Hallo!
***
Malam ini tiga serangkai memutuskan untuk ngerjain tugas bareng di salah satu restaurant junk food yang buka 24 jam. Di tengah kesibukan mereka mengurus acara inaugurasi, hal-hal berbau akademik tentu saja tidak bisa mereka abaikan, terlebih Wira yang sudah menjamin nilai akademik Anya semester ini engga akan turun.
Wira dan Caca sibuk diskusi beberapa teori yang menyangkut dengan tugas mereka, sedangkan Anya sibuk dengan dunianya sendiri. Dari pertama datang dan mulai nugas, Anya emang yang paling engga fokus di antara mereka bertiga. Untung aja kali ini tugasnya kelompok dan mereka tentu saja memutuskan untuk satu kelompok.
"Nya, buka cad dong, gue sama Wira lagi buka lumion kalo buka cad laptop gue lemot," ucap Caca sambil menepuk bahu Anya yang duduk di depannya.
"Hah? Oh iya, okay." Anya meraih laptopnya yang daritadi dia abaikan.
Wira menatap Anya, "lo lagi banyak pikiran ya, Nya?" tanya Wira.
Anya menghela nafas, bahunya meluruh, dia menatap Caca dan Wira bergantian selagi menunggu aplikasi cad terbuka di laptopnya, "Enggapapa, maaf ya kalau malam ini aku engga fokus."
"Bukan malam ini doang kali, Nya. Udah hampir seminggu lo kayak kehilangan minat hidup, kayak raga lo ada di sini tapi jiwa lo engga tau lagi dimana," timpal Caca.
"Mau ikut gue gak, Nya?" tanya Wira.
"Kemana?" Anya balik bertanya.
"Mabok," disusul dengan cengiran Wira yang tanpa dosa, "kalau lagi banyak pikiran enaknya minum tau, Nya, dijamin lo bakal ngerasa ringan."
Ucapan Wira langsung mendapat pukulan tepat di kepalanya dari Caca yang duduk di sebelahnya, "anak orang gausah lu ajak aneh-aneh, Wir."
Wira terkekeh, "Shelter deket soalnya, tinggal ngesot ke bawah doang."
"Gausa ngadi-ngadi, ini tugas dikumpulin tiga hari lagi," ucap Caca sewot.
Wira menjauhkan laptop dari hadapannya, menyenderkan punggungnya di kursi, "sekiranya tugas bikin lo engga bisa bersenang-senang, maka tinggalkanlah."
Sekali lagi kepala Wira mendapat pukulan dari Caca, "lo ngomong kayak gitu tapi IP lu semester kemarin hampir menyentuh angka empat, jadi gausah bacot."
Anya terkekeh melihat perdebatan yang terjadi di hadapannya, setidaknya tingkah mereka berhasil bikin dia terdistraksi, "aku harus ngapain nih?" tanya Anya saat aplikasi cad sudah terbuka.
"Benerin denah aja, udah dikirim sama Wira ke email lo. Gue sama Wira nyoba ngerjain tridi di lumion," jelas Caca.
Anya mengangguk mengerti dan mulai mengerjakan denah yang Wira berikan, melengkapi gambar tersebut dengan beberapa informasi yang dibutuhkan. Kali ini tugas berhasil membuat Anya terdistraksi dan menarik jiwanya untuk kembali kepada tempatnya.
***
Ghian menunggu di depan pintu keberangkatan dengan penuh harap. Dua puluh menit lagi kereta yang akan ia tumpangi menuju Malang akan melaju, tapi sosok yang Ghian tunggu tak kunjung datang.
Cemas.
Itu yang Ghian rasakan, karena dia tau betul gimana sibuknya Anya akhir-akhir ini. Dia disibukkan dengan kegiatan himpunan dan akademik yang cukup menyita waktunya. Ghian melirik seseorang yang sudah menunggunya di dalam stasiun, memberikan kode agar mau menunggu untuk beberapa menit ke depan.
Ghian boleh bernafas lega, saat orang yang sudah sangat ia nantikan berdiri tak jauh dari tempatnya dengan nafas ngos-ngosan.
"Ih aku kira Mas Ghian udah pergi," ucap Anya begitu dia sudah berdiri tepat di hadapan Ghian dengan nafas ngos-ngosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up: Bersenyawa
ChickLit[END] "Gue orangnya selalu fokus sama tujuan dan dia adalah tujuan gue. Tapi kalau pada akhirnya usaha yang gue lakukan tidak dihargai, bukankah artinya gue harus mencari tujuan lain?" -Ghian Barrananta- "Jatuh cinta nggak selalu menyenangkan, ada k...