PART XXVI

76 3 0
                                    

“ Tutt..Tutt..” Queensha dan juga Saira dikejutkan dengan bunyi klakson dari mobil Abi Queensha.
“ Queensha ayo..” pekik abinya dari dalam mobil. Abi memilih untuk tidak turun dari mobil.
“ Iya Bi.. Bentar..” balas Queensha.
“ Ra.. Gue cabut dulu..”
“ Lo ngak nungguin orangnya datang?” tanya Saira.
“ Ngak.. Kan gue udah tahu siapa orangnya. Gue titip pesan aja. Bilangin sama orangnya, ngak usah masang foto gue lagi. Kalau fotonya bagus juga ngak papa..” ocehan Queensha yang menggelitik selera humor Saira.
“ Queensha… Queensha.. Bilang aja kalau lo suka..” tukas Saira yang terdengar oleh Queensha.
“ Ra..” Queensha sepertinya memperingatkan Saira.
“ Hati-hati Sha.. Cepat sembuh..” pekik Saira yang mendapat senyuman hangat dari Queensha.
#
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Koichi dan Feby sampai di tempat Saira. Saira pun tertawa melihat Koichi. Sampai Koichi sendiri pun heran dibuatnya.
“ Ada yang salah?” tanya Koichi langsung.
“ Ngak ada sih. Tapi bagi Queensha ada..” Koichi sungguh bingung dengan kalimat yang dilontarkan oleh Saira.
“ Maksud lo?” Saira pun menceritakannya kepada Koichi.
“ Hahahaha Koichi sendiri pun tertawa dengan apa yang ia dengarkan dari Saira.
“ Terus dia kemana sekarang?” tanya Koichi dengan mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
“ Udah cabut. Tadi dijemput sama abinya. Kayaknya sih mau ke rumah sakit..” jawab Saira.
“ Owwhh.. Sini hp gue..” Koichi menjulurkan tangannya.
“ Nih. Kata Queensha ‘ lo bilangin sama dia, ngak usah masang foto gue lagi, kalau bagus juga ngak papa’ Saira menirukan gaya Queensha bicara.
“ Hehehe..” dari tadi Feby hanya diam kalau melihat Koichi membicarakan Queensha. Terlihat dari raut wajah Koichi, ia tampak bahagia.
“ Kak.. Jadi ngak nih?” tanya Feby yang memberhentikan pembicaraan mereka.
“ Hmm.. Oke.. Saira, gue cabut dulu ya. Btw.. Thanks.. ya. Udah nemuin hp gue, dan udah cerita ke gue ujar Koichi sebelum meninggalkan Saira dan pergi bersama dengan Feby.
#
Malam. Sekarang waktu berputar terasa lebih cepat. Awalnya Queensha heran kenapa di rumahnya terdengar begitu banyak suara motor bahkan ada mobil. Bibi pun langsung membukakan pintu ketika salah satu dari mereka membunyikan bel.
“ Assalamualaikum..”
“ Wa’alaikumussalam balas Queensha. Memang sekarang hanya Queensha dan bibi saja yang ada di rumah. Soalnya Abi, Umi dan Ashana lagi pergi menghadiri sebuah pesta temannya abi. Queensha dia ajak sih. Tapi dianya yang ngak mau. Katanya dia malu dengan kondisi tangannya yang ditopang dengan sebuat alat penyangga.
“ Siapa bi?” tanya Queensha ketika menemukan bibi di dapur.
“ Owwhh.. Itu, teman-temannya non ujar Bibi.
“ Teman-teman saya?” Queensha mengerutkan keningnya. Dan memilih untuk keluar menemuinya.
“ Owwhhh… Kalian..” ujar Queensha.
“ Iya Sha. Kami udah bilang kok sama orang tua lo
“ Ya udah. Lanjut. Gue ke dapur aja dulu. Nanti gue ke sini lagi ujar Queensha ketika ingin berbalik ia mendapati Koichi dan Feby.
“ Hai..” sapa Koichi yang tidak mendapatkan balasan dari Queensha. Cuman tampang datar yang ia dapatkan.
“ Gimana kata dokter?” Queensha tak menghiraukan pertanyaan Koichi. Ia malah memilih untuk menatap Koichi dengan kemarahan. Kemudian melirik kearah Feby.
“ Sha.. Saya bisa jelasin. Kami tadi cuman pergi ke pasar doank.. Beli persiapan untuk acara 17-an.. Maaf kalau saya ngak bisa anterin kamu tadi ke dokter.. ujar Koichi dengan wajah yang memelas.
“ Hah? Apaan sih kak..” Queensha benar-benar bingung dengan tingkah Koichi.
“ Kan kamunya marah..” ujar Koichi lagi.
“ Jangan ngacok deh kak. Siapa yang marah gara-gara itu. Itu mah terserah kakak. Kalau mau pergi sama siapa dan kemana, itu haknya kakak, ngapain bawa-bawa Queensha. Toh, Queensha bukan siapa-siapanya kakak..” ujar Queensha ketika sudah mengerti maksud dari ucapan Koichi.
“ Aneh deh.. Kalau pun kalian pacaran ngak ada sangkut pautnya sama Queensha..” sekarang Queensha yang banyak bicara.
“ Oke.. Saya minta maaf. Terus kamu marah sama saya gara-gara apa?” tanyanya lagi.
“ Wallpapernya udah diganti. Ntar ceweknya marah lho..” ujar Queensha dan melirik kepada Feby yang sedari tadi memperhatikan mereka.
“ Udah..” jawab Koichi singkat.
“ Bagus deh..” ujar Queensha. Tiba-tiba, Koichi menghidupkan gawai miliknya itu.
“ Nih..” Koichi memperlihatkan layar ponselnya. Queensha sendiri terkejut melihatnya.
“ Apa-apaan sih kak.. tukar ngak Queensha mengancam Koichi.
“ Ngapain.. Ini kan ponsel saya..” Queensha sangat kesal, lain dengan Koichi yang hanya tertawa geli melihat kekesalan Queensha karena Koichi memasang fotonya dengan Queensha sebagai wallpaper.
“ Maksudnya apaan sih kak. Pasang-pasang foto Queensha ??” ujarnya.
“ Pengen aja. Emang ngak boleh?”
“ Kenapa ngak sekalian di instagram aja. Kayak dulu, biar aku nanti jadi korbannya..” sindir Queensha yang benar-benar kesal dengan Koichi.
“ Ngak aahh. Yang boleh liat foto kamu itu cuman saya. Yang lain mah ngak boleh ujar Koichi.
“ Ngak jelas banget ahh..” Queensha meninggalkan Koichi dan segera menuju dapur untuk meminta bibi membuat minuman dan cemilan untuk teman-temannya.
#
17-an akan dilaksanakan besok. Jadi pada malam hari ini semua orang tengah sibuk mempersiapkannya. Ada banyak hadiah yang akan dibungkus. Karena ada banyak juga lomba yang akan dilaksanakan. Umi dan Abi pun segera pulang karena ia juga harus membantu remaja yang lainnya dalam mempersiapkan acara untuk besok.
Selama mengerjakan tugasnya, pandangan Koichi tidak terlepas dari Queensha walaupun sudah ada Feby yang selalu ingin mendapatkan perhatian darinya. Queensha melihat dengan jelas bahwa Feby menyukai Koichi. Apa apan nih? Feby juga suka sama Koichi setelah dia merebut beni? Seketika Queensha sadar, dalam situasi seperti ini tidak ada kata merebut ataupun direbut. Karena Koichi dan Queensha tidak memiliki hubungan. Perhatian yang selama ini Koichi berikan kepada Queensha, ia lakukan juga kepada orang lain. Queensha aja yang terlalu baper. Lagian gue juga ngak suka sama dia?
“ Sha.. kok bengong sih? Lagi mikirin apaan?” tanya Wiwi yang sedari tadi memperhatikan Queensha.
“ Ngak kok. Gue lagi mikir aja.. Kalau udah besar nanti, apa kita masih kayak gini?” alibinya Queensha.
“ Masih donk Sha.. Sabahat sejati ngak akan terpisah sampai akhir nanti..” jawab Shabrina yang mendengar pertanyaan Queensha.
“ Hmm.. Gue beruntung punya sahabat kayak kalian.. Ngak ada duanya..” ujar Queensha kemudian memperlihatkan seleratan giginya kepada teman-temannya.
“ Kok malah mellow gini sih??” ujar Beni yang duduk tak jauh dari Queensha.
“ Kalau gitu gue permisi sebentar ya..” ujar Queensha yang meninggalkan semuanya.
“ Kak bantuin donk rambut aku.. susah nih tangan aku kotor..” ujar Feby ketika Queensha hendak melewati mereka. Koichi pun membantu Feby menyelipkan rambutnya dibelakang telinga. Queensha yang tak mau terjebak dalam situasi yang diinginkan Feby memilih terus melanjutkan perjalanannya.
“ Kak.. nenek nelpon nih..” ujar Ashana yang menuju ruang tengah.
“ Barusan Queensha pergi Nah.. Kayaknya ke kamar mandi deh..” ujar Fatma.
“ Makasih kak..”
“ Hmm..”
#
Hari kelahiran. Bukan hanya manusia yang dilahirkan. Melainkan juga sebuah Negara. Negara yang kita cintai hari ini sedang berulang tahun. Memperingati hari kemerdekaan. Merdeka dari bentuk penjajahan secara fisik. Yang kita rasakan saat ini.
Persiapan yang dilakukan dengan sangat matang. Agar acara pada hari ini di komplek perumahan cermerlang, berjalan dengan lancar. Di sebuah lapangan yang sangat besar sudah dihiasi dengan berbagai kerajinan tangan yang didominasi dengan warna merah putih, sebagai warna bendara kita.
Hari ini angin sangat bersahabat karena ia membuat bendera berkibar dengan sangat gagahnya. Tidak hanya angin yang bersahabat dengan hari ini melainkan cuaca yang sangat mendukung kegiatan yang akan dilaksanakan dari pagi.
Walaupun keadaan Queensha yang sekarang. Tapi tidak ada halangan baginya untuk mengikuti rangkaian kegiatan hari ini.
“ Queensha sudah siap?” tanya Umi ketika melihat Queensha sudah menuruni anak tangga.
“ Udah donk mi..” ujarnya dengan bersemangat.
“ Abi dimana mi?”
“  Owwhh.. Tuh.. Lagi mililh daster umi. Buat lomba joget balon nanti ucapan umi barusan membuat Queensha dan juga Ashana yang ada di sana tertawa terpingkal pingkal.
“ Lucu kali ya.. kalau Abi pakai daster..” ujar Ashana dengan polosnya.
“ Apa abi-abi?” ujar Abi yag baru saja sampai di meja makan.
“ Abi.. Sini… Sarapan dulu. Biar kuat nanti, jogetnya..” ujar Umi yang diakhiri dengan tawanya.
“ Umi bisa aja kalau ngeledek abi. Umi liat aja nanti, abi pasti menang ujar Abi ketika mulai mengoles roti dengan selai kacang.
“ Nanti abi yang semangat ya, jogetnya ujar Ashana disela makannya.
“ Aassiiyaapp ujar Abi dengan memperagakan gaya Atta Halilintar.
“ Hhhh..” Queensha terkekeh-kekeh melihat tingkah konyol abinya.
“ Bi.. Nanti Queensha ikut ya..” ujar Queensha.
“ Ikut liat aja ya..”
“ Iya Bi.”
#
Lapangan hari ini sudah dipenuhi oleh banyak orang. Baik dari yang muda sampai yang tua, yang cewek dan yang cowok ada di sana. Baik yang mau ikutan lomba maupun hanya ingin memeriahkan acara. Jarak lapangan yang tidak jauh dari rumah Queensha membuatnya berjalan kaki agar bisa sampai di sana.
“ Rame ya kak..” ujar Ashana yang berada di samping Queensha.
“ Hmm..” Queensha hanya mendeham untuk menjawabnya. Sekarang kepalanya mulai menoleh ke sekelilingnya.
“ Kakak lagi cari siapa?” tanya Ashana yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik kakaknya.
“ Ngak ada..”
“ Bohong..”
“ Ashana yang cantik. Untuk sekarang ini kakak ngak mau debat sama kamu ya.. Kamu sana gih main sama teman-teman kamu. Tinggalin aja kakak sendiri..” ujar Queensha dengan sangat lembut tetapi dengan tujuan ingin mengusir adiknya.
“ Iya deh.. Semoga kakak ketemu ya sama kak Koichi..!” ujar Ashana sebelum pergi meninggalkan Queensha.
“ Hai Sha..” Queensha menoleh ke belakang dan mendapati seseorang.
“ Hmm..” ia kembali memalingkan wajahnya ke depan.
“ Jutek amat sih..” ujar Beni yang mulai berdiri dihadapan Queensha.
“ Sha
“ Iya bi..” Queensha menuju tempat abinya, yang padahal abi tidak memangilnya. Hanya sebuah alasan yang ia pakai untuk menghindari Beni. Tapi dalam perjalanan lari dari Beni, ia tidak sengaja menabrak dua orang yang sedang berbicara.
“ Ma..maaf orang itu menatap Queensha dengan heran dan begitu juga dengan Queensha.
“ Sha.. tunggu gu ternyata Beni mengejar Queensha. Koichi dan Feby pun heran melihat mereka berdua.
“ Lo apa-apaan sih.. Udah gue bilang. Jangan ganggu gue lagi..” ujar Queensha tanpa menghiraukan kebingungan Koichi dan Feby.
“ Tapi Sha gue Beni menarik tangan Queensha agar tidak lari lagi dari hadapannya.
“ Lepasin..” Queensha berusaha sekuat mungkin untuk melepaskan genggaman tangan Beni.
“ Anjing..” Koichi melepaskan genggaman itu. “ Lepasin nggak!! Lo nggak liat dia kesakitan.” ujar Koichi pada Beni.
“ Lo ngak usah ikut campur urusan kita..” sebelum mendengar pertengkaran lebih lanjut. Queensha memilih untuk meninggalkan tempat itu karena ia sudah terlepas dari Beni tanpa mengucapkan terimakasih pada Koichi.
“ Sha lo mau kemana?” ujar Beni tanpa memperdulikan ocehan Koichi.
“ Berani lo ngejar dia, lo hadapin gue dulu!!” ujar Koichi yang melihat Beni sudah mengambil ancang-ancang ingin mengejar Queensha sehingga Beni membatalkan niatnya.
“ Kak.. Mau kemana?”

ARESHAKEEL [COMPLETED]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang