Apa ini yang dinamakan senjata makan tuan. Atau ketelan air ludah sendiri? Sulit diprediksi bagaimana hubungan antara Koichi dan Queensha sebenarnya. Belum ada kepastian sedikit pun. Apa mereka hanya nyaman dengan situasi seperti ini. Tapi entah lah, kita berharap semoga hubungan mereka ke depannya berjalan dengan baik.
“ Kita mau kemana sih?” tanya Queensha ketika berada di boncengan Koichi.
“ Ke mall!!!” jawab Koichi.
“ Hah? Ke mall? Ngak ada apa tempat yang lain?”
“ Hmm.. Lo aneh.. Cewek kalau diajak ke mall itu senang, apalagi kalau ditemanin sama cowok ganteng kayak gue..!!”
“ Berarti gue bukan cewek yang lo maksud.. Gue mah beda sama yang lain..”
“ Iya deh..”
“ Emangnya lo ngapain sih ke mall? Kayak ngak ada tempat yang lain aja?” Queensha masih penasaran dengan rencana Koichi ke mall.
“ Hmm.. Gue mau beliin Bunda kado ultah..”
“ Ciee.. Anak Bunda..”
“ Hhh.. besok bunda ke Jakarta lho..”
“ Hah? Serius?” Queensha kaget mendengar hal itu. Memang, saat ini Koichi tinggal di Jakarta sendiri karena orang tuanya tinggal di London.
“ Semangat amat denger calon mertuanya mau kesini..”
“ Ihh.. Apaan sih!!”
“ Katanya, Bunda sama Ayah ngak balik lagi ke London, dia mau menetap di sini
“ Owwhh.. Hmm.. Ciee.. ada yang ngak sendirian lagi nih.. Gue ngak penting lagi donk..”
“ Hmm.. Kata siapa..”
Mereka mencoba menyusuri toko, satu persatu sembari melihat-lihat hal yang akan menarik mata untuk melihatnya.
“ Btw.. Bunda lo lahir tanggal 2 Februari?”
“ Iya.. emang kenapa?” Koichi heran dengan nada bertanya Queensha.
“ Ngak papa..”
“ Hmm..”
“ Lo mau beli kado apaan?” tanya Queensha.
“ Hmm.. Belum tahu sih.. Menurut lo bagusan apa?” Koichi meminta saran dari Queensha.
“ Tas?”
“ Ngak deh..”
“ Hm.. Kalau sepatu?” Koichi menggelengkan kepalanya.
“ Perhiasan gimana?” Koichi tampak berfikir sejenak.
“ Boleh juga.” Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk memasuki sebuat toko perhiasan.
Di sana mereka mulai melihat, benda yang akan memikat mereka. memilah dan memilih pilihan masing-masing. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memilihnya, setelah kedua pihak (Queensha & Koichi) setuju dengan satu pilihan.
“ Ehh.. Itu bukannya Ashana?” seketika perhatian Queensha teralihkan.
“ Iya.. Ngapain dia ke sini? itu siapa?” mereka berdua betul-betul bingung.
“ Lo tunggu antrian dulu ngak papa.. Gue mau nyusul bentar..” pamit Queensha.
“ Ehh.. tapi
“ Bentaaarr..” Queensha meninggalkan Koichi sebelum Koichi selesai dengan kalimatnya. Sekarang Koichi harus terikat di loket pembayaran karena antrian yang lumanyan panjang.
#
“ Hmm.. Queensha gue boleh nunjukin sesuatu ngak?” tanya Koichi saat berada di depan rumahnya Queensha.
“ Nunjukin apa?” Koichi mengambil sebuah paperbag, kemudian mengeluarkan sebuah kotak perhiasan. Dan menunjukan perhiasan itu pada Queensha. Queensha pada saat itu kaget sekaligus terharu.
“ Bagus ngak?”
“ Ini bagus banget.. Bunda lo pasti suka.. Tapi bukannya
“ Buat bunda yang ini..” Koichi menunjukkan paperbag yang satu lagi pada Queensha. Queensha pun mengangguk-angguk malu.
“ Terus? Ini buat siapa? Pasti orang yang istimewa dalam hidup lo?” pertanyaan sekaligus tebakan yang dikeluarkan Queensha dari mulutnya.
“ Ya.. lo benar. Ini buat cewek yang paling special dalam hidup gue. Gue berharap bisa ngalungin ini di lehernya..”
“ Lo pasti bisa
“ Gue ngak tahu dimana dia sekarang pernyataan yang membuat wajah Queensha berubah 100%.
“ Maksud lo..?”
“ Hmm.. Panjang ceritanya..”
“ Owwhh..” Entah mengapa Queensha merasakan kekecewaan yang sangat mendalam.
“ Ya udah gue masuk..” Queensha berbicara tanpa melirik Koichi sedikitpun.
“ Queensha..” panggil Koichi saat langkah kaki Queensha sudah mulai bergerak.
“ Hmm..” Queensha membalikkan badannya.
“ Lo ikutkan, jemput Bunda sama Ayah di Bandara besok? Sehabis pulang sekolah?” tanya Koichi, Queensha menganggukkan kepalanya.
“ Insyaallah..” balas Queensha dengan memaparkan senyuman palsunya yang tercipta karena kekecewaan.
#
“ Ini siapa?”
“ Ini siapa?” umi mengulangi pertanyaannya.
“ Ashana.. Umi tanya ini siapa??”
“ Bukan siapa-siapa kok mi..”
“ Terus.. Maksud dari foto ini apa??” tanya umi dengan memamerkan handphone nya. Diam, Ashana hanya diam.
“ Kalau abi sampe
“ Udah.. Abi udah tahu..” sungguh suara abi membuat Ashana terkejut bukan main.
“ Abi.. Umi.. Ashana bisa jelasin kok..”
“ Apa..?? Apa yang mau kamu jelasin??” Abi mulai mentatar Ashana dengan pertanyaan yang akan membuat Ashana kesulitan untuk menjawabnya.
“ Abi.. Kalau dia itu cuman teman Ashana..!” mencoba meyakinkannya.
“ Teman? Teman kamu bilang.. Mana ada teman lawan jenis pegang-pegangan kayak gitu. Ini pakai peluk-pelukan lagi. Merasa udah gede kamu??” Abi sudah menahan ini dari tadi.
“ Bi..Ini ngak seperti yang abi liat.. Kak Queensha aja yang fitnah Ashana..” pernyataan Ashana yang membuat mata Queensha membulat.
“ Ngeles lagi.. Jelas-jelas ini ada buktinya. Ngak ada yang fitnah kamu..” jelas Umi karena tak terima Queensha dituduh seperti itu.
“ Ngak mi.. Ashana ngak pernah kayak gitu..”
“ Sini mana Handphone kamu??” ujar Abi.
“ Buat apa bi..”
“ Sini..!!” Ashana tidak menuruti permintaan abinya, dengan terpaksa abi langsung merebutnya.
“ Abi..” rengek Ashana.
“ Berapa pinnya??” tanya Abi dengan tegas. Awalnya Ashana diam, tapi tidak lagi saat Abi menekannya.
“ Tanggal lahir aku..” ujarnya dengan nada pasrah. Abi mulai memainkan ponsel Ashana. Ashana sendiri menatap Queensha tak suka. Tapi Queensha mencoba untuk bersabar.
“ Hah? Ini apaan Ashana..??” pekik Abi ketika memeriksa hp Ashana. Ashana diam, sepertinya sudah kalah. Sudah tertangkap.
“ Mau jadi apa kamu Ashana? Masih kecil udah bisa pacaran.. Bukannya focus belajar, ini malah asyik pacaran. Apa untungnya kamu pacaran..” Abi sudah benar-benar naik pitam dibuatnya.
“ JAWAB!!!”
“ Ngak bisa jawab? Berarti ngak ada untungnya pacarankan..”
“ Ohh ya, kemarin umi nelpon ibunya Zaskia, katanya ngak ada uang iuran yang harus dibayar.. Jadi kamu kemanain uang yang umi kasih kemarin..??” kebohongan baru mulai terbongkar.
“Jawab.. Kamu kemanain uang itu? Pakai jalan-jalan ke Mall sama pacar kamu?” Ashana diam berarti benar apa yang dikatakan oleh Uminya.
Plakk..
Tamparan yang dahsyat mendarat di pipi Ashana, hadiah dari abi. Umi dan Queensha hanya diam menyaksikan. Tak ada pembelaan atau rasa kasian dari mereka sedikitpun. Memang dalam hal ini Ashana sangat salah besar.
“ Cukup bi.. Cukup.. Abi sama umi ngak adil. Apa yang Ashana lakukan selalu salah di mata Umi dan Abi. Padahal Kak Queensha melakukan hal yang sama dengan Ashana..” sepertinya Ashana tak mau kalah sendiri.
“ Kamu sama Queensha beda.. Beda..” ujar Umi.
“ Iya beda.. Yang satu anak anggkat dan yang satu lagi anak kandung… Tapi sayangnya.. Umi dan Abi lebih sayang sama dia.. Ngak pernah sayang sedikitpun sama Aku. Padahal aku ini anak kandung abi dan umi.. dan dia hanya anak pungut..” kalimat-kalimat mutiara. Sungguh, menusuk sampai ke uluh hati Queensha.
PLAK..
“ Jaga ya omongan kamu.. Kamu ngak pantas ngomong kayak gitu..” abi tak tahan lagi melihat Ashana.
“ Fakta kok bi..”
“ Asal kamu tahu ya.. Walaupun dia cuman anak anggkat kami, dia selalu sopan, menghargai kami dan ngak pernah bohongin kami, ngak seperti apa yang kamu lakukan sekarang..” jelas umi dengan deraian air mata.
“ Tapi diakan kan pacaran juga, dekat sama lawan jenis.. Ngak pernah tuh, abi dan Umi marahin gini, ngak pernah periksa hpnya..” pendapat Ashana.
“ Dia jujur.. Ngak ada yang ditutupin sedikitpun dari umi sama abi, lagian gaya dia pacaran ngak sama kayak kamu yang melampaui batas..”
“ Tapi mi.. Anak anggkat itu udah rebut Abi sama umi dari Ashana..”
“ Cukup ya Ashana.. Ngak ada yang namanya anak anggkat.. Queensha Anak umi sama abi.. Kamu ngak bisa nyanggah itu.. Kami mendidik kalian sama. Tak pernah dipikiran kami sekikitpun buat bedain kalian..” jelas umi. Agar Ashana sadar dengan ucapannya.
“ Puas lo? Puas? Lo udah rebut orang tua gue.. Sekarang lo mau bikin orang tua gue benci sama gue? Biar lo dapatin kasih sayang mereka seutuhnya? Iya.. Dasar ngak tahu diri.. Tahunya cuman numpang..” untuk mendengarnya saja Queensha sudah tidak sanggup, apalagi membalasnya. Selama ini Queensha tidak tahu bagaimana perasaan Ashana. Ternyata hari ini diluapkan semuanya.
“ Ashana sudah saya bilang.. Tutup mulut kamu!! Kamu sadar apa yang barusan kamu katakana pada kakak kamu??” tegas Abi, jujur Abi sendiri tidak sanggup mendengar kalimat demi kalimat Ashana.
“ Aku ngak punya kakak.. Ngak punya.. Yang ada cuman orang luar yang masuk ke kehidupan kita dan merebut semuanya..”
“ ASHANA..” pekik umi.
“ Mulai hari ini aku mutusin hubungan sama dia.. Aku ngak ada hubungan lagi sama dia..” mendengar hal itu membuat Queensha sangat terpukul. Ia memilih untuk menjauh dari situasi ini. Tak dapat menyanggah sedikitpun.
“ Kamu sudah keterlaluan Ashana.. Mulai sekarang handphone kamu umi sita.. Ngak ada yang namanya uang jajan.. Sebelum kamu mengakui kesalahan kamu.. dan berubah..!! Umi segera meninggalkan Ashana dan menyusul Queensha. “ Gue benci lo.. Anak punggut..” pekik Ashana.
![](https://img.wattpad.com/cover/187146701-288-k386285.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARESHAKEEL [COMPLETED]✅
Sci-fiHari demi hari, bulan demi bulan, begitu pun tahun demi tahun. tak pernah lagi ia mendengar kabar tentang dia. Dia yang selalu ia tunggu. Entak kenapa cewek ini merasa bahwa orang yang selama 9 tahun tak pernah ia jumpai atau pun berkomunikasi, suat...