29. Masuk Goa

534 52 0
                                    

Hallo!

/

/

/

/

***

Anya engga tau Ghian akan membawanya kemana, karena selama di perjalanan mereka diselemuti oleh keheningan. Anya gugup banget waktu liat muka Ghian yang tanpa ekspresi saat menyambutnya, tidak ada panggilan manis apalagi sayang, hanya senyum tipis hampir tak terlihat setelah mempersilahkannya masuk.

Ya tau Anya salah karena engga cerita tentang hal sepenting ini ke Ghian, tapi jangan salahin Anya sepenuhnya dong karena alasan dia engga cerita ada sangkut pautnya dengan kelakuan Ghian akhir-akhir ini.

Ternyata Ghian membawa Anya ke kosan miliknya, begitu selesai memarkir mobil di pekarangan kosan, Ghian segera turun tanpa menunggu Anya sama sekali. Bikin Anya semakin overthinking, "kenapa Mas Ghian bisa semarah ini?".

"Kamu laper engga? Kalau laper kamu gofood aja, aku mau mandi dulu," ucapnya begitu Anya sudah ada di kamar kosanya.

Setelahnya dia pergi begitu saja ke kamar mandi tanpa memperdulikan Anya yang masih bingung.

Anya boro-boro kepikiran mau pesen makan apa, kalau lagi ada di situasi kayak gini nafsu makan Anya mendadak hilang tak berjejak. Akhirnya dia memutuska untuk duduk di sofa yang ada di kamar Ghian dan menonton tv.

"Ngegofood apa?" tanya Ghian begitu dia keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya.

Anya menggeleng, "kamu laper? Mau makan?" Anya balik bertanya.

Ghian mengangkat kedua bahunya, "terakhir makan kapan?" tanya Ghian.

Anya diam nampak mengingat-ingat kapan terakhir kali dia makan, "tadi pagi dibeliin breakfast menu dari mekdi sama Wira."

Ghian menghela nafas, meraih ponsel yang ia letakkan di meja depan sofa dan mendudukan dirinya di sofa tersebut, "mau makan apa?" tanya Ghian.

Sekali lagi Anya menggeleng, "engga laper."

"Anya kamu harus makan, kamu punya lambung yang sensitif jadi perutnya jangan sampai kosong." Untuk pertama kalinya hari ini Ghian menatap mata Anya langsung. "Aku pesenin hokben ya?" tanya Ghian, tatapannya melembut.

Seakan terhipnotis oleh tatapan Ghian, Anya menganggukan kepalanya. "Tapi aku engga mau makan sendiri."

Tak ada jawaban dari Ghian, dia sibuk memesankan makanan lewat ojek online untuk santapan mereka sore ini. Setelahnya Ghian berjalan menuju tempat tidur lebih tepatnya nakas samping tempat tidurnya untuk mengeringkan rambutnya.

"Sini aku bantu." Anya menghampiri Ghian dan meraih hairdryer di tangan Ghian, lalu suara hairdrayer tersebut menyelimuti mereka yang sedang tenggelam dalam pikirannya.

"Nya."

"Mas Ghian."

"Kenapa?" tanya Ghian.

"Mas Ghian dulu deh."

"Ladies first."

Anya manyun di belakang Ghian, "aku minta maaf."

"Buat?"

"Engga ngasih tau kamu tentang photoshoot hari ini. Aku bingung abisnya, minggu-minggu kemarin kamu sibuk—ntah untuk apa—jadi aku engga mau ganggu kesibukan kamu. Kata Wira kamu butuh space buat menyelesaikan masalah kamu, jadi aku takut ganggu aja," jelas Anya.

Grow Up: BersenyawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang