23. Sudut Pandang Arbin

546 52 2
                                    

Hallo!!!

/

/

/

/

/

/

/

***

Setelah kejadian mabuk tidak direncanakan tiga hari ke belakang, Arbin sebisa mungkin menghindari Anya. Alasannya tentu saja sederhana, dia malu karena orang yang dia suka melihatnya dalam kondisi yang engga banget.

Mabuk malam itu memang tidak direncanakan, Wira tiba-tiba nelfon minta ditemenin buat dateng ke Club malam-malam jam setengah 12. Katanya, "pikiran gue lagi kacau, Kang, gue takut hangover." Niatnya dia hanya menemani Wira, eh kenyataannya dia yang hangover duluan karena toleransi alkoholnya rendah.

"Mau bimbingan tugas perancangan kapan, Bin?" tanya Galuh, teman Arbin.

"Nanti dah, gue mau cari referensi desainnya dulu di perpus jurusan," jawab Arbin.

"Butuh temen gak?" tanya Galuh.

"Kagak usah, ntar gue ke kosan lu aja kalau udah dapet referensinya." Keputusan yang kemudian Arbin sesali.

Arbin salah sih waktu dia berfikir bisa menghindari Anya dalam waktu yang lama, sedangkan jurusan mereka sama yang otomatis belajar di gedung dan lantai yang sama, jadi memang pada akhirnya akan selalu ada pertemuan yang tidak disengaja.

Seperti sore ini, di perpustakaan jurusan dia melihat Anya sedang sibuk dengan setumpuk buku, kakinya sudah siap untuk putar balik tapi mata mereka keburu bertemu.

Anya senyum.

Senyum yang berhasil bikin jantung Arbin mendadak kayak lagi di diskotik.

"Nyari apa, Kang?" tanya Anya saat Arbin sudah berjalan mendekat ke arahnya.

"Nyari bakso, Nya, tapi kayaknya di sini engga ada deh," jawab Arbin.

Anya terkekeh, manis banget-di mata Arbin-bikin nagih.

"Nyari buku dong, Nya, orang ke perpus mau nyari apalagi sih emang?" Arbin bertanya balik.

"Maksud aku, mau nyari referensi buat jurnal juga?" tanya Anya.

"Oh, lu lagi ngerjain jurnal?" lagi Arbin malah bertanya balik.

Anya melirik setumpuk buku di sampingnya, "iya, nih. Tugas dari professor mesti bikin jurnal."

Arbin mengangguk paham.

"Jadi lo nyari apa?" tanya Anya.

"Mau nyari referensi buat tugas perancangan." Arbin mulai menelusuri rak buku yang berisi design high rise building. Setelah mendapat beberapa buku design dia mengambil tempat duduk di samping Anya.

Perpustakaan jurusan emang sepi, jarang banget ada mahasiswa yang mau nongkrong di perpus jurusan. Selain karena bukunya engga sekomplit yang ada di perpus universitas, ya ngapain juga orang nongkrong di perpus. Kalau mau nongkrong ya di coffee shop.

Keunggulan perpus jurusan cuman satu, di sini banyak buku-buku yang berisi referensi design yang bisa membantu tugas mahasiswa, yang kalau beli sendiri cukup bikin ginjal para mahasiswa bergetar. Dari rumah tinggal sampai bangunan tinggi semua referensinya ada di sini, yang ngisi ketua jurusan juga dosen-dosen yang baik hati. Namun, karena jaman sudah modern kebanyakan mahasiswa lebih memilih nyari referensi lewat internet, tapi menurut Arbin lebih menyenangkan aja melihat referensi design versi cetaknya.

Grow Up: BersenyawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang