PART XXVII

71 4 0
                                    

“ Hey..” Koichi mengejutkan Queensha dari belakang membuatnya menoleh dengan wajah kesal. Entah kesal karena dikejutkan oleh Koichi apa masih gara-gara Beni tadi.
“ Apaan sih..”
“ Ihh.. gitu aja marah..” ujar Koichi yang mencoba mendekati Queensha.
“ Kamu ngak ikut pertandingan??” tanya Koichi yang mencoba membuka obrolan dengan Queensha. Pertanyaan yang dilontarkan Koichi barusan, dianggap Queensha sebagai pertanyaan retoris yaitu pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Di situasinya yang seperti ini sekarang, ngak ada kemungkinan untuknya ikut dalam pertandingan yang akan dilombakan. Bisa nonton aja udah syukur.
“ Hmm.. Kamu udah makan?” tanya Koichi lagi. Sepertinya Queensha menganggap kalau semua pertanyaan Koichi adalah pertanyaan retoris apa mungkin Queensha tidak ingin berkomunikasi dengan Koichi karena baru saja moodnya sudah dirusak oleh Beni.
“ Kamu marah sama saya?” tanya Koichi karena tak kunjung dijawab oleh Queensha.
“ Mendingan kakak urus aja tuh pacar kakak..” ujar Queensha setelah lama ia menahannya.
“ Pacar?” tanya Koichi dengan mengerutkan dahinya.
“ Udah ngak perlu ditutupin lagi. Semua orang udah tahu kalau kakak itu sekarang pacaran sama Feby..” pernyataan yang dilontarkan Queensha membuat Koichi mengeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa terpingkal-pingkal.
“ Kamu cemburu ya?” tanya Koichi setelah tawanya reda.
“ Jangan ngacok deh kak. Siapa yang cemburu?” ujar Queensha dengan nada naik satu oktaf.
“ Tuh… Kan marah..”
“ Jadi orang jangan kepedean deh kak. Lo bukan siapa-siap juga di hidup gue, ngak ada gunanya cemburu..pernyataan yang didengar Koichi langsung dari mulut Queensha membuatnya sangat terpukul.
“ Queensha..”panggil Koichi dengan niat menjelaskannya.
“ Lo jangan ganggu hidup gue lagi. Gue pengen bahagia tanpa adanya lo di hidup gue..” ujar Queensha yang tampak sangat marah.
“ Sha.. Dengerin saya dulu. Kita ngak pacaran.. Itu cuman
“ Udah lah.. Lagian kita kan ngak ada hubungan apa-apa. Jadi ngak ada yang perlu dijelaskan lagi. Lagian itu hidup lo. Gue mohon sama lo, biarin gue jalanin hidup gue sendiri. Dan tolong, biarin gue lupain lo..” Genggaman Koichi yang begitu hangat di tangan Queensha bahkan sampai menjalar ke seluruh tubuhnya. Tapi ia harus melepaskannya, walaupun begitu berat untuk ia lakukan.
#
Masih di acara memperingati Hut-RI. Koichi yang sedari tadi sudah duduk karena tidak ada semangat yang tersisa. Semuanya sudah direnggut oleh pernyataan Queensha tadi. Tapi ada suatu yang janggal baginya dengan perkataan Queensha. Yaitu pada bagian akhir. Di kepala Koichi kalimat tersebut masih berlari-lari tak tentu arah di dalam benaknya. Dan tolong, biarin gue lupain lo... Ya, kalimat itu yang ia coba untuk menafsirkannya sedari tadi. “Apa dia juga suka sama gue?” Koichi membantin.
Bukan hanya pikiran yang tak terlepas dari Queensha, pandangannya juga. Sedari tadi mata Koichi tidak beranjak dari Queensha yang tengah menikmati perlombaan walaupun moodnya sudah hancur. Berkecamuk, itulah rasa yang dirasakan oleh Koichi. Ia tidak tahu yang ia rasakan saat ini, rasa yang satu sama lain saling berpadu menjadi satu rasa.
Di tempat Queensha berdiri sekarang. Ia sedang menyaksikan pertandingan adiknya. Yaitu pacu karung dengan menggunakan helm. Terlihat sangat lucu ketika Ashana memakai itu. Perut Queensha terasa tergelitik olehnya.
“ Ashana yang semangat ya..” ujarnya ketika Ashana melirik kakaknya itu.
“ Kak..” panggil Ashana. Bukan pada Queensha melainkan pada pria yang tengah berdiri disebelanya.
“ Hai.. Semangat ya..” ujar Koichi yang tak mau kalah menyemangati Ashana. Ingin rasanya Queensha lari dari tempat itu. Tapi ia ingin juga melihat perlombaan adiknya. Dan akhirnya ia memutuskan untuk tidak menganggap keberadaan Koichi disebelahnya.
“ Sha..”panggilan Koichi yang tak dihiraukan oleh Queensha.
Ashana.. semangat..Cepat na.. ujar Queensha saat Ashana akan mencapai garis finis.
“ Yeeaayy..” ujar Queensha saat melihat Ashana sudah melewati garis finish duluan dari pada peserta lomba lainnya. Ingin rasanya Queensha memberikan tepuk tangannya yang meriah untuk adiknya.
“ Ahh..” ujar Queensha saat melihat tanganya yang satu lagi. Tapi niat Queensha memberikan tepuk tangan untuk adiknya terlaksana karena Koichi meminjamkan satu tangannya untuk Queensha agar ia bisa  bertepuk tangan. Awalnya Queensha tidak menyangka hal itu akan dilakukan oleh Koichi. Hal yang begitu manis bagi Queensha. Dua tangan yang berbeda menghasilkan bunyi yang indah. Queensha sendiri hanyut terbawa suasana.
“ Kak.. Aku bisa kan?” ujar Ashana yang datang dari arah depan, membuat Koichi dan Queensha mengalihkan pandangannya.
“ Iya..” seketika Queensha sadar. Ia sudah kembali kepada ingatannya, bahwa sekarang Koichi itu pacanya Feby.
“ Kak mau kemana?” tanya Ashana.
“ Mau kejurang..” pekik Queensha yang ingin menjawab pertanyaan adiknya. Setelah itu ia ditelan oleh kerumunan, yang hanya menyisakan bayangannya saja dari pandangan mereka berdua.
“ Aneh ya kak.. Di kota besar seperti ini. Mana ada jurang.. Kak Queensha kenapa kak?” tanya anak polos ini.
“ Hhh.. Lagi PMS kali !!”
“ P-M-S? Palang Merah siapa??” ujar Ashana yang mencoba mencari kepanjangan dari singkatan yang disebutkan oleh Koichi barusan.
“ Bukan itu Na..” Ashana tertawa melihat kekesalan Koichi akibat ulahnya.
#
Acara puncak dari kegiatan memperingati ulang tahun kemerdekaan adalah panjat pinang yang dilakukan oleh pria. Acara ini sangat ditunggu-tunggu. Rasanya ngak afdol kalau ngak ada lomba panjat pinang. Tidak hanya hadiah yang mengiurkan dari atas sana, tapi rasa kebersamaan dan kekompakan juga yang membuat orang berlomba-lomba untuk mencapai ke puncaknya. Dan tidak hanya mengambil hadiah ke atas sana, melainkan mengibarkan bendera sang saka, yaitu bendera merah putih kebanggaan Indonesia.
Seperti yang kita ketahui, kalau batang pinang tersebut sudah diolesi dengan oli, minyak, bahkan sabun sekalipun, agar terasa licin. Jika tidak, pasti orang dengan mudah akan berhasil memanjatnya. Karena itu ada sebagian dari peserta panjat pinang yang tidak mengenakan baju dan ada juga yang hanya memakai baju kaos yang sudah tidak terpakai lagi. Soalnya noda yang ada di baju itu akan sulit untuk dihilangkan.
Beralih ke Queensha. Gadis ini masih setia mengikuti acaranya. Karena ia termasuk salah satu orang yang sangat menyukai acara panjat pinang ini. Oleh karena itu ia mau menunggu sampai acaranya selesai.
“ Ashana..” panggil Queensha.
“ Ada apa kak?” respon Ashana.
“ Abi ikutan??” tanya Queensha dengan menaikan kedua alisnya.
“ Iya kayaknya kak..”
“ Hah? Abi udah lupa kali ya sama usia nya. Bisa-bisa abi nanti encok..” ujar Queensha yang sibuk mencari keberadaan Abinya. Sampai akhirnya ia mendapatkannya.
“ Ehh Queensha. Ada apa nak?” tanya Abi yang sepertinya telah bersiap-siap.
“ Bi.. Jangan ikut ya. Nanti kalau badan abi sakit-sakit gimana. Abi pasti yang jadi pondasi, kan ngak mungkin kalau abi yang ke atas. Abi kan berat..” ujar Queensha, antara mengejek abinya dan meremehkannya.
“Sssttt.. Kamu ngak tahu siapa abi kamu ini?”
“ Ngak?”
“ Dulu abi yang sampai ke puncak itu..”
“ Bi.. Dulu.. Bukan sekarang.. udah lah abi ngak usah ya..”
“ Ayo bi.. terdengar suara yang tak begitu asing lagi di telinga Queensha.
“ Iya.. Koichi. Abi udah siap nih.. ujar Abi dengan memperagakan ototnya.
“ Abi.. dengerin Queensha ya..”
“ Queensha anak abi yang manis. Biarin abi ikut ya..”
“ Hmm.. Kalau misalnya badan abi sakit gimana? Kan Queensha ngak bisa mijitin. Tangan Queensha masih sakit bi… Ya bi. Queensha ngak mau liat abi sakit..” sekarang dengan nada yang sangat khawatir. Mengetuk pintu hati abinya.
“ Kalau gini.. Abi mau gimana lagi. Anak abi udah ngelarang..” ujar Abi pasrah tapi pasrah dengan ikhlas demi anaknya tercinta.
“ Ya udah Bi. Apa yang dikatakan Queensha benar
“ Abi nonton sama Queensha di sana aja yuk bi..” Queensha langsung menerobos perkataan Koichi dengan menarik tangan abinya meningalkan pria itu dengan perasaan yang sangat kecewa.
#
“ Ayo.. ayo..” semua penonton begitu histeris ketika sudah mulai sampai puncaknya. Tapi tidak dengan penonton yang satu itu. Sedari tadi ia tidak bersemangat menontonnya walaupun ini adalah acara favoritnya. Ingin sekali ia bersorak seperti yang lainnya. Tapi otaknya mengatakan hal yang sebaliknya. Perdebatan besar terjadi antara hati kecil dengan otak. Karena otak yang berada di atas maka ia yang lebih merajai.
“ Bi pulang yuk..” kata Queensha.
“ Kok pulang. Padahal menegangkan lo. Liat tuh. Koichi
“ Queensha udah capek bi..” ujar Queensha yang tak ingin membahas hal yang menyangkut Koichi lagi.
“ Hmm.. Lagi marahan ya sama Koichi?” tebak abi yang sungguh membuat Queensha tambah kesal. Dari raut wajah aja, semua orang sudah tahu kalau terjadi sesuatu antara Queensha dengan Koichi.
“ Ya udah.. Abi cari Ashana dulu ya ujar Abi lalu meninggalkan Queensha.
“ Yeeaayy..” suara itu terdengar sangat berisik di telinga Queensha. Ternyata Koichi sudah berhasil sampai kepuncak sana dengan perjuangan yang luar biasa susahnya.
Sampai di atas, bukannya mengambil hadiahnya Koichi malahan mengambil bendera merah putih, lalu ia kibarkan disertai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya kebanggaan kita semua. Semua peserta duduk mengelilingi batang pinang tersebut sambil meletakkan tangganya di dada. Bukan hanya peserta saja penonton pun melakukan hal yang sama yaitu meletakkan tangan di dada dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia.
Setelah itu, Koichi mulai mengambil hadiahnya satu persatu. Dan tak lupa membagikannya pada teman-temannya yang lain. Serta ada juga yang ia selipkan ke sakunya.
“ Ayo na.. Kakak kamu udah capek tuh..” ujar Abi dengan menarik tangan Ashana.
“ Kak bentar aja.. Tunggu kak Koichi turun.” Sekarang Ashana memohon pada Queensha.
“ Ngapain nungguin dia??” ujar Queensha dengan juteknya.
“ Kak Koichi udah janji sama aku. Dia mau ngasih hadiah yang ada di atas sana..” ujar Ashana dengan semangatnya.
“ Ngak mungkin lah. Mana mungkin dia ingat sama kamu. Tuh liat dia lagi sibuk..” ujar Queensha yang diikuti oleh Ashana dengan melirik Koichi yang sedang dikerumuni banyak orang.
“ Iya bi…??” tanya Ashana. Abi hanya mengangkat bahunya. Karena ia tidak ingin barada di perdebatan kedua putrinya.
“ Kak Koichi pekik Ashana.
“ Kak.. Kak Koichi.. KAK.. KAK KOICHI..” ia mencoba berteriak sekuat tenaganya.
“ Udah lah na.. Ngak akan di dengerin. Mendingan kita pulang aja. Nanti kakak traktir Es deh. Pakai duitnya Abi..” mendengar kata Abi. Abi pun langsung melirik Queensha dengan mata melotot.
“ Kata nya traktir, kok malah pakai duit abi??”
“ Hehehhe..”
“ Kak bentar aja.. kalau kak Koichi ngak datang baru kita pulang..” pinta Ashana.
“ Kamu ngak kasian liat kakak. Kakak udah capek Na..” sekarang giliran Queensha yang memohon pada Ashana. Sesaat, ia melihat kakaknya.
“ Ya udah..” mereka pun mulai melangkahkan kakinya menuju jalan pulang. Tapi sebelum itu.
“ Ashana.. ASHANA..” pekik, siapa lagi kalau bukan Koichi yang tengah berlari ketika melihat Ashana dan yang lainya sudah mulai berjalan.
“ Kak..” sahut Ashana. Mereka pun terpaksa menghentikan langkahnya untuk pulang.
“ Huff..”
“ Maaf.. Kakak telat. Kamu udah mau pulang ya?” ujar Koichi yang sudah ngos-ngosan.
“ Hmm.. Udah niih kak,  kak Queensha udah capek nungguin kakak..” goda Ashana. Sehingga menimbulkan lipatan pada dahinya Queensha. No coment itulah yang dilakukan Queensha. Tidak ada keinginan baginya untuk mengobrol dengan Koichi.
“ Hmm.. Nih. Yang kakak janjiin tadi. Seperti kesepakatan kita tadi. Ok..?” Koichi menyodorkan sesuatu yang ada ditangannya.
“ Makasih ya kak.. Sini hp kakak..” ujar Ashana pada Koichi. Sedari tadi Queensha mencui-curi pandang pada dua orang itu. Kepo.
“ Nih..”
“ Kak Queensha.. Senyum donk..” untuk kedua kalinya Queensha mengerutkan dahinya karena perkataan Ashana. Koichi sudah mulai mendekati Queensha. Kerutan kening Queensha bertambah dengan aksi yang dilakukan Koichi.
“ Katanya mau posting di IG..” bisik Koichi.

ARESHAKEEL [COMPLETED]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang