Part 11 - Still

9 0 0
                                    

.
.
.

- Happy Reading -

.
.
.

"Sekarang mau kemana?"

Tanya Arkan dengan nada yang lambat. Dirinya meragu lantaran gurat wajah Hanni yang masih tak dapat diartikan.

Perempuan cantik itu menatap lurus jalanan lengang dengan tatapannya yang dingin. Sedangkan bibir merahnya masih betah mengerucut lucu dengan dahi yang berkerut.

Apa yang sedang ia pikirkan?

Batin Arkan melihat Hanni yang sepertinya tengah berpikir keras.

Lelaki itu mencoba tak peduli dan kembali fokus menyetir.

"Eh, Ar. Tadi Bang Henno nanya apa aja?" Tanya Hanni tiba-tiba, sedikit mengejutkan Arkan.

"Yaa, kepo juga."

"Serius!"

"Kasih tau nggak ya?" Goda Arkan tanpa menoleh sedikitpun pada Hanni.

"Kasih tau dulu ini mau kemana. Nggak enak kalo bawa mobil tapi nggak ada tujuan." Timpal lelaki itu memberikan syarat.

"Bodo." Jawab Hanni acuh. Dirinya kesal lantaran Arkan yang sama saja nyebelinnya dengan Henno.

"Yah, ngambekan ah. Nggak seru!"

"B O D O!"

Sanggah Hanni memberikan penekanan pada setiap hurufnya.

"Mau dikasih tau nggak?"

"Nggak" Jawab Hanni dengan kepala yang mengangguk.

"Jawab 'nggak' tapi kepala ngangguk. Labil."

"Eh, kok bisa ngeliat?"

"Bisalah.. kan punya mata."

"Jelalatan nih matanya."

"Namanya juga cowok."

Arkan terkekeh mendapati Hanni yang melengoskan wajahnya sembari mendumel tak jelas. Dirinya merasa senang bisa menjahili Hanni.

"Kasih tau cepet, ih!"

"Apaan?"

"Si Henno nanya apa aja tadi?"

"Ini mau kemana dulu?"

"Dermaga"

"Hah?"

"Dermaga, bolot! Tau dermaga nggak?"

"Iya, tau. Tapi ngapain ke sana?"

"Tadi nanya, ya aku jawab. Sekarang kasih tau apa aja yang Henno tanya!"

Arkan hanya diam.

"Cepet, ih!"

"Iya, sabar bawel!"

Setelah perdebatan singkat itu, bukannya mengikuti keinginan Hanni, Arkan malah menepikan mobilnya yang tentu saja memberikan tanda tanya untuk Hanni.

"Kok berhenti?"

Arkan masih diam. Lelaki itu menoleh, menatap Hanni lalu memajukan dirinya mendekati Hanni.

Hanni terkejut mendapati jarak wajah Arkan yang semakin menipis dengan wajahnya. Mata Arkan tampak indah dengan iris berwarna caramel terang yang memberikan kesan riang dan cerah. Perempuan itu memundurkan sedikit tubuhnya, memberikan jarak agar bibir mereka tak bertemu seperti tatapan yang sudah melekat.

Nice To Meet YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang