23 : For An Infinity

409 61 15
                                    

Malam itu, rasanya tubuh Jaehyun sangat lelah. Setelah tidak bisa terlelap selama berhari-hari dan terus menerus berusaha yang terbaik dalam studinya sebagai calon insinyur, dan sebagai suami yang baik bagi Roseanne.

Seperti malam-malam lainnya, Rose berbagi tempat tidur rumah sakitnya dengan Jaehyun. Keduanya menghadap satu sama lain, berbagi kehangatan dalam pelukan satu sama lain.

Bahkan setelah berkali-kali melakukan operasi, Rose sangat bersyukur karena masih dapat menatap wajah Jaehyun dan berbagi kehangatan dengan suaminya itu.

Dengan wajah pucat dan suara yang lemah, Rose memandang wajah Jaehyun, mengelusnya pelan. "Jaehyun, how is your day at university?" bisik Rose.

"Exhausting." jawab Jaehyun, singkat.
"How about your day, sweetheart?" tambahnya, menanyakan kembali pertanyaan yang sama kepada sang istri, meskipun ia tahu bahwa Rose hanya bisa menunggunya untuk datang, di ruangan ini.

Rose tersenyum, "It was great."
"Aku mikirin kamu terus,"
"Tadi pas aku tidur siang, aku mimpi kalau kita punya anak nanti, kita bakal jemput anak kita ke sekolah, kita bakal liburan bareng. Aku juga mimpi nanti aku pakai gaun pengantin, ngerayain anniversary sama anak kita." jawabnya, dengan air mata yang mengalir pada wajahnya.

Begitu pula dengan Jaehyun. Ia mengangguk pelan. Dia lelah dengan segalanya. Mereka berdua tahu kalau masa depan seperti itu tidak akan terjadi kepada mereka berdua. Sebuah keluarga bahagia tidak akan terbentuk dari mereka berdua. Tapi setidaknya, membayangkannya dapat membuat mereka berdua bahagia sejenak.

"Iya, Roseanne. You will be a lovely mother. Dan kamu selalu cantik, apapun yang kamu pakai." jawab Jaehyun dengan senyuman dan air mata yang mulai mengalir pada wajahnya pula.

Roseanne tersenyum, kembali menyebut nama Jaehyun. "Jaehyun,"
"Kamu sayang aku?" tanyanya.

"Aku sayang."
"Sayang banget." jawab Sang Tuan.

Sang Puan terkekeh senang dengan wajah pucatnya, "Aku juga sayang kamu. Sayang banget juga." ungkapnya, meringkuk agar tubuhnya dapat sepenuhnya terikat dengan pelukan dari tubuh Jaehyun.

"Terima kasih, ya. Sudah jadi suami aku."
"Aku seneng bisa jadi istri kamu." bisik Rose.

Jaehyun mengeratkan pelukannya sambil mengelus-elus pelan penggung Roseanne agar ia merasa nyaman. "Jaehyun,"

"I love you." ucap Rose.

"I love you too." jawab Jaehyun.

"Aku tidur, ya?" tanya Rose.

"Ya. Aku juga mau tidur, sama kamu."
"Good night, Rosie." jawab Jaehyun.

"Good night." gumam Rose dengan suara yang sangat kecil, seperti berbisik.

Jaehyun dan Roseanne hanya terdiam. Elusan tangan Jaehyun pada punggung Roseanne perlahan terhenti, diwaktu yang bersamaan ketika kehangatan meninggalkan kedua tubuh mereka. Kamar rumah sakit dengan nomor 1114 itu hanya berisi keheningan, tanpa adanya suara pertukaran nafas dari kedua insan yang memeluk satu sama lain di kasur itu.

Tak lama kemudian, mesin pendeteksi detak jantung yang terhubung kepada Rose berbunyi, menyuarakan suara dengung yang membuat telinga pengang, dan mengirim pemberitahuan secara bersamaan kepada para perawat yang berjaga.

Di waktu yang bersamaan, dan sambil memeluk satu sama lain, Jaehyun dan Roseanne tertidur dengan tenang. Tuhan tak hanya memulangkan Sang Puan, namun juga Sang Tuan untuk menemaninya. Mereka berdua beristirahat dengan tenang di usia 21 tahun, tepat 18 bulan setelah pernikahan mereka terdaftar secara resmi.

Tak lama, kabar disebarkan kepada keluarga dan kerabat terdekat, dengan jelas menghadirkan kesedihan, penyesalan, dan kemurkaan di dalam diri mereka.

Sudah jelas, jelas sekali. Rose tidak bisa bertahan lama. Namun kenapa Jaehyun juga? Mungkin karena Jaehyun terlalu mencintai permaisurinya. Mungkin karena keinginan terakhir Jaehyun yang ia panjatkan kepada Tuhan adalah, agar selalu mencintai dan bersama dengan Roseanne apapun yang terjadi di kehidupan dan kehidupan berikutnya, di dunia ini dan dunia berikutnya.

Satu-satunya putra dan satu-satunya putri yang dibesarkan oleh Keluarga Jung dan Keluarga Park, dua orang yang besar bersama dan melalui segalanya bersama. Meskipun banyaknya pertikaian dan juga perdebatan di antara mereka, pada akhirnya yang mereka ketahui ketika menatap satu sama lain adalah, mereka sangat mencintai satu sama lain.

Sesampainya di tempat asal mereka dengan peti yang berdampingan, dan pemakaman yang berdampingan pula.

Paman Eunhyuk, Nyonya Park, Tuan Jung, Nyonya Jung, Jessica, Krystal, Jae, Jennie, Jisoo, Lisa, Mark, Yuta, Johnny, Doyoung, dan orang terdekat lainnya hanya bisa terdiam menitihkan air mata mereka.

Bahkan Jungha, sekalipun. Menatap ke arah Jaehyun dan Roseanne yang kini terlelap di dalam peti, ia hanya bisa menangis dengan Jungwoo yang ada di sisinya.

Rasanya tidak adil. Ketika Jungha sudah berbahagia karena Jaehyun dan Roseanne yang sudah bersama, Tuhan malah memberikan waktu yang singkat untuk mereka menikmati waktu penuh kebahagiaan bersama.

"Seharusnya nggak gini, Jungwoo."
"Tuhan harus lebih adil untuk mereka." tangis Jungha dalam pelukan Jungwoo.

Jungwoo hanya bisa terdiam. Tidak ada yang bisa ia lakukan. Bahkan sebelum Jaehyun dan Roseanne lahir, kehidupan mereka di masa ini telah tertulis seperti itu. Mereka memang ditakdirkan untuk beristirahat dan menghembuskan nafas terakhir mereka di waktu dan saat yang sama.

"Krystal,"
"Mereka bilang, mereka nemuin ini di tas yang Jaehyun selalu bawa untuk kuliah." Jae berjalan mendekat ke arah Krystal, memberikan tas dan juga buku harian mikik Jaehyun selama ia menghabiskan waktu bersama Rose di Amerika.

I don't know how to start. But It feels like everything is coming to an end. I feel like everything in my life has been completed, semuanya sudah selesai dan waktuku di
dunia akan segera berakhir. Walaupun
sejujurnya aku kelelahan, aku takut untuk tidur. Aku takut kalau Roseanne akan pergi jika aku menutup, bahkan mengedip sekalipun. No one knows this but she is my first love, first friend,
dan pada akhirnya, my one and only wife. Mungkin hubungan kita sempat tidak baik karena permasalahan diantara keluarga, tapi pada akhirnya aku hanya bisa pasrah dan mengakui bahwa semakin hari, aku semakin menyayanginya. Ketika Roseanne muncul di pintu rumahnya, di pemakamannya sendiri, sejujurnya, aku merasa tenang dan senang.

Tuhan memberikan kesempatan kedua untuk Roseanne dan aku tidak boleh menyia-nyiakan hal itu. Dengan senyuman dan seribu satu kelakuannya, Roseanne bisa memberikan kehangatan dan juga kasih sayang yang aku cari selama ini. Dia bisa mengerti apa yang aku rasakan dan aku maksud tanpa harus mendengar penjelasanku. Beruntung sekali aku, memiliki dan dimiliki seseorang seperti Roseanne.
Orang yang sangat kuat, orang yang mengerti dengan baik cara menyayangi dan mencintai.

Sebanyak apapun kata yang aku tulis, keinginanku hanya satu. Menyayangi, mencintai, dan berada dalam pelukan Roseanne sampai waktu yang tak terbatas.

-Jung Jaehyun.

BLOOD RINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang