Zahra bersiap siap untuk menuju ke kantor. Hari ini ia resmi menjadi pimpinan di perusahaan sang Papi yang berada di Jerman.
Ya, betul sekali. Kemarin negara tujuan Zahra adalah Jerman, tempat ia di lahirkan dan tempat Mami Papinya menetap.
Queen juga sudah mulai bersekolah. Anita sudah mengurus semua keperluan sang cucu. Bahkan Maminya Zahra tidak perlu bersusah payah mengambil surat kepindahan Queen dari sekolah lamanya karna sekarang tempat Queen bersekolah adalah milik Rama.
Dari dulu memang hidup Zahra serba enak. Mulai dari kasih sayang maupun finansial yang terpenuhi.
Maka dari itu Rama sangat tidak menyukai jika ada yang berani menyakiti anaknya. Dia saja dari dulu selalu memberikan yang terbaik, dan orang lain dengan seenak jidat menyakiti Zahra? Jangan main-main, hanya dengan satu sentilan, kehidupan kalian akan hancur bila Rama turun tangan.
Zahra sudah siap dengan kemeja blazer ala wanita kantor yang melekat pas di tubuhnya. Aura Zahra bukan main sekarang. Jika seperti ini, lelaki benar-benar akan bertekuk lutut di hadapannya.
Dengan anggun Zahra berjalan menuruni tangga berniat ke kantor. Ia tidak berpamitan karna tadi subuh orang tuanya sudah berangkat ke indonesia. Entah mengurus perusahaan atau apa, Zahra tidak tahu mengenai hal itu. Mungkin saja mereka juga menyelesaikan masalahnya dengan Langit.
Biarkan sajalah, Zahra masih enggan bertemu dengan lelaki itu. Ia akan muncul ketika sudah benar-benar pulih.
Queen sendiri sudah di antar oleh supir keluarga Rama. Jadi Zahra tidak perlu mengantar jemput anaknya lagi. Tapi tidak menutup kemungkinan saat memiliki waktu senggang, ia akan meluangkan waktu untuk menjemput Queen.
Zahra mengendarai mobil dengan senyuman yang tidak luntur dari bibirnya. Memulai hidup baru ternyata tidak buruk juga, pikirnya.
Beberapa hari yang lalu Zahra pikir dunianya akan berakhir bila berpisah dengan Langit karena selama ini dirinya terlalu bergantung pada lelaki itu. Tapi sekarang Zahra berhasil membuktikan bahwa tidak ada Langit di hidupnya juga tidak papa. Ia masih bisa menghirup oksigen dengan baik.
Semuanya tentang terbiasa.
Setelah menempuh perjalanan, akhirnya Zahra sampai di perusahaan Papinya. Perusahaan pertama yang Rama dirikan sekarang menjadi tanggung jawabnya.
Zahra terharu. Dulu saat ia kemari, ia masih menjadi Zahra si anak manja yang selalu merengek bertemu sang Papi. Tapi sekarang ialah yang menggantikan posisi Papinya. Mengemban tanggung jawab besar karna para pekerja di sini bergantung kepadanya.
Zahra memasuki perusahaan dan di sambut oleh sekretaris yang akan menjadi partnernya selama menjadi pimpinan di sini.
"Selamat pagi, Mrs." Sapa Aila menggunakan bahasa Jerman.
Zahra tersenyum, "Pagi, Aila."
"Silahkan Mrs perkenalkan diri dengan para karyawan dan pekerja di sini." Tutur Aila. Ia sudah mengumpulkan semua orang yang bekerja dan menjadi bagian dari perusahaan.
Zahra menghadap ke arah mereka, "Perkenalkan nama saya Zahra putri dari pimpinan kalian dulu, Mr. Laksamana. Mulai sekarang saya yang akan menggantikan beliau dan menjadi pimpinan kalian." Papar Zahra dengan nada ramah.
Ia tidak ingin di pandang sebagai pimpinan yang keras dan judes. Lebih baik santai, namun tahu kapan waktunya menjadi tegas.
Semua orang di sana membalas senyuman pimpinan baru mereka. Beberapa dari sana ada yang senior dan telah mengenal Zahra, jadi mereka sangat tahu bagaimana kepribadian Zahra.
Zahra sedikit membungkuk, "Permisi." Pamitnya.
Zahra berjalan menuju ruangan tempat ia akan bekerja di ikuti oleh Aila di belakangnya.
"Jadwal kita hari ini apa saja, Aila?" Tanya Zahra saat duduk di kursi kebesarannya dan mulai membuka berkas berkas di atas meja yang belum di selesaikan Papinya.
"Jadwal hari ini hanya 2 Mrs. Yang pertama menandatangani kontrak dengan Devano's Company di jam 10.30 dan yang kedua melakukan pertemuan dengan perusahaan Xavier Group di jam 13.00." Jawab Aila.
Zahra tidak jadi membalas ucapan Aila, karena ponsel asistennya berbunyi.
"Halo, Mr."
"..."
Aila terlihat mengangguk, "Baik."
Zahra penasaran ketika Aila menyebut Mr berarti itu Papinya, "Kenapa?"
"Mr. Laksamana sudah membatalkan kerjasama dengan Xavier Group. Jadi Mrs tidak perlu mengadakan pertemuan dengan beliau." Ucap Aila.
"Sekarang kamu boleh keluar." Perintah Zahra.
Ada yang tidak beres dengan Papinya. Tidak biasanya sang Papi main membatalkan kerjasama dengan sebuah perusahaan. Walaupun perusahaan Rama bisa di bilang mendunia dan sudah mengepakkan sayap di mana-mana, Papinya tidak pernah semena-mena.
Zahra segera menghubungi sang Papi. Tidak lama kemudian di angkat, "Halo, Pi."
"Ya?"
"Papi kenapa membatalkan kerjasama dengan perusahaan Xavier Group?"
"Nanti juga kamu akan tau alasan Papi membatalkannya karna apa. Sekarang kamu fokus berkerja saja, Papi sedang menyelesaikan masalah."
"Masalah ap--- a Pi."
Zahra berdecak kesal. Papinya ini suka sekali memutuskan sambungan telpon secara sepihak, 'kan ia belum selesai berbicara.
Zahra kembali fokus dengan berkas berkas yang menumpuk di depannya. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 ia bersiap untuk menemui pimpinan dari Devano's Company.
Mereka mengadakan janji di restoran tempat Rama biasa bertemu dengan para rekan kerja dan kliennya.
Zahra sampai lebih dulu di sana. Ia bermain hp sambil menunggu rekan bisnisnya tiba. Mengenai masalah hp, sekarang hp Zahra baru dan kontak Alya maupun Andini belum ada di sana. Nanti saja lah, ia akan meminta Maminya untuk mengirim nomor kedua manusia laknat itu.
"Maaf telat,"
Ucapan seseorang berhasil mengalihkan pandangan Zahra.
"Kak Devano!"
"Loh, Zahra!"
Mereka menegur bersamaan. Bagi yang membaca cerita 'LARA' pasti tahu Devano itu siapa.
Note: silahkan komen jika ingin cerita ini cepat update.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jareda's FAMILY (On Going)
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] SEQUEL DARI CERITA "Perjodohan berjamaah" _____________________________ Kehidupan Zahra, Alya, dan Andini, berubah pesat setelah menikah. Sejauh ini pernikahan ketiganya bahagia, bahkan sangat bahagia. Tetapi lama-kelam...