True Feelings but Fake Relationships | Sungchan [✓]

35. Kost putri Bu Sooyoung

Pagi-pagi banget ada telfon masuk yang bikin gua kebangun. Mata gua masih berat banget buat melek karena semalem ngerjain tugas sampai larut. Gua tidur sekitar jam setengah satu dan hari ini gua ada seminar mulai jam 10 pagi. Pembicara utamanya penulis terkenal yang juga anak dari pemilik perusahaan penerbitan dan katanya, Kak Mark juga ikut jadi pembicara. Makanya gua mau datang tepat waktu supaya nggak ketinggalan.

Sebenarnya gua agak asing sama pembicara utamanya itu karena gua jarang beli novel sebelumnya. Tapi katanya, novel pertama beliau mendapat predikat mega best seller sampai diangkat jadi film yang kemungkinan akan tayang tahun depan. Penulis dengan nama pena Gyuramm, katanya, status sosialnya sangat tinggi. Keluarganya terpandang. Dia punya satu anak perempuan yang nggak pernah sedikitpun kekurangan baik itu materi atau kasih sayang sejak kecil.

Beliau nggak suka di foto. Jadinya susah banget buat cari info tentang beliau di internet. Nggak main social media juga katanya.

Telepon yang maksa gua bangun itu tadi gua angkat, ternyata Kak Yeri. Nyuruh gua segera keluar karena sekarang dia udah nunggu di mobilnya. Dia nggak bilang mau ngapain atau ngajak gua kemana tapi dia cuman telepon buat nyuruh gua ke depan sekarang juga.

Begitu gua keluar kamar, pemandangan yang gua lihat adalah Kak Doyeon lagi nyapu. Sementara Kak Koeun baru kelar mandi. Kita emang bagi tugas untuk bersihin kostan, tapi Kak Doyeon biasanya baru tergerak untuk bersih-bersih sekitaran sore mau petang. Agak aneh rasanya liat dia bangun sepagi ini cuman buat bersihin kostan.

"Ssst." Kak Doyeon memberi isyarat supaya gua nggak berisik dengan gestur jari telunjuknya yang ditaro di bibir begitu gua baru mau nanya ada apa. Gua akhirnya ngangguk, kemudian jalan agak jinjit supaya nggak bikin lantai yang baru disapu Kak Doyeon jadi kotor lagi.

Sesampainya di luar, langit masih gelap. Ini emang masih jam setengah lima pagi. Kak Yeri udah stay di mobilnya dengan cardigan knit warna cokelat. Di dalamnya dia masih pakai piyama tidur soalnya.

"Mau kemana, Kak?" Tanya gua begitu udah duduk di jok sebelahnya.

"Ambil kue ke tempat temen gua. Dia pemilik toko kue gitu, terus gua secara khusus pesen kue yang dibikin langsung sama dia. Oiya pasti lo belom tau, hari ini Yuqi ulang tahun. Selama setahun tinggal bareng, kita selalu adain kebiasaan ngerayain ulang tahun bareng. Mulai sekarang lo harus ikut juga, ya. Patungan dua ratus ribu sini, buat kue. Maaf ngedadak dan nggak tanya dulu. Lo pasti setuju, kan? Dua ratus ribu doaaang lagian."

"Hah? Oh, Itu, nanti ya Kak, nggak bawa dompet." Terus terang gua kaget. Mau nolak tapi nanti kesannya kayak nggak peduli banget sama temen serumah. Tapi kalau nggak di tolak, gua pasti harus ngirit buat makan siang di cafetaria. Yang biasanya beli susu dan buah juga, kayanya dalam beberapa hari ini gua cuman bisa makan nasi sama lauk biasa. 

"Santaaai,"

Selama kita di perjalanan, Kak Yeri banyak cerita tentang kehidupannya pas masih SMA, tentang keluarganya, tentang keluarga Kak Mark. Tentang keluarga mereka yang pasti liburan ke luar negri setidaknya setahun dua kali, tentang cerita seru pas naik pesawat dan duduk di sebelah strangers... pokoknya cerita tentang pengalaman yang belum pernah gua alami.

Rasanya auto jadi orang payah ada di suasana ini sama Kak Yeri. Kalau dia tau gimana bisingnya rumah gua karena meteran listrik bunyi setiap akhir bulan mungkin dia bakalan kaget nggak percaya.

Tapi gua nggak iri, Kak Yeri dari kecil makan makanan yang dimasak pembantu. Sementara gua selalu makan makanan enak buatan Mama.

Nggak ada satupun rumah makan yang bisa nyamain rasa makanan rumahan buatan Mama. Seenak-enaknya makanan dari restaurant mahal, gua yakin nggak ada satupun yang bisa ngobatin rasa kangen gua sama masakan Mama pas lagi jauh-jauhan kayak gini. Huh, Kalau udah gini jadi kangen makan malam bareng deh sama Mama. Sama Nenek juga yang pastinya akan selalu ngomentarin hidup gua. Kangen juga lihat Dollar yang selalu rebahan males di keset depan kamar mandi nunggu kita makan.