Hallo!
/
/
/
/
/
***
Musyawarah mahasiswa sudah berjalan hampir satu bulan lamanya, kenapa bisa selama itu? Mumas bukan hanya untuk pemilihan mandataris ataupun ketua himpunan selanjutnya, namun ada agenda pertanggung jawaban dari kahim sebelumnya dan ketua pengawas himpunan, dilanjut dengan pemilihan ketua baru untuk pengawas himpunan dan agenda terakhir pemilihan mandataris baru untuk ketua himpunan selanjutnya.
Perjalanan yang sangat panjang bukan? Yaps, akhir-akhir ini kampus sudah menjadi rumah kedua bagi Anya yang hampir separuh waktunya ia habiskan di kampus, pulang ke kosan paling buat tidur dan mandi. Untung saja Ghian bukan tipe-tipe cowok rewel kayak mantan sebelumnya, yang banyak menuntut. Ghian daripada menuntut dia lebih sering nyamperin Anya ke kampus buat ngajak makan bareng.
Semua terliahat lancar dan berjalan sesuai kendali, namun tentu saja di hidup ini engga ada hidup yang semulus itu. Selama mumas berlangsung, intensitas pertamuan Anya dan Rafif semakin sering. Rafif adalah salah satu senior di fraksi alumni yang paling rajin datang mumas.
"Anyaaaa, gue baru balik kerja nih." Rafif keluar dari dalam lift dengan satu kresek full berisi makanan yang dibeli di minimarket sekitar kampusnya, "nih, gue tau lo butuh nyemil selama mumas."
Anya mendengus sebal, sudah tidak terkejut lagi dengan kelakuan Rafif yang datang-datang bawa belanjaan sekeresek hanya untuknya seorang.
"Gausa dibagi-bagi ke si Wira, ini makanan gue beli khusus buat lo," tambah Rafif, menyodorkan kresek berisi makanan tersebut kepada Anya.
Anya mau engga mau menerima pemberian Rafif, di luar ruang rapat banyak senior yang sedang ngobrol sambil merokok dan beberapa atensi mereka mengarah kepadanya, jadi daripada dianggap engga sopan ya Anya akhirnya nerima pemberian dari Rafif. "Makasih Kang," jawab Anya, singkat padat dan jelas.
Senyum Rafif langsung secerah mentari di pagi hari, "gue bisa tau ngajak lo makan di tempat makan enak engga cuman bawain lo makanan ringan doang. Jadi mau kapan?" tanya Rafif pantang mundur dari hari pertama mumas berlangsung.
Anya tersenyum kecil, "kapan-kapan ya, Kang." Setelah menjawab pertanyaan Rafif, Anya langsung kabur ke ruang panitia yang ada di samping ruang rapat.
"Asik, makanan lagi." Wira yang sedang bermain game dengan teman-temannya berseru senang saat Anya datang ke ruang panitia dengan kresek berisi makanan dalam pelukannya. "Gila, si Rafif pantang menyerah juga ya," lanjut Wira.
Anya meletakkan kresek berisi makanan tersebut di atas meja, mempersilahkan teman-temannya untuk mengambil apapun yang mereka mau. Dari hari pertama mumas berlangsung, Anya engga pernah berniat memakan apapun yang Rafif kasih, takut ada peletnya.
"Kang Rafif ini bikin aku engga nyaman deh, kenapa sih tiap dateng mumas bawa sesajen terus," Anya merutuk, mengambil tempat duduk di sebelah Wira yang sedang sibuk bermain game di ponselnya.
"Gapapa, Nya, mayan rejeki buat panitia lainnya," sahut Wira.
"Ya tapi 'kan engga enak Wira. Aku tuh udah engga nyaman ada di sekitar dia, dengan dia ngasih makanan kayak gini bikin aku ngerasa berhutang budi."
"Iyain aja ajakan makan sama dia, Nya."
Anya menatap Wira dengan tatapan tajam, yang ditatap cuek aja soalnya masih fokus ke game. "Dulu perasaan kamu paling engga seneng deh kalo aku deket-deket sama dia, kok sekarang malah nyuruh aku iyain makan sama dia sih?" tanya Anya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up: Bersenyawa
Literatura Feminina[END] "Gue orangnya selalu fokus sama tujuan dan dia adalah tujuan gue. Tapi kalau pada akhirnya usaha yang gue lakukan tidak dihargai, bukankah artinya gue harus mencari tujuan lain?" -Ghian Barrananta- "Jatuh cinta nggak selalu menyenangkan, ada k...