Hanni POV
Apa kau pernah memimpikan hal yang sama berulang kali?
Mungkin bagimu itu hal yang biasa dan banyak orang mengalaminya. Namun, untukku hal ini adalah baru dan tentunya sangat membuatku penasaran.
Juga sedikit terasa menakutkan...
Benar. Belakangan ini aku sering memimpikan hal yang sama di setiap malam. Entahlah, jika ditanya sejak kapan mimpi itu dimulai, kurasa itu hadir sejak aku menyimpan cincin ini. Aku benar-benar tidak tahu, barangkali aku terlalu terbawa emosi karena memiliki cincin tunangan—milik orang lain—ini di tanganku sekarang.
"Ada apa dengan wajahmu?"
Kutolehkan wajah ke arah suara di sisi kananku. Kak Henno yang tengah mengenakan sepatu larinya, sesekali melirik ke arahku sembari tetap sibuk mengikat tali sepatu berwarna nyentrik itu.
Aku hanya menggeleng dengan wajah lesu. Kusandarkan punggungku pada sofa yang selalu berhasil membuatku nyaman. Helaan berat napasku membuat lelaki itu memfokuskan sepenuhnya perhatian ke arahku.
"Kenapa sih?" lelaki itu menghentak, "kau seperti orang yang putus asa saja."
Aku kembali menghela napas.
"Kak..." suaraku lirih memanggil lelaki itu. Tanpa perlu waktu sedetik, ia membalas sapaanku dengan sabar dan penuh perhatiaan.
"Kalau mimpi kita tunangan atau menikah, itu artinya apa?"
Lelaki itu terkejut dengan pertanyaan yang pasti menurutnya random itu. Alisnya menaut dengan wajah yang memasang raut aneh.
"Mana kutahu! Cari saja di internet atau buku tafsir mimpi," imbuh Kak Henno tak mau ambil pusing, "kau mimpi seperti itu?"
Aku tidak menjawabnya. Tidak penting juga dia tahu aku memimpikannya atau tidak.
Hening. Lelaki itu masih menatapku dengan penuh tanda tanya tanpa terlontar satu patah katapun dari bibirnya.
"Kau pernah memimpikan hal yang sama berulang kali berturut-turut?" tanyaku lagi secara tiba-tiba membuatnya sedikit terkejut.
Tidak seperti pertanyaan sebelumnya dimana dia tidak berpikir, kali ini Kak Henno tampak memikirkan jawabannya. Mungkin lebih tepatnya mencoba mengingat mimpi-mimpi yang ia miliki selama ini.
Lelaki itu bergumam sebentar sebelum membuka mulutnya, "sepertinya tidak pernah."
Aku hanya mengangguk. Benar, sekalipun ada beberapa, tapi tetap saja tidak banyak orang yang memimpikan hal yang sama berulang kali secara berturut-turut.
"Sumpah, kenapa sih, Han? Kau aneh banget!" seru Kak Henno kesal lantaran rasa penasarannya yang menggantung, "kepalamu sakit?"
Aku merengut dan menggeleng. Daripada menggubris lelaki yang tengah khawatir itu, aku justru memikirkan di mana aku bisa mendapatkan jawaban untuk rasa bingungku ini.
Kayla? Benar, mungkin Kayla bisa membantu. Ah, tapi aku sudah sering mengganggu waktu istirahatnya dengan masalahku. Dia kan sudah lelah seminggu memikirkan urusan kerjaannya.
Kak Henno? Baru saja terbukti kalau anak ini sama sekali tidak bisa membantuku dan justru malah akan menertawakan dan menganggapku seorang perempuan gila yang halu.
Siapa lagi? Aku tidak punya banyak teman dekat untuk aku bisa berbagi atau sekedar bertanya.
Tiba-tiba sosok teman baruku, Arkan, melintas di benakku. Lelaki itu kemarin membantuku menemukan cincin dan bisa memberikan solusi saat aku bertanya di telpon. Kurasa lelaki itu bisa diandalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice To Meet YOU
RomancePandangan Bomi memotret wajah cantik seorang perempuan yang tengah memandangnya dari kejauhan. Tanpa keduanya sadari, Tuhan sedang menuliskan cerita dari sebuah kehilangan. Setiap langkah lelaki itu menjadi awal bahagianya, dan juga rasa sakit. Namu...