***
Kegiatan kaderisasi satu persatu mulai terlaksana, mabim satu, mabim dua, yang akan dilanjut dengan kegiatan LDKM*. Selain kegiatan kaderisasi yang sangat padat di awal semester, tugas yang diberikan dosen nggak kalah padatnya.
Mungkin saat orang-orang bilang kuliah tingkat satu dan dua adalah seleksi alam, ya nggak ada salahnya. Di tingkat ini keyakinan mereka benar-benar diuji, mau terus melanjutkan bertahan di jurusan ini atau lebih memilih menyerah dan mencari jurusan yang sesuai harapan.
Hal yang terakhir tidak berlaku untuk Anya, suka atau tidak suka, dia harus bertahan di jurusan ini. Anya akan membuktikan kepada Ayahnya, kalau dia bukan anak yang manja, dan tentu saja agar jalan adik-adiknya ke depan lebih mudah daripada jalan yang ia tempuh.
Wira selaku ketua angkatan, malam ini bertugas mengcrosscheck perlengkapan teman-temannya untuk LDKM. Beberapa hari terakhir ini dia sibuk sekali, menyewa beberapa alat yang dibutuhkan dan memfollow-up teman-teman seangkatannya yang akan mengikuti kegiatan ini.
Caca dan Anya setia berdiri di belakang Wira, mengingatkan kalau-kalau Wira lupa makan.
"Karpetnya masih kurang, Wir. Gimana ya?" tanya Akbar, salah satu teman sekelas mereka.
"Engga ada lagi yang bisa dipinjem karpetnya, Bar?" tanya Wira.
Akbar menggeleng, "yang lain karpetnya yang tebal dan berat itu loh, Wir."
Wira menghela nafas, "coba tanya di group. Kalau emang beneran engga ada, terpaksa kudu beli ini mah."
"Ngaco lo, Wir. Ini udah jam sepuluh malam, beli dimana anjir?" tanya Caca.
"Yaudah besok pagi aja sebelum kumpul, gampang lah."
Anya menyerahkan satu botol air mineral ke arah Wira yang langsung disambut dengan semangat oleh Wira. Pusing banget jadi ketua angkatan, nyesel banget kenapa dulu ngeiyain tawaran ini.
"Eh, aku ke parkiran mobil dulu ya." Anya bangkit dari duduknya.
"Ngapain?" tanya Wira.
"Ada Mas Ghian di parkiran mobil."
"Bang Ghian ngapain ke sini malam-malam, Nya?" tanya Caca.
"Nganterin jaket punya Maminya Mas Jeral. Jaket aku 'kan tipis-tipis, makannya aku pinjem jaket Mami. Eh dianterin sama Mas Ghian."
"Yaudah. Gue anter jangan?" tanya Wira.
Anya menggeleng, dia cukup tau diri kok kalau Wira lagi sibuk banget dengan urusan LDKM ini dan Anya engga mau menambah kesibukan Wira, "nggak usah. Aku bisa sendiri kok, kamu lupa kalau aku Belinda Anya Ardanio?"
"Yaudah hati-hati, kalau ada apa-apa langsung telfon gue."
"Lebay banget, ke parkiran doang astagaaa."
"Bukan lebay tapi gelap di sana Anya."
Anya nyengir, "yaudah aku nyamperin Mas Ghian dulu ya. Dah."
***
Anya dan Ghian menghampiri Wira, Caca, dan beberapa teman angkatannya yang masih stay di kampus.
"Eh Bang, apa kabar?" Wira menyapa Ghian saat sudah menyadari kehadirannya.
"Bang Ghian rajin amat malam-malam ke kampus orang," celetuk Caca.
Ghian nyengir menanggapi celetukan Caca, dia membalas sapaan Wira dan meletakkan kresek berisi satu box martabak telor dan satu box martabak manis, "tadi di jalan nyari makanan yang cocok di makan kalau lagi sibuk gini, nih gue bawain martabak. Dimakan ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up: Bersenyawa
ChickLit[END] "Gue orangnya selalu fokus sama tujuan dan dia adalah tujuan gue. Tapi kalau pada akhirnya usaha yang gue lakukan tidak dihargai, bukankah artinya gue harus mencari tujuan lain?" -Ghian Barrananta- "Jatuh cinta nggak selalu menyenangkan, ada k...