Part 18 - Regreting

25 1 0
                                    

.

.

.

"Tidak apa kau menginap di rumahku?"

Kayla menunjukkan mimik sangsi. Perempuan itu ngeri kalau harus diinterogasi Henno lantaran adik perempuannya tidak pulang ke rumah dan malah tidur di tempatnya.

"Aku harus jawab apa kalau Henno bertanya alasanmu menginap?"

"Bilang saja kalau aku bosan melihat mukanya," jawab Hanni seenaknya.

"Kau pikir aku akan tetap hidup setelah bilang begitu? Kau bilang padanya hanya akan pulang telat, ternyata malah tidak pulang. Menurutmu orang itu akan bagaimana sekarang?"

Hanni mengedikkan bahunya, "yang jelas seperti orang kebakaran jenggot."

"Tidak hanya itu. Dia akan memarahimu!" sela Kayla menimpali.

"Dan juga kau," tambah Hanni diikuti dengan tawanya, "abaikan saja omelan dia. Aku sudah biasa sampai muak hahaha."

Kayla hanya menggeleng, lalu menempatkan dirinya di atas ranjang di samping Hanni yang sedang telungkup dengan laptop di hadapannya. Tangannya sibuk menari di atas keyboard, sesekali berhenti sejenak untuk memberikan izin pada otak memilih diksi yang tepat.

"Kau bisa menulis sambil mengobrol?"

"Kau baru berteman denganku tadi pagi? Kau kan tahu sendiri kalau aku seorang pro!" oceh Hanni. Fokusnya tak lepas sedikitpun dari pekerjaannya.

Kayla hanya menghela napas. Kalau dilihat-lihat, terkadang Hanni sama saja menyebalkannya dengan Henno. Ya, hal wajar mengingat mereka yang memang saudara kandung.

"Oh, iya benar! Tujuanku menginap kan bukan untuk lembur kerja. Aku ingin cerita padamu," Hanni berseru tiba-tiba. Tubuh kecilnya yang langsung duduk tegap membuat Kayla tersentak.

"Kau bisa santai saja tidak?"

Hanni menggeleng.

"Cerita apa? Terus kerjaanmu bagaimana?"

"Itu nanti saja. Ini lebih penting!" ujar Hanni penuh keyakinan. Perempuan itu langsung menutup laptopnya dan menjauhkan benda itu dari hadapannya.

Kayla mengangguk dan siap mendengarkan cerita temannya itu, "apa?"

"Belakangan ini aku terus bermimpi aneh dan berulang tiap malamnya, semenjak aku menyimpan cincin laki-laki itu," Hanni mendekatkan wajahnya ke arah Kayla dan menunjukkan kantung matanya yang besar dan menghitam, "aku bahkan jadi kurang tidur karena takut."

Kayla mengernyit, "memang mimpi apa? Seram?"

"Sebenarnya bukan mimpi seram, sih. Cuma karena terus berulang tiap malam, jadinya agak creepy. Terlebih lelaki di mimpi itu wajahnya tidak jelas."

"Lelaki? Kau mimpi apaan, hey?!"

Kayla memekik sembari melempar bantal pada wajah Hanni, membuat perempuan itu mengaduh. Awalnya Hanni bingung kenapa temannya itu tiba-tiba heboh. Namun, begitu ia menyelaraskan sel otaknya dengan sel otak Kayla, seketika wajah Hanni memerah.

Nice To Meet YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang