"Iya, aku coba luangkan waktu nanti. Tenang saja."
Kalimat itu membuat Hanni menghela napas. Mau tidak mau ia harus bertemu dengan sahabat satu-satunya itu. Ia tidak tahu lagi harus bercerita pada siapa jika bukan pada Kayla.
"Aku tidak mau mengganggumu, tapi kau harus datang," Hanni merendahkan suaranya, namun tetap memberikan penekanan penuh maksud.
"Bukankah ini termasuk pemaksaan?"
"Aku tidak memaksa. Aku hanya ingin kau datang, harus."
Di ujung telepon, Kayla terkekeh, "Iya, iya, Hanni. Aku akan datang, tapi kalau semua kerjaanku sudah beres."
"Oke."
Hanni tiba-tiba terdiam, mengingat hal apa yang harus dia sampaikan pada Kayla. Sementara, Kayla di seberang sana juga membisu. Perempuan itu menunggu Hanni untuk mengatakan sesuatu atau menutup telpon.
"Hanni? Sudah selesai ngobrolnya? Kututup ya?"
"Tunggu!"
Seruan Hanni membuat Kayla dengan sabar kembali menunggu teman "lemot"nya yang kembali diam dengan deruan napas yang menggema di telinga. Kayla tidak tahu apa yang ingin diucapkan kawannya itu, yang ia tahu pasti Hanni yang pelupa masih belum selesai meloading memori.
"Kenapa sih?" perlahan tingkat kesabaran Kay merendah.
"Kak Henno menitipkan ucapan untukmu. Hampir saja aku lupa!"
"Sekarang sudah ingat?"
Hanni berdeham menjawab perempuan itu.
"Apa?"
"Aku tidak tahu sih ini penting untukmu atau tidak. Tapi, manusia itu bertanya kapan kau akan menginap di rumah lagi?"
"Aku kemarin baru saja menginap di rumahmu."
"Iya, dia bertanya lagi."
"Hm... aku belum tahu. Kerjaan sangat banyak belakangan ini, kurasa aku harus lembur."
"Sudah aku duga."
"Kenapa dia menanyakan itu? Rindu padaku kah?" ucap Kayla bercanda diikuti tawa ringan.
Hanni tersenyum, juga sedikit terkekeh, "entahlah. Katanya sih biar dia ada persiapan untuk pergi dari rumah saat kau menginap."
"Sialan! Awas saja, kalau begitu aku akan sering menginap atau bahkan tinggal di rumahmu."
Tawa Hanni meledak mendengar rutukan Kayla yang ditujukan untuk kakaknya. Ia sangat senang setiap melihat Kak Henno dan Kayla bertingkah seperti kucing dan anjing tiap kali bertemu. Diam-diam perempuan itu berharap bahwa suatu saat Kayla benar-benar bisa menjadi bagian dari keluarganya.
***
Sudut bibir Hanni terangkat saat matanya mendapati nama Henno di layar handphone-nya. Bahkan, keduanya kini terlihat saling terhubung di mata Hanni. Bagaimana tidak, baru saja Kayla mematikan sambungan setelah puas hati mengeluh tentang sikap Henno, sekarang gantian Henno yang menelpon Hanni sebagai kakak yang protektif.
"Kau sepertinya sedang tersenyum? Lagi senang?"
Pertanyaan Henno langsung menyambut telinga Hanni begitu sambungan terhubung.
"Apa kau cenayang? Aku bahkan belum bilang halo."
"Ayolah, kita sudah berpuluh-puluh tahun bersama. Aku bisa tahu kalau kau sedang bahagia hanya dari deru napasmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice To Meet YOU
RomancePandangan Bomi memotret wajah cantik seorang perempuan yang tengah memandangnya dari kejauhan. Tanpa keduanya sadari, Tuhan sedang menuliskan cerita dari sebuah kehilangan. Setiap langkah lelaki itu menjadi awal bahagianya, dan juga rasa sakit. Namu...