"Ah, kau..."
Suara Bomi tertahan begitu sorot manik itu menembak ke dalam pupilnya diikuti dengan senyuman yang sudah lama tidak ia lihat.
"Kak Henno?"
Lelaki itu hanya mengangguk dengan senyum yang lebih lebar. Wajahnya masih sama seperti dulu, hanya saja terlihat sedikit gurat lelah di sana. Bomi mengerti, pasti sudah sangat banyak hal yang terjadi selama 3 tahun ini yang tentu saja membuat lelaki bernama Henno itu merasa payah.
"Lama tidak berjumpa," suara itu kembali menyapa telinga Bomi. Tanpa sadar dirinya tersenyum lantaran bisa kembali melihat lelaki itu.
"Iya," jawab Bomi singkat dengan sebuah anggukan ringan. Ia masih tidak menyangka dapat bertemu dengan Henno dalam waktu sedekat ini. Tidak, lebih tepatnya ia tidak menyangka akan bertemu Henno dalam keadaan seperti ini.
"Aku hanya ingin menyapa sebentar karena kebetulan aku melihatmu," ujar lelaki itu dengan satu tepukan pelan pada bahu Bomi, "kalau begitu aku pergi."
Bomi bergeming. Ia hanya menatap punggung Henno hingga lelaki itu menghilang di tikungan jalan besar. Ia menghempaskan napas berat, lalu kembali bersandar pada dinding. Benar apa yang dikatakan Henno. Selama dirinya masih berada di sini, ia tidak akan bisa lepas dengan Hanni. Bahkan, saat ini semua seperti kembali ke masa lalu, namun dalam keadaan yang berbeda.
"Kau mau aku bagaimana, semesta?"
***
Itu...
Kayla mencuri-curi pandang melalui kaca besar pada seseorang yang berjalan menuju kafe dengan wajah tertunduk. Sesekali memicingkan mata, perempuan itu tidak bisa fokus lantara Hanni yang terus saja mengajaknya berbicara.
Mataku tidak salah lihat, kan? Itu Bomi. Sedang apa dia di sini? Bertemu siapa?
Begitu lelaki itu membuka pintu kafe dan menatap sekeliling, Kayla semakin yakin kalau itu benar Bomi. Sontak, perempuan itu mengalihkan pandangannya saat keduanya hampir bersinggungan tatap. Ia juga kembali mengajak Hanni berbicara agar perempuan itu tidak memiliki kesempatan melihat Bomi.
"Hey Arkan, kau mau kemana?"
Kayla tersentak sesaat Arkan tiba-tiba berlari ke arah pintu kafe diiringi dengan seruan Hanni. Kedua bola matanya turut mengikuti langkah Arkan menyisir jalan. Diam-diam pandangannya menjuru ke seisi kafe dan tidak mendapati sosok Bomi yang sebelumnya sudah berdiri di ambang pintu.
Perempuan itu tertegun dengan pikirannya sendiri.
Apa Arkan mengejar Bomi?
Kenapa Bomi lari?
Bukankah dia bilang tidak mau menyerah pada Hanni?
Kenapa Arkan mengejar Bomi?
Semua pertanyaan itu membuatnya tanpa sadar menghiraukan Hanni yang menggerutu lantaran Arkan yang tiba-tiba pergi.
"Kay! Kau mendengarkanku tidak sih?"
Pekikan Hanni menyadarkannya. Perempuan itu mengerjap, lalu bangun dari duduknya.
"Hanni, aku minta maaf sekali meninggalkanmu sendirian di sini. Aku sudah harus kembali ke kantor," sesal Kayla sembari menepuk pelan bahu Hanni.
Mendengar selaan dari sahabatnya yang super sibuk itu, Hanni memaklumi perempuan itu dan mengangguk dengan senyuman.
"Aku tidak apa. Pergilah, hati-hati di jalan!"
"Bagaimana dengan temanmu?"
"Nanti kalian akan kukenalkan lagi," jawab Hanni semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice To Meet YOU
RomancePandangan Bomi memotret wajah cantik seorang perempuan yang tengah memandangnya dari kejauhan. Tanpa keduanya sadari, Tuhan sedang menuliskan cerita dari sebuah kehilangan. Setiap langkah lelaki itu menjadi awal bahagianya, dan juga rasa sakit. Namu...