> SEIS <

417 77 2
                                    

.

.

.

~Happy Reading~

.

.

.

Istirahat makan siang Jefan dan Rion sedang berjalan menuju kantin. Namun ditengah jalan mereka bertemu dengan Gavin.

"Je ikut kakak! Rion pinjem Jefan dulu." kata Gavin.

"Iya kak." Gavin langsung menarik tangan Jefan setelah mendapat persetujuan Rion.

"Ada apa sih kak?" tanya Jefan saat mereka sampai di taman belakang, tempat yang sama dengan yang di tempati Juna tadi pagi.

"Kakak mau tanya, kamu apakan adik kamu?"

"Emang aku ngapain?"

"Luka di tubuh Juna kamu yang buat kan?" Gavin menatap mata Jefan penuh selidik.

"Kenapa kalo Juna luka kakak nyalahin aku? Juna ngadu ke kakak?"

"Benarkan kalo itu memang perbuatan kamu, dan Juna ga pernah ngadu apapun ke kakak. Dia bahkan berusaha menutupi kelakuanmu dari kakak."

"Kakak ga perlu tau tentang aku dan Juna."

"Kalian ini adik aku, aku punya kewajiban jaga kalian."

"Kak Gavin bukan kakak kandung kami, kita hanya sepupu. Kakak ga ada hak terlalu ngurusin kami."

"Mama kalian menitipkan amanah ke Bunda, dia minta kakak jagain kalian saat kalian beranjak dewasa. Kakak hanya menjalankan amanah itu." Jefan tidak membalas perkataan Gavin.

"Je kakak minta sama kamu kurangi lah rasa benci kamu ke Juna, disini Juna ga sepenuhnya salah. Kamu harus ikhlaskan Mama kamu! Kakak minta sama kamu jangan sakiti Juna lagi!"

"Kakak selalu ada di pihak Juna, jadi kakak selalu menganggap apapun yang aku lakukan salah. Coba aja kakak ada di pihak aku, kakak akan mendukung apa yang aku lakukan."

"Kakak ga ada di pihak siapa pun, kakak juga akan mendukungmu jika yang kamu lakukan itu benar. Tapi dengan cara menyakiti orang lain, itu udah salah."

"Apapun pembelaan yang aku lakukan, kakak akan tetap menyalahkan aku." Jefan pergi meninggalkan Gavin di taman belakang. Gavin menghela nafas pelan.

"Keras kepalanya ga pernah hilang, Je coba aja kamu bisa kontrol emosi dan kurangi keegoisan kamu, pasti Juna akan bahagia."

***

Juna sedang berjalan berdua dengan Vano saat ini. Vano menatap Juna yang sedang serius memperhatikan jalan.

"Jangan lihatin gue! Nanti nabrak." kata Juna dengan wajah kesal. Dia risih ditatap seperti itu oleh Vano.

"Biarin nabrak, kalo pun gue jatuh kan ada lo yang tolongin gue."

"Males banget gue tolongin lo."

"Masih sakit ga lukanya?" Vano mengalihkan pembicaraan.

"Ga."

"Manjur dong obat gue."

"Dari awal udah ga sakit sih." dari tadi Juna berbicara dengan ekspresi kesal. Vano menahan gemas melihatnya. Menurutnya Juna berkali kali lipat lebih menggemaskan jika sedang kesal.

"Gemes banget sih jadi pengen ci - Cubit pipinya." batin Vano.

Tangan Vano terulur ke pipi kiri Juna lalu mencubit pipi putih yang sedikit tirus itu.

Eternal Smile || Sunhak ft. HyunjaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang