10 : Just Incase

2.2K 437 61
                                    

Pagi hari menjemput. Rose masih tertidur, kelelahan. Sementara Jaehyun sibuk menelpon orang.

Tenang, Paman Eunhyuk, kok.

"Jadi kalian udah ngelakuin hal itu? Yang gitu gitu?" tanya Paman Eunhyuk.

"Hmm." jawab Jaehyun, singkat. Paman Eunhyuk penasaran banget, daritadi.

Jaehyun menghela nafasnya, mengerutkan dahinya. Sebenernya ia agak kecewa dengan dirinya sendiri. Harusnya ia bisa menahan. Walaupun mereka berdua sudah menikah, tapi mereka masih SMA. Jaehyun jadi merasa dirinya sangat kotor karena sudah melakukan hal seperti itu.

"Ya, gak apa apa, Jaehyun. Kalian berdua udah nikah ini, heh umur kalian tuh udah legal, ya. Iya emang masih sekolah tapi udah legal. Gausah khawatir."
"Lagipula nanti setelah kalian balik dari sana, kalian bakal tinggal berdua. Malah bakal bisa lebih sering kayak gitu." celetuk Eunhyuk.

Jaehyun menghela nafasnya, "Om kalo ngomong-" gretak Jaehyun.

"Hehe, maaf maaf."
"Tapi Jaehyun, Om belum kasih tau kamu, ya." ucap Eunhyuk.

"Kasih tau apa?" tanya Jaehyun.

"Sebenernya kalau pasangan seperti kalian, yang menikah arwah itu, agak susah untuk punya anak. Ya tapi kalian masih sekolah ini, kan. Kabar begitu masih terdengar baik-baik aja." kata Eunhyuk.

Jaehyun mengangguk. "Itu urusan nanti." ujar Jaehyun.

"Nah, iya. Tenang aja. Gak apa, Jaehyun. Emang kalian udah nikah, kok. Kemarin nama kalian udah didaftarin ke Kantor Urusan Agama dan Hubungan Manusia. Tenang aja, emang kalian sah, kok."
"Udah ya, Om mau sarapan dulu sama Krystal. Salam buat Rose. Yang kuat tiap hari main." ucap Eunhyuk sambil cekikikan.

"Hush! Jangan ngomong gitu," omel Jaehyun lalu mematikan ponselnya.

Jaehyun kembali masuk ke rumah, dan menemukan Rose yang masih tertidur. Ia duduk di sebelah Rose, menatap ke arah perempuan itu. Ah, Jaehyun lama kelamaan sadar. Rose itu isttrinya. Jaehyun hanya punya Rose, sejujurnya. Anggota keluarganya yang lain bahkan seperti menganggapnya tidak ada, kecuali kedua kakaknya dan sepupunya. Dan satu-satunya orang yang sangat dekat dengannya lebih dari siapapun adalah Rose.

Rasanya Jaehyun seperti melompati jembatan yang sangat panjang. Awalnya ia dan Rose sangat berjarak, dan bahkan sama sekali tidak akur. Tapi pada akhirnya mereka menemukan jalan yang sama pada diri mereka masing-masing.

Jaehyun tertawa pelan, melihat bercak merah pada leher Rose. Sepertinya ia terlalu agresif. Jaehyun juga menyadari leher dan pundaknya dipenuhi bercak yang sama. Mereka berdua, sebenarnya. Bukan Jaehyun saja yang agresif.

Tangan Jaehyun dengan pelan mengelus kepala dan wajah Rose yang sedang tertidur itu, membuat Rose terbangun dari tidurnya, tersenyum ke arah Jaehyun. Sebuah senyuman juga terbantuk pada wajah Jaehyun.

"Pules, ya. Tidurnya."
"Padahal semalem ada yang bilang gabisa tidur, kayaknya." ucap Jaehyun, membuat Rose berdecak kesal.

'Ih males bet.' batin Rose.

Wajah Jaehyun mendekat ke arah wajah Rose, menatap kedua mata Rose. 'Males tapi kayaknya rajin banget semalem?' batin Jaehyun.

"Hush udah diem! Gausa dibahas-bahas!" omel Rose, membuat Jaehyun tertawa pelan.

Jaehyun menarik selimut yang ada disebelahnya, menutupi tubuh Rose yang benar-benar tidak tertutup apapun.

"Cepetan mandi."
"Abis itu balik ke hotel."
"Kalo mandi bisa sendiri, kan? Gausah dibantuin?" tanya Jaehyun.

BLOOD RINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang