Rama dan Anita berangkat ke indonesia di pagi buta saat jam 04.00 untuk menyelesaikan masalah yang sedang di hadapi Zahra. Keduanya tidak sabar bertemu dengan orang-orang yang sudah berani menyakiti putrinya.
Mereka harus menempuh perjalanan selama kurang lebih 17 jam dari Berlin ke Jakarta. Tentu Rama tidak akan mengorbankan waktu dan tenaganya begitu saja ketika sampai di sana.
Jika Langit dan Rembulan ingin bermain-main dengan keduanya, mereka dengan senang hati akan mengikuti alur permainan yang bocah tengil itu buat.
Di dalam pesawat pribadinya, Rama bersama Anita berbaring nyaman di kasur yang selalu mereka tempati ketika sedang melakukan perjalanan bisnis. Keduanya memang lebih banyak tinggal di pesawat dari pada di rumah sendiri.
Mereka memutuskan untuk tidur terlebih dahulu guna menyiapkan tenaga pagi esok.
🌜🌜🌜
Rama berjalan memasuki pekarangan rumah Jareda dengan menggandeng istrinya. Bahkan keduanya seakan lupa sopan santun dan tata krama, mereka melangkah begitu saja memasuki rumah sang sahabat.
Ternyata Jareda masih belum berangkat ke kantor. Rama tersenyum sinis, hal ini membuat rencananya berjalan dengan lancar. Ia tidak perlu bersusah payah menghampiri Jareda di kantornya.
Rama berdehem keras agar Jareda menyadari keberadaannya.
Jareda menoleh lalu kaget menemukan temannya yang tinggal di Jerman sudah berada di rumahnya, "Hey, Ram... Udah lama lo di situ?"
"Gak usah basa-basi Jar, lo jelas tau maksud kedatangan gue kemari." Tutur Rama. Ia duduk di sofa tanpa menunggu si tuan rumah mempersilahkannya.
"Aku ke depan dulu ya. Mau ke rumah Alya sama Andini." Pamit Anita.
Rama hanya mengangguk mengiyakan kemauan sang istri.
Rama bertanya sarkas, "Jadi tindakan apa yang udah lo lakuin mengenai kebrengsekan Langit?"
Jareda duduk di samping Rama. Ia memijit pelan pangkal hidungnya yang berdenyut sakit bila memikirkan kelakuan anak bungsunya.
"Entah gen brengsek siapa yang nurun ke Langit, Ram." Ringis Jareda.
Rama memandang malas ke arah temannya, "Jelas gen brengsek lo, setan. Gak inget kelakuan lo dulu gimana?" Hardik Rama.
Rama melanjutkan ucapannya, "Makanya jangan brengsek brengsek amat, sekarang dapat karma 'kan lo. Mana yang kena imbasnya anak gue lagi." Cemoohnya.
"Udahlah gak usah lo ingatin lagi. Jadi apa yang pengen lo lakuin buat balas kelakuan anak gue sama wanita ular itu." Tanya Jareda. Ia pasrah saja anaknya akan di apakan oleh Rama, salah Langit sendiri yang brengseknya gak nanggung-nanggung.
"Lo tau Rembulan itu anaknya Xavier?" Tanya Rama.
Jareda mengangguk, "Iya, dia bahkan anak satu-satunya Xavier."
Rama mengumpat kasar, "Anjing banget. Masa gue harus hancurin perusahaan sahabat sendiri. Apa Xavier gak tau kelakuan anaknya sebejat apa?"
Jareda ikut mengumpat, "Itu masalahnya sialan. Hasil didikan Xavier emang gak pernah benar."
"Tapi gue udah batalin kerjasama perusahaan yang di pimpin Zahra sama Xavier Group." Ucap Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jareda's FAMILY (On Going)
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] SEQUEL DARI CERITA "Perjodohan berjamaah" _____________________________ Kehidupan Zahra, Alya, dan Andini, berubah pesat setelah menikah. Sejauh ini pernikahan ketiganya bahagia, bahkan sangat bahagia. Tetapi lama-kelam...