas masalahnya selama ini.

sewaktu keluarga haechan masih utuh, haechan selalu lari ke ten buat berlindung dari maboknya si kepala keluarga dan sautan bentakan di rumah.

"gua pikir, gua pikir kita bener bener keluarga.. gua pikir waktu itu gua bisa peluk lu disaat papa ninggalin rumah.."
.
"chan.."

haechan menoleh ke belakang, suara hendery yang lemah dan serak membuat haechan sedikit kaget. akhirnya, si cowo itu berlari ke arah hendery yang berbaring disana.

haechan duduk di kursi samping bangsal hendery, "lu gapapa, udah mendingan? ada sakit apa gak?"

hendery ketawa kecil, "gua gapapa.. kecapekan dikit aja.."

sedangkan si bungsu itu menggelengkan kepalanya sambil berdecak.

"makanya.. jangan kecapekan kak.."

sedangkan si hendery tersenyum, tangannya itu terangkat buat menggengam tangan haechan.

"gua masih gak percaya lu udah sebesar ini.."


































"ma! ma, MA!" mark kini tengah berusaha nahan wanita yang nyaris keluar dari rumah.

mama mark natep mark dengan raut wajahnya yang sendu, sedangkan mark natep mamanya dengan panik. mata mark bergetar, ngeliat koper koper yang ada di sekitar mamanya.

"mama mau kemana?!"

mama mark menghela nafas, "mama mau pergi.. mama bakal cerai sama papa kamu, kamu jaga baik baik—"

"gak!" sela mark dengan cepat.

"gak gak gak, ma, jangan pergi.. aku gak mau mama—"

"mark.. ?"

si wanita itu tersenyum tipis. tangan dengan kerutan halusnya itu mulai mengelus pipi mark. mama mark menarik nafas, lalu membuangnya lagi.

"mama rasa mama harus pergi.. kamu harus jaga diri baik baik, sama jeno ya?"

































:))






4% left | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang