22. THE REAL HAMA?

1.1K 97 13
                                    

Mereka sudah sampai di tempat camping. Tetapi Queen malah memaksa pulang entah karena apa. Zahra bisa merasakan anaknya ini sedang tidak tenang.

"Queen kenapa, sayang?" Tanya Langit pada Zahra.

Zahra menggeleng, "Gak tau, tapi dia lagi rewel." Ucap Zahra.

Langit segera mengambil alih Queen ke dalam gendongannya, "Sayangnya Papi kenapa, hm?"

Tangisan Queen pecah mengundang perhatian orang-orang yang ada di sana.

Queen menjawab sambil sesenggukan, "Hiks gak tau perasaan Queen... Hiks gak enak..."

Langit dan Zahra berusaha menenangkan anaknya. Mereka mengelus surai lembut dan punggung Queen.

"Berhenti nangis dong. Tuh liat Damian, Raja, sama Pangeran lagi main bareng. Queen gak mau gabung kah sama mereka?" Bujuk Langit.

Perasaan Zahra ikut tidak tenang ketika melihat tangisan Queen yang tidak kunjung berhenti.

Angkasa menghampiri mereka, "Queen kenapa?"

Langit menggeleng, "Gak tau nih Bang," Balas Langit.

Angkasa menggenggam lalu mengelus tangan mungil Queen, "Queen mau apa?" Ia bertanya lembut.

"Pulang," Jawab Queen.

"Yaudah kita pulang aja kalo gitu." Ujar Angkasa.

Langit jadi merasa tidak enak dengan keluarga kedua abangnya. "Gak usah deh Bang, nanti juga Queen berhenti nangis kok. Abang kayak gak tau Queen aja." Ucap Langit.

Angkasa sebenarnya ragu, tapi dia mengikuti perkataan Langit.

"Kalo gitu gue balik ke tenda dulu." Pamit Angkasa pada Langit.

Langit mengangguk mempersilahkan abangnya pergi.

Eh?

Istrinya mana?

Perasaan Zahra ada di sampingnya sebelum Angkasa tiba.

"Queen liat Mami gak?" Tanya Langit.

"Tadi Mami pamit ke tenda Mom," Jawab Queen.

Langit segera menuju ke tenda Abang keduanya, Elang.

Setibanya di sana hanya ada Alya dan Andini. "Zahra mana Al? Din?" Tanya Langit dengan Queen yang masih berada di gendongannya.

Alya dan Andini menoleh ke arah adik iparnya.

"Loh? Zahra belum ke sini sama sekali kok." Ucap Andini bingung.

"Lagi ke mana gitu, Ngit. Tenang dulu." Tutur Alya berusaha menenangkan adik iparnya yang terlihat gusar.

Pangeran kembali ke tenda Mom dan Daddynya, "Mami ada di sini gak?" Pangeran bertanya ngos-ngosan.

Pangeran berlari ketika melihat sosok yang mirip dengan sang Mami sedang di bawa oleh orang yang tidak di kenalinya dengan keadaan tidak sadar.

Andini menggeleng, "Kamu liat Mami gak?"

Pangeran menutup mulutnya, "OMO! OMO! berarti yang tadi itu beneran Mami!" Jerit Pangeran, "RAJA! DAMIAN! SINI..." Lanjut Pangeran berteriak.

Raja dan Damian terlihat berlari ke arah mereka.

Wajah Raja terlihat khawatir, "Bener tau Pangeran, yang tadi itu Mami Zahra."

Damian mengangguk, "Iya itu Mami lagi di bawa pake mobil, gak tau kemana."

Elang dan Angkasa mendengar samar percakapan mereka.

"Siapa yang di bawa pake mobil?" Tanya Angkasa.

"Mami, Yah." Jawab Raja.

Elang terbelalak kaget, "Lo punya musuh, Ngit?"

Kepala Langit mendadak pusing. Siapa yang berani bermain-main dan mengusik keluarganya. Setahu Langit, dia tidak memiliki musuh.

Langit menggeleng, "Enggak ada, Bang." Ia melirik Queen sekilas. Ternyata anaknya sudah tertidur nyaman di gendongannya.

Angkasa berpikir keras. Kira-kira siapa yang berpotensi menganggu kehidupan Langit dan Zahra.

Tidak.

Angkasa tidak menemukan jawaban. Baik Zahra mau pun Langit tidak ada yang memiliki musuh.

"Lapor polisi aja gak sih?" Usul Alya.

Elang menggeleng, "Polisi gak akan turun tangan sebelum Zahra menghilang 24 jam." Jelas Elang.

"Kalian ingat gak ciri ciri orang yang bawa Mami kayak gimana?" Tanya Andini kepada Raja, Pangeran, dan Damian.

Ketiga anak laki-laki itu berusaha mengingat kejadian yang mereka lihat.

"Tiga orang, yang satu cewek dan sisanya cowok." Tutur Raja.

Langit penasaran, "Selain itu?"

"Kita gak ingat lagi, Pi." Jawab Damian mewakilkan.

Raja dan Pangeran membenarkan ucapan temannya.

Alya melirik Queen yang tidur di gendongan Langit, "Mending tidurin Queen di dalam tenda dulu, Ngit. Kasian nanti pas bangun badannya sakit." Ucap Alya. 

Langit mengangguk lalu memasuki tenda Andini dan membaringkan anaknya di sana.

Setelah itu dia keluar, "Gimana dong Bang istri gue," Panik Langit.

Elang berusaha menenangkan adiknya, "Tenang dulu, Ngit. kalo kita semua panik gak akan ketemu solusinya gimana."

Angkasa mengedarkan pandangan. Di sekitar mereka hanya ada pepohonan dan beberapa suara binatang terdengar di sana.

"Kita cari di sekeliling ini dulu?" Tanya Angkasa.

"Kan percuma, Mas. Kata Raja aja Zahra udah di bawa pakai mobil sama mereka." Celetuk Alya mengingatkan agar suaminya tidak membuang buang tenaga mereka.

"Mending kita pikir dulu siapa aja yang sekiranya punya dendam sama Langit atau pun Zahra." Saran Andini.

Mereka mengangguk setuju dan mulai berpikir.

🌜🌜🌜

Di sisi lain Zahra terlihat memberontak di dalam mobil itu.

"Kalian ini siapa?! Gue punya salah apa sama kalian?!" Pekik Zahra dengan mata tertutup oleh kain hitam.

"Lepasin gue!" Bentak Zahra berusaha melepaskan ikatan tangannya.

Para penculik itu muak mendengar teriakan Zahra hingga akhirnya mereka membekap mulut perempuan yang menjadi tawanannya itu dengan sapu tangan lalu mengikatnya.

Salah satu dari mereka mengelus pipi halus Zahra, "Cantik banget sih."

Dengan kurang ajar orang itu mengecup pipi Zahra, membuat Zahra menangis merasa di lecehkan.

Berulang kali Zahra menyebutkan nama Langit di dalam hatinya. Berharap suaminya menyadari bahwa dirinya sedang di culik.

"Sayang ya, bos gak ngasih perintah berbuat lebih." Ucap penculik itu.

Zahra bergidik ngeri jika hal itu terjadi kepada dirinya.

Zahra merasa mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti melaju. Penculik itu menyeret kasar tangannya agar ia tetap mengikuti langkah si pencuri.

Zahra di dudukkan pada kursi lalu tangan dan kakinya kembali di ikat.

"Kerja bagus,"

Perempuan.

Iya itu suara perempuan, Zahra yakin sekali perempuan itulah yang menjadi dalang penculikan dirinya.

Kain yang menutup matanya di buka membuat Zahra terbelalak tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Kamu!"

Em, yang pastinya ini bukan mimpi lagi ya guys.  

 

Jareda's FAMILY (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang