21 : Wounded Person

341 63 1
                                    

Jaehyun memasuki ruang rawat inap VIP yang ditempati oleh Rose untuk melakukan masa observasi. Ia meletakkan obat-obat yang baru saja ia ambil dari farmasi. Dengan helaan nafas yang terdengar berat, Jaehyun duduk di kursi sebelah tempat tidur tersebut, sambil menatap ke arah Rose yang masih belum tersadar.

Kedua tatapan Jaehyun kemudian mendarat ke arah Rose yang menggenggam secarik kertas. Jaehyun baru menyadari bahwa Rose menggenggam sesuatu sedari tadi. Dengan perlahan Jaehyun mengambil kertas tersebut, lalu membukanya.

'18 months, for an infinity, and to be reborn again.'

Sebuah helaan nafas kasar kembali dikeluarkan oleh Jaehyun. Ia kenal betul tulisan tangan tersebut. Tulisan Jungwoo. Delapan belas bulan, tentang apa? Apa yang dimaksud dengan delapan belas bulan?

"Eunhyuk, aku berbicara sebagai Ibu dari Jaehyun. Ini bukan hal yang baik, lama-lama semua ini terasa seperti fiksi. Jaehyun juga masih punya masa depan, masa iya dia harus ngurusin orang sakit-"

Semuanya berdebat. Di kamar rawat Rose, di depan Jaehyun yang termenung dan Rose yang masih berbaring letih tak tersadar. Ibu dari Jaehyun ingin pernikahan arwah yang rancu ini diselesaikan secepatnya, sementara Keluarga Park hanya bisa menangisi nasib Rose yang ternyata mewarisi genetik tumor otak dari Ayahnya. Entah bagaimana ini bisa terjadi, padahal tumor otak hanya bisa diakibatkan karena genetik dengan presentase yang kecil, sekitar 5%-10%.

"Biarin." gumam Jaehyun.

Orang-orang menoleh kepadanya, akhirnya setelah beberapa waktu Jaehyun mengeluarkan sepatah kata dari bibirnya. "Biarin Jaehyun ngurusin orang sakit sampai bertahun-tahun kalau Rose yang sakit. Mama gak perlu khawatir. Biarin Jaehyun urus Rose." ucapnya.

"Mama tau apa soal kasih sayang? Mama cuma tau ambisi dan harta. Mama gak tau kalo Jaehyun sayang sama Rose dari dulu. Kalau Rose jatoh atau baret sedikit pun, Jaehyun yang ngobatin dia di rumah." tambahnya.

Krystal dan Jessica mendekat ke arah Adiknya itu, memeluknya. Akhirnya, setelah menahannya beberapa waktu, air mata Jaehyun dapat keluar sesuai dengan keadaan hatinya. "Rose-"
"Aku sama Rose masih muda tapi kenapa kita berdua harus begini? Gak ada yang ngerti perasaaan aku. Aku selalu bertanya-tanya kenapa aku, kenapa aku yang harus nikah sama Rose, kenapa aku yang harus selalu ada sama Rose. Padahal semua orang juga tau kalau dia gak pernah suka sama aku, sama Keluarga Jung juga. Karena dia tau kalau seenggaknya dia harus jaga keluarganya dari keluarga kita yang mau perusahaannya."
"Kenapa sih, semuanya harus diambil? Kalau emang itu tujuan awalnya, ambil sendiri. Jangan bawa-bawa Jaehyun." ujarnya.

"Semua orang juga tau kalau aku tumbal." gumam Jaehyun.

Masih banyak yang harus Jaehyun kejar, masih banyak yang bisa Jaehyun capai. Tapi rasanya harapannya akan masa depan berhenti ketika ia diminta untuk menolong Rose agar ia tidak mati kesepian saat itu. Dia tidak tahu harus merasa bagaimana.

Terlanjur jatuh cinta, atau sangat amat dan semakin membenci Rose karena semua hal yang terjadi beberapa waktu terakhir.

Ibu kandungnya pun bahkan terlihat sama sekali tidak peduli akan putranya yang nampak hancur. "You'll go to America after this, Jaehyun. Gak ada pemimpin perusahaan berikutnya yang gak bisa kontrol emosi kayak kamu. Get over this, ini bukan sesuatu yang besar." ujarnya, lalu meninggalkan ruang tersebut.

Gemetar hebat. Jaehyun tidak pernah mengatakannya, tapi tidak ada satu orang pun yang lebih ia benci selain Ibu kandungnya sendiri.

"Calm yourself. We're all gonna be okay, trust me." ucap Krystal sambil menepuk pelan pundak dan punggung Adiknya.

Setelah hari itu, Jaehyun tidak pernah datang ke rumah keluarganya lagi. Dia hanya pergi ke sekolah, pulang ke rumah, lalu tidur di rumah sakit sambil menemani Rose yang dalam tahap observasi dan sedang merencanakan terapi untuk pencegahan ke tingkat yang lebih parah.

"Belajar dong, jangan nyuapin aku terus." ucap Rose sambil mengunyah jeruk yang daritadi disuapi oleh Jaehyun tanpa henti. Sudah beberapa minggu Rose tinggal di kamar tersebut. Di siang hari, Ibunya yang menjaganya dan di malam hari Jaehyun yang menjaganya.

Rose diberitahu oleh Ibunya kalau Jaehyun akan segera pindah ke Amerika karena akan melanjutkan kuliahnya di sana. Maka dari itu Jaehyun akan menyelesaikan semester akhir kelas 3 SMA nya di sana, sekaligus melakukan persiapan untuk masuk ke universitas favorit yang tersedia di Amerika.

Sejujurnya, Rose sama sekali tidak merasa sedih akan hal itu. Tentu saja ia sangat mendukung keputusan Keluarga Jung. Untuk dirinya, Rose sepakat dengan keluarganya bahwa ia akan fokus dalam pemulihan, lalu akan melanjutkan SMA-nya setelah ia benar-benar pulih.

Keluarga Park mengetahui dengan jelas bahwa tumor otak sangat sulit disembuhkan. Mereka belajar dari Tuan Park sendiri yang sudah berjuang melawannya selama bertahun-tahun, namun keadaannya belum juga stabil sampai sekarang. Kadang membaik, kadang kembali memburuk.

Rose menghela nafasnya, menatap Jaehyun yang masih mengenakan seragam sekolah. "Jae, whatever it is, whatever you're feeling about everything that happened in our life, aku yakin kita akan baik-baik aja. Kamu gak perlu sedih atau ngerasa putus asa. You should trust in yourself, you should trust me as well! Kalo kamu sedih terus sama aja kamu gak yakin kalo aku bakal sembuh." tegur Rose.

Jaehyun hanya bisa terdiam mendengarnya, memberikan senyuman kecut tanpa perkataan apapun kepada Rose sebagai jawaban.

"You see,"
"Keluargaku udah pasrah soal Papa, Jae. Jadi semisalnya emang Keluarga Jung bisa ambil perusahaannya Papa, tolong ambil aja." ungkapnya.

Mendengar hal tersebut Jaehyun sama sekali tidak bisa menatap ke arah Rose. Sebenarnya apa yang telah Jaehyun dan Rose perbuat sampai dipertemukan dengan jalan hidup seperti ini? "Tapi waktu itu kamu bilang kalau kamu takut hari itu bakal datang. Takut kalau Papa kamu gak ada." ucap Jaehyun.

"Bener, gak salah. Gak ada yang gak takut ditinggalin orang tersayangnya, Jae."
"Tapi pada akhirnya, look. Aku gak jauh beda dari Papa dan aku mulai tau gimana susahnya untuk stay alive kayak Papa. Dan keluargaku udah sering ngomongin hal ini. Papa juga, dia minta semuanya ikhlas kalau memang waktunya udah tiba."
"Jadi, Jae..."

Tangan Jaehyun dengan cepat menggenggam tangan Rose. "Nggak. Kamu nggak gitu, jangan ngomong yang aneh-aneh. Masih bisa diobatin, kita bakal ngelewatin ini. Ya?" ujarnya.

"Jaehyun."
"Apapun yang terjadi kamu harus ngelakuin yang terbaik, kamu harus tetep ngejalanin hidup, selesaiin sekolah kamu, kuliah kamu, semuanya. Oke? Aku bakal ikut sama kamu, aku bakal gabung sama kamu kalau semua ini udah selesai. Tapi kalau semisal waktunya datang lebih cepat, kamu juga harus siap. Aku juga harus siap. Ngerti?"
"Kamu harus bisa nerima kenyataan. Gak semua hal harus sesuai sama harapan kamu, gak semua hal harus sesuai sama pemikirkan kamu." kata Rose.

BLOOD RINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang