4. Blocked

693 64 3
                                    

Hallo!

Happy Reading, enjoy yaa.

***

Anya meregangkan badannya, sesekali melakukan peregangan pada kakinya. Hari ini begitu melelahkan bagi Anya dan teman-teman seangkatannya karena baru menyelesaikan salah satu rangkaian kaderisasi jurusannya, masa bimbingan 1.

Masa Bimbingan pertama ini difokuskan untuk lebih mengenal himpunan jurusannya, jadi seharian ini Anya dan teman-temannya menyusuri setiap sudut di fakultas untuk mendapat materi dari setiap bidang yang ada di himpunannya.

"Pulang ke kosan gue mau langsung rebahan sampai besok pagi," ucap Caca.

"Dasar jompo, baru juga segini, gimana ntar pelantikan, non," jawab Wira.

"Lah emang gue mau ikut pelantikan? Latihan dasar kepemimpinan aja gue engga tau ikut apa engga."

"Ya masa lo engga ikut sih? Seru tau, pengalaman banget."

"Buat apa lo menyiksa diri untuk hal yang engga perlu, Wir? Gue engga ada niatan buat jadi ketua himpunan, ngapain juga gue ikut LDKM."

Wira mendengus sebal, karena prinsipnya dengan Caca berbeda sekali. Wira kuliah selain untuk belajar, dia ingin memperluas koneksi, sedangkan Caca dia kuliah ya bener-bener untuk belajar dan mungkin rebahan.

"Wir." Langkah mereka terhenti saat satu teriakan mengalihkan atensi mereka.

Caca menghela nafas lelah, melirik Anya yang daritadi diam saja memilih jadi tim penyimak, "here we go again, Nya. Temenan sama orang famous susah ya, lagi weekend gini ada aja yang nyapa dia. Padahal ini kampus termasuk sepi loh."

Anya nyengir, "Wira temennya banyak banget ya, kayaknya satu fakultas lima puluh persennya temen dia deh."

Caca mengangguk setuju, selama tiga bulan menjadi teman Wira, Caca dan Anya udah engga haran atau kaget kalau tiap jalan di lingkungan fakultas selalu aja ada yang nyapa Wira dan ngajak dia ngobrol. Eksistensi Wira memang senyata itu.

"Halo, Nya."

Anya tersenyum karena ia mengenal orang yang baru saja memanggil Wira.

Caca semakin mendengus sebal, kalau lagi jalan bareng Wira dan Anya eksistensi Caca tidak pernah dihiraukan. Orang-orang manggil Wira kalau engga basa-basi pasti minta dikenalin sama Anya. Yah, sepertinya eksistensi Anya engga jauh beda sama Wira.

"Baru kelar mabim ya?" tanya Fatwa.

Wira mengangguk, "ada apa nih? Gausa kebanyakan basa-basi, Bang. Temen-temen gue udah capek, engga lihat lo."

Fatwa nyengir, "udah pada makan belum?" tanya Fatwa.

Wira menyipitkan matanya menatap kaka tingkat beda jurusannya dengan curiga, "ada apa nih?"

"Gue lagi ulang tahun hari ini, temen-temen gue pada bangsat banget ada acara sendiri. Gue traktir lo sama temen-temen lo deh, Wir."

"Lain kali engga bisa, Bang?" tanya Caca.

"Engga bisa. Gue 'kan ulang tahunnya hari ini bukan lain kali. Lagian gue yakin banget kalian nyampe kosan pasti capek banget jadi engga akan sempet makan, jadi gue traktir makan dulu, yang deket-deket aja."

Wira menghela nafas lelah, mau nolak tapi dia sedang berusaha menghargai effort kakak tingkatnya ini. Wira paham kok maksud Fatwa tiba-tiba ngajakan makan sore menjelang malam ini buat apa, ya buat modus ke Anya.

"Yaudah boleh, fastfood aja biar cepat dan dekat."

Fatwa tersenyum lebar, "okay."

"Tapi gue sama temen-temen gue naik mobil gue aja ya, ketemuan di sana aja."

Grow Up: BersenyawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang