Hi Hello!
Enjoy the story, I hope.
***
Riuh tepuk tangan dan sorak sorai mewarnai kampus yang sore ini sedang dipenuhi oleh muda-mudi yang akan memasuki fase baru, status baru sebagai mahasiswa. Decakan bangga, sorak gembira, pelukan, tangis semua bercampur menjadi satu di dalam gedung Gymansium karena pada akhirnya mereka telah resmi menyandang gelar sebagai MAHAsiswa.
Setelah panitia selesai membagikan jas alamamter, suasana Gymnasium begitu hangat dan antusias. Para mahasiswa baru tanpa menunggu lama langsung mengenakan alamamater kebanggan kampusnya, mengambil foto dengan beberapa teman atau bahkan foto selfie. Rasa bangga karena pada akhirnya bisa menjadi bagian dari kampus yang sangat diidam-idamkan oleh banyak orang.
"Wira, Caca ayok foto bareng." Anya berteriak heboh, mencari kawan seperjuangan selama ospek 4 hari ke belakang setelah puas mengambil foto selfie.
Wira dan Caca menghampiri Anya dengan antusias, berfoto dengan segala pose hingga akhirnya mati gaya.
"Udah anjir, capek." Wira yang pertama mengeluh, untuk ukuran cowok foto 5 kali aja cukup, bahkan itu terlalu banyak, toh yang akan diposting cuman satu.
Anya dan Caca tak menanggapi keluhan Wira, mereka sibuk memeriksa hasil foto. Aman. Lemak-lemak yang berusaha mereka sembunyikan tidak terlihat, pipi chubbynya tertutup oleh rambut, dan yang paling penting mukanya tidak terlihat berminyak dan kusam karena pencahayaan yang bagus.
"Wir, fotoin gue sama Anya dong," tapi tentu tidak semudah itu Wira keluar dari situasi ini. Sambil mendengus sebal, Wira tetap menuruti apa kata teman barunya itu.
Setelah beberapa gaya diabadikan-yang menurut Wira sama saja-akhirnya mereka menyerah karena kehabisan gaya, lagi.
"Pulang ayok, engga capek apa kalian?" tanya Wira, menghentikan eforia keduanya.
"Ih Mas Jeral belum ngehubungin aku." Anya kembali sibuk dengan ponselnya, kali ini bukan untuk foto melainkan untuk menghubungi masnya.
"Engga balik ke kosan lo, Nya?" tanya Caca.
Anya menggeleng, tangannya sibuk menari-nari di layar ponselnya, "besok pagi mau balik dulu ke rumah. Ada barang ketinggalan terus Bunda nyuruh balik. Biasalah, baru kali ini ngelepas anaknya tinggal jauh."
Caca mengangguk mengerti, "padahal mau ngajak kalian berdua jalan."
Anya mengalihkan atensi sepenuhnya ke Caca, "yah Ca, maaf. Next time ya, atau kalian mau jalan berdua gapapa kok."
"Gue besok kayaknya harus ke rumah Tante gue deh, soalnya 'kan masuk kuliah masih minggu depan." Wira ikut nimbrung.
Caca cemberut, "yaudah deh, gue mau balik juga ke Bekasi. Di sini engga ada temen juga."
"Eh, nunggunya di masjid aja ayo, sekalian ngadem sama lurusin kaki." Wira memberi ide, setelah 4 hari mengikuti ospek yang isinya duduk sila berjam-jam, lari-larian buat Isoma, dan mendatangi pameran UKM yang ada di lapangan lari membuat kakinya pegal. Butuh diluruskan.
Caca dan Anya mengangguk setuju. Selama perjalanan menuju masjid yang ada di lingkungan kampus, Anya sibuk menghubungi masnya.
***
"Loh, kok Mas Ghian yang jemput? Mas Jeral kemana?" tanya Anya dengan ekspresi terkejut yang tak dibuat-buat. Pasalnya tadi Jeral bilang lagi otw dan sebentar lagi sampai, ehh yang sekarang berdiri di depannya malah Ghian.
Ghian tersenyum, "Masmu sibuk sama urusan di himpunan, Nya. Tadi dia tiba-tiba ditelfon sama adik tingkatnya butuh bantuan gitu."
Anya dan kedua temannya sedang duduk lesehan di pelataran masjid yang langsung berhubungan dengan tempat parkir, jadi begitu Ghian keluar dari mobil langsung bisa melihat Anya dan kedua temannya lagi duduk lesehan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up: Bersenyawa
ChickLit[END] "Gue orangnya selalu fokus sama tujuan dan dia adalah tujuan gue. Tapi kalau pada akhirnya usaha yang gue lakukan tidak dihargai, bukankah artinya gue harus mencari tujuan lain?" -Ghian Barrananta- "Jatuh cinta nggak selalu menyenangkan, ada k...