13. PAPI

1.1K 123 121
                                    

Mari kita meninggalkan sejenak ketegangan suasana di rumah Jareda. Kita kembali ke Zahra dan Devano.

"Jadi kamu pimpinan baru di perusahaan Mr. Laksamana." Ujar Devano.

Zahra mengangguk, "Aku anaknya kak." Jawab Zahra.

"Kamu sudah menikah, ya?" Tanya Devano.

Zahra tersenyum canggung, "Gitu deh kak."

"Kenapa jadi membahas pernikahan sih, harusnya 'kan bisnis." Batin Zahra.

Untungnya Devano tipe lelaki yang peka seperti Gilang. Ia segera mengalihkan pembicaraan ketika mengetahui Zahra tidak nyaman dengan pertanyaannya.

"Oh iya, silahkan kamu baca dulu surat kontraknya." Tutur Devano sambil menyodorkan map itu ke depan Zahra.

Devano melanjutkan ucapannya, "Jika ada point yang ingin kamu tanyakan, bisa ditanyakan dengan saya."

Devano sudah kembali formal.

Zahra mengangguk, "Baik." Kemudian ia fokus membaca point point penting di dalam surat kontrak yang di ajukan Devano.

Devano sendiri sedang sibuk memandangi wajah fokus perempuan di depannya. Ia senyum-senyum sendiri lalu menggeleng. Ia tidak boleh seperti ini, Zahra sudah memiliki suami, pikirnya.

"Sudah pak."

Devano terkekeh geli, "Gak usah formal kali Ra, jujur aneh banget."

Zahra ikut tertawa, "Iya sih, aneh." Balas Zahra.

"Suami kamu siapa sih? Masa pas nikahan, aku gak di undang." Omel Devano.

Bisa-bisanya Zahra menikah tanpa mengundangnya.

Zahra meringis, "Lupa kak."

Devano mencibir, "Bibir-bibirmu lupa."

"Suami kamu sekarang ada dimana?" Tanya Devano.

Ya ampun, lelaki di depan Zahra sama sekali tidak berubah. Tetap cerewet saat berhadapan dengannya.

"Aku sama dia udah mau pisah kak." Tutur Zahra.

Devano terbelalak kaget walaupun aslinya senang, "Kok bisa?"

Zahra menghela nafas kasar, "Dia selingkuh sama mantannya."

Sekarang Devano benar-benar kaget mengetahui alasan Zahra ingin berpisah dengan suaminya.

"Kok suami kamu gak ngotak?"

"Gak tau. Mantannya emang lebih cantik dari aku." Cicit Zahra.

Akibat perselingkuhan Langit dan Rembulan. Zahra merasa dirinya selalu kurang, tapi entah apa yang kurang. Intinya rasa insecure itu kadang muncul saat ada orang yang membahas pengkhianatan sang suami.

Devano berucap remeh, "Secantik apa sih mantannya sampai rela ninggalin kamu, istrinya sendiri. Lagian udah 6 tahun kita gak ketemu, pastinya kalian memiliki anak 'kan sekarang?"

Zahra tersenyum ke arah Devano, "Gak usah di bahas lagi, aku udah ikhlas kok. Karna pertanyaanmu mengenai anak, aku jadi ke ingat sama Queen, anakku."

"Duluan ya, aku mau jemput dia dulu." Pamit Zahra.

Devano menahan tangannya, "Bareng aja yuk, aku juga pengen kenalan sama anak kamu."

Zahra mengangguk mengiyakan ajakan Devano. Mereka pergi menggunakan mobil Devano sedangkan mobil Zahra di bawa oleh supir lelaki itu.

Keduanya menuju tempat Queen bersekolah.

Zahra lega ketika mendapati anaknya baru saja keluar dari sekolah dengan raut wajah ceria. Ia dan Devano segera turun dari mobil menghampiri Queen.

Jareda's FAMILY (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang