Hallo!
Happy reading~
***
Anya menatap Ghian yang sedang sibuk memilih sepatu. Sudah berapa store yang mereka kunjungi dan sampai saat ini belum ada satupun sepatu yang bisa menarik perhatian Ghian. Kali ini Anya memutuskan untuk duduk dan mengamati Ghian yang sedang sibuk bertanya nomor ukuran sepatu kepada pramuniaga.
"Capek ya, Nya?" tanya Ghian yang sekarang ikut bergabung duduk di sebelah Anya selagi pramuniaga mencari nomor sepatu sesuai request Ghian.
Anya mengangguk, "random banget tiba-tiba ngajak beli sepatu. Padahal aku yakin banget sepatu Mas Ghian masih bagus-bagus."
Ghian terkekeh, "reward buat diri sendiri ini namanya, Nya, kemarin aku sibuk kerja ya buat apa? Buat menyenangkan diri sendiri lah."
Anya mendengus sebal, "ditabung lah."
"Loh kamu lupa lagi berhadapan sama siapa? Ghian Barrananta, yang hidupnya sudah terplanning sampai lima tahun ke depan, jadi ya tabungan mah aman."
Anya semakin mendengus sebal, "iya deh iya, Mas Ghian doang yang top yang lain beng-beng."
"Yah padahal lebih enak beng-beng daripada top."
"Idih, Mas Ghian semenjak jadi asisten dosen selera humornya udah kayak bapak-bapak wasaf, nggak jauh beda dari Ayah."
Ghian hanya terkekeh menanggapi ucapan Anya karena kedatangan pramuniaga yang mengintrupsi obrolan mereka.
"Bagus nggak?" tanya Ghian yang sedang memamerkan dirinya mengenakan sepatu yang berhasil menarik perhatiannya.
"Kenapa warna putih? Ih sayang banget kalau kehujanan ntar kotor."
"Aku kebetulan lagi nyari sepatu putih. Bagus nggak?" tanya Ghian sekali lagi.
Anya mengamati Ghian dengan sepatu yang sedang ia kenakan. Style Ghian kali ini persis seperti asisten dosen di kampus Anya, celana jeans berwarna cream dan kemeja putih yang lengannya sengaja Ghian gulung sampai setengah siku, "cakep. Kalau lagi musim kemarau dipake ke kampus dengan style kayak sekarang oke kok. Pasti yang naksir makin banyak."
Anya engga melebih-lebihkan ucapannya kok, memang eksistensi Ghian di kampus sebagai mahasiswa magister yang merangkap jadi asisten dosen berhasil memikat beberapa mahasiswanya. Followers akun social media Ghian kebanyakan mahasiswanya sendiri.
Ya siapa yang engga terpikat, asisten dosen, mahasiswa S2, ganteng, udahlah idaman emak-emak Indonesia banget. Anya kalau bawa Ghian ke rumah, pasti Bunda auto menyetujui hubungannya dengan Ghian tanpa harus banyak bertanya.
"Aku penasaran deh Mas, emang Mas Ghian nggak tertarik sama salah satu mahasiswa yang ada di kampus?" tanya Anya saat mereka sudah keluar dari store sepatu dan Ghian berhasil mendapatkan sepatu barunya.
"Kenapa nanya gitu?" Ghian bertanya balik.
"Ya aneh aja. Di kampus aku ada kok dosen yang nikah sama mahasiswanya sendiri. Berarti selalu ada aja kemungkinan 'kan?" tanya Anya.
Ghian mengangguk, "yap. Selalu ada kemungkinan, tapi nggak berlaku di aku."
"Kenapa? Belum kali, masih gagal move on dari mantan sebelumnya ya, Mas?" tanya Anya.
Ghian terkekeh, "Nya, bagi aku masa lalu itu disimpan di belakang, nggak perlu aku bawa-bawa, berat."
"Habisnya aneh aja, pasti banyak mahasiswi cantik di kampus Mas Ghian, tapi masih aja jomblo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up: Bersenyawa
ChickLit[END] "Gue orangnya selalu fokus sama tujuan dan dia adalah tujuan gue. Tapi kalau pada akhirnya usaha yang gue lakukan tidak dihargai, bukankah artinya gue harus mencari tujuan lain?" -Ghian Barrananta- "Jatuh cinta nggak selalu menyenangkan, ada k...