Part 10 - Dia Mengingatku

10 1 0
                                    

.
.
.

^^ Happy Reading ^^
.
.
.

Sebuah mobil berhenti di halaman depan rumah itu. Henno yang sudah berdiri di sana memberikan aba-aba untuk sang sopir memasukkan mobilnya ke dalam garasi.

"Pagi Bang." Sapa Arkan begitu keluar dari mobil yang disambut langsung oleh Henno dengan senyuman khasnya.

"Pagi, Ar. Yuk, masuk!"
Lelaki itu melangkahkan kakinya yang membawanya ke sebuah ruangan tak begitu luas, tetapi terasa hangat dan nyaman. Mungkin karena desain interiornya yang simple dan terkesan menyenangkan. Di dinding bercat putih itu terpampang sebuah potret keluarga harmonis dengan senyum bahagia yang terpancar, juga dari sorot matanya. Sepertinya foto itu yang membawa kehangatan di ruangan ini.

"Duduk dulu, Ar. Santai aja, anggap ini kafeku dan kau pelanggannya."

Arkan melempar senyum terbaiknya, diikuti dengan anggukan ringan. Lelaki itu memilih duduk di sebuah sofa empuk di samping sebingkai foto dengan senyuman mirip antara Hanni dan Henno.

"Mau minum apa?"

"Apa aja, Bang." Ujar Arkan dengan nada agak sungkan. Dirinya tak percaya hari ini akan datang.

Henno mengangguk, lalu meninggalkan Arkan seorang diri di ruangan itu. Arkan mengedarkan pandangannya ke sekeliling, menjelajah ruangan itu seolah dirinya tak membiarkan sedikit pun celah terlewatkan.

Senyuman itu masih nyaman di wajah Arkan. Entah perasaan apa yang tepat dikatakan untuk dirinya saat ini, dirinya benar-benar merasa lega bercampur tak percaya akan keinginannya yang sudah menjadi nyata.

Pandangan lelaki itu terhenti pada sebuah bingkai di sampingnya. Hanni dan Henno terlihat sangat bahagia di sana. Arkan tersenyum melihat wajah Henno yang tak berubah dari 3 tahun yang lalu, pun Hanni yang masih terlihat sangat manis dengan tawa ringannya. Hanya saja Hanni yang saat ini terlihat lebih dewasa.

Arkan menyentuh senyum itu dengan telunjuknya. Senyuman yang selalu ia cari dan ia nantikan, akhirnya bisa dilihatnya secara langsung hari ini.

Baru saja emosi lelaki itu menari dan hampir memuncah, Henno datang dengan aroma khas cinamon yang disukainya.

Arkan segera meletakkan kembali bingkai foto itu.

"Nih, cobain cinamon cream tea"

Henno meletakkan cangkir itu di hadapan Arkan yang kini mematung.

"Kan kamu barista, coba dicicip terus komen rasanya"

Henno melemparkan senyum terbaiknya. Selama ini dirinya sungguh ingin memiliki kafe sendiri, tetapi mimpinya harus ditunda lantaran masalah keluarga yang mengharuskan dirinya terlibat lebih dalam.

Arkan menyeruput cangkir itu. Aroma cinamon yang disukainya memasuki rongga hidung dan memenuhi paru-parunya, bersamaan dengan manis-pahitnya paduan teh hijau dan kreamer yang menghangatkan kerongkongannya.

"Seseorang memberitahuku kalau aroma cinamon dapat mempermanis dan memberikan kesan elegan pada makanan dan minuman. Dia juga mengatakan kalau dirinya menyukai teh hijau dicampur dengam kreamer."

Arkan terbatuk sesaat dirinya mendadak menarik napas saat minuman itu mulai memasuki tenggorokannya dan mengalir ke dalam paru-parunya.

Wajahnya memerah merasakan sakit pada dadanya. Henno dengan sigap memberikan sekotak tissu, "pelan-pelan saja minumnya, nggak ada yang minta kok."

"Sorry, Bang."

Arkan merapikan minuman yang sempat tumpah mengenai sedikit bajunya, lalu lelaki itu melanjutkan ucapannya, "bukannya aneh ya teh hijau dicampur dengan kreamer?"

Nice To Meet YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang