20 : Warm Sleep

468 60 3
                                    

"Kenapa ya aku sakit terus akhir-akhir ini? Badan aku kayak gak ada tenaga. Kepalaku pusing terus." keluh Rose yang meringkuk di dalam selimutnya.

Jaehyun yang tadinya sibuk membaca komik di sofa samping kasurnya itu menoleh, menatap ke arah Rose dari balik kacamatanya. "Sekarang masih pusing?" tanyanya.

Liburan semester telah tiba! Kini Rose dan Jaehyun sudah menginjak tahun terakhir mereka di SMA. Harusnya mereka berlibur ke luar negri, namun tampaknya hal tersebut harus dirampungkan karena Roseanne yang sering sakit. Akhirnya mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu liburan dengan bersantai di rumah.

Rose mengangguk pelan dari balik selimutnya itu. "Kepalaku rasanya berat banget di bagian belakang." katanya.

"Mending tidur. Besok ke dokter." saran Jaehyun.

Sang Istri muda itupun setuju dengan saran Jaehyun. Keduanya terlelap bersama malam itu, dalam pelukan hangat satu sama lain. Tidak ada yang mengganggu mereka, tidak ada yang menghiraukan mereka. Semuanya terasa terlalu tenang.

Keesokan paginya, Jaehyun bangun lebih dulu. Ia bangkit dari kasur dan otomatis berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan, meninggalkan Roseanne terlelap di kasur.

"Ma, Roseanne sering pusing akhir-akhir ini. Biasanya di rumah gini juga nggak?"

Jaehyun memutuskan untuk menghubungi Ibu dari Roseanne pagi itu. Memang betul, sebagai manusia kita harus selalu berpikiran positif. Tapi entah mengapa, Jaehyun merasa ada yang salah dari Roseanne yang sakit terus-terusan.

Apalagi Ayah Roseanne mengidap kanker otak.

"Dia mual-mual nggak, tapi? Kamu jangan terlalu khawatir, Jaehyun. Memang iya, Ayahnya punya kanker otak. Tapi mungkin Rosie pusing bukan karena itu. Kali aja dia hamil, mungkin? Hm?"

Jaehyun terdiam. Yang jelas, tidak mungkin terjadi. Tidak pernah sejauh itu, tidak pernah di dalam juga. Jaehyun tidak mungkin sebodoh itu, mengancam masa depan dan karir mereka berdua.

"Nggak, bukan itu."
"Yaudah paling nanti siang Jaehyun bawa ke dokter."
"Di tes MRI juga sekalian, jaga-jaga aja."

PRANG!

"Sebentar, Ma. Ada yang pecah. Kayaknya Rose jatoh." Jaehyun bergegas mematikan panggilan tersebut, dan berlari ke arah kamar tidurnya.

Ia menemukan Roseanne yang tergeletak di lantai, tak sadarkan diri.

"Rose? Roseanne?"
"Roseanne?"

Sama sekali tidak ada tanda-tanda siuman ataupun jawaban yang keluar dari Rose. Jaehyun pun mengangkat tubuh Rose, dengan cepat meraih ponselnya dan ponsel Rose, dompet, dan juga kunci mobil. Tak ada waktu untuk menelpon ambulans ataupun mengabari siapapun.

Jaehyun panik dan ketakutan, tapi dia tidak gelagapan. Pikirannya hanya tertuju kepada rumah sakit. Roseanne harus ia bawa ke rumah sakit secepatnya. Bahkan wajahnya sendiri memucat, tak memperdulikan parkir. Ia memberhentikan mobilnya tepat di depan pintu IGD, lalu menggendong Rose masuk.

"Tolong, tolong!" Entah, hanya kata itu yang bisa keluar dari bibir Jaehyun.

Tak lama, tenaga kesehatan datang dan memindahkan tubuh Rose dari perlukan Jaehyun ke tempat tidur rumah sakit. "Pagi ini istri saya pingsan setelah bangun tidur, dan kesehatannya menurun sejak dua bulan yang lalu. Dia sering mengeluh pusing dan wajahnya juga semakin pucat, sering mengeluh kalau penglihatan buram dengan kesulitan dalam berjalan dan berbicara." jelas Jaehyun, memaparkan keluhan Roseanne kepada salah satu dokter yang menjaga.

"Kita akan periksa keadaannya sekarang, dan melakukan pemeriksaan terhadap kepala dan otaknya setelah itu. Apa boleh, Tuan?" tanya Sang Dokter.

"Silahkan, Dok." jawab Jaehyun.

Hari itu waktu terasa sangat lama bagi Jaehyun. Persetan dengan tugas-tugas dari tempat lesnya, persetan dengan makan siang atau apapu itu. Dia hanya ingin segera mengetahui bagaimana keadaan Roseanne.

Meskipun langkahnya terasa berat dan tak bertenaga, dia tetap harus memasuki ruang Sang Dokter untuk mengetahui keadaan Roseanne.

"Tuan Jung. Kami sudah melakukan pemeriksaan dan tentu saja yang sudah Anda ketahui, Ayah dari Roseanne adalah pasien saya selama bertahun-tahun, menghadapi tumor otak."
"Saya harap untuk hari-hari kedepannya, untuk beberapa waktu kedepan, perlu pengawasan yang siginifikan kepada Nona Ros-"

"R-Roseanne.."
"Sama seperti Ayahnya? Dokter?"

Mungkin memang pada dasarnya, banyak orang yang telah ditakdirkan untuk bersama, namun tidak untuk waktu yang lama. Kehidupan memang terasa tidak adil, tapi apa yang bisa manusia lakukan terhadap kenyataan tersebut? Tidak ada. Manusia hanya bisa berpasrah. Begitu pula Jaehyun, begitu pula Roseanne.

Hubungan mereka baru saja menemukan titik terangnya, hubungan mereka baru saja-
pada singkatnya, hubungan mereka baru saja dimulai. Hubungan yang sebenarnya, dimana keduanya mengetahui perasaan satu sama lain, telah berdamai dengan satu sama lain.

"Oh? Jaehyun. Lo ngapain di sini?"

Jaehyun yang duduk di ruang tunggu farmasi itu menoleh, menatap ke arah Jungwoo yang menghampirinya. "Apa ada bad things yang terjadi? Muka lo pucet banget?" tanya Jungwoo.

"Lo sendiri ngapain di sini?" ucap Jaehyun.

Jungwoo mengangkat kantong plastik yang ada di genggamannya. "Beli vitamin. Punya gue udah abis semua di rumah. Biasanya gue beli vitamin di sini, karena beberapa vitamin ada resep dokternya." jawabnya.

"Siapa yang sakit? Lo?"
"Rose?"

Tatapan Jaehyun berubah menjadi tatapan yang mencengkam kepada Jungwoo.

"Lo akhir-akhir ini berlagak kayak tau semua hal tentang gue atau Rose gitu ya, Woo."
"Tiba-tiba deket sama Jungha di sekolah."
"Ngabarin kalo Rose pingsan juga ke gue, bahkan."
"Lo tau apa sih? Mau lo apa sih, Woo? Peduli lo apa sama hidup gue, ha?"
"Terus sekarang lo di sini. Kayak gak ada waktu lain lagi yang lebih baik." ujar Jaehyun.

Sebuah helaan nafas keluar dari Jungwoo. Jujur, dia kesal mendengar Jaehyun mengeluarkan perkataan seperti itu. "Kalo gue bilang gue tau semuanya, lo percaya gak? Gak bakal, kan?!"
"Gue cuma nanya baik-baik ya karena gue tau lo orangnya sehat-sehat terus, jarang sakit makanya gue nanya kok lo di rumah sakit. Kenapa malah bawa-bawa Jungha juga? Lo juga kan udah putus dari Jungha, sekarang lo sama Rose. Ya wajar gue nanyain Rose, kan? Masa iya orang sakit ngantri obatnya sendiri?!" omel Jungwoo.

"Omongan lo akhir-akhir ini suka gak masuk akal tau gak? Lo tau semuanya? Lo pikir lo siapa? Tuhan? Nabi? Gue gak percaya sama itu semua, Woo." jawab Jaehyun.

"Gue tau kalo lo sama Rose udah ngelakuin ghost marriage. Gue tau lo udah ke Pegunungan Alpen, lo udah naik ribuan tangga buat sampai ke kuil. Lo keracunan, lo berdua bisa telepati. Gue juga tau sekarang Rose kenapa dan berapa lama lagi Rose hidup."
"Dan berapa lama lagi lo hidup."
"Lo mau tau semuanya?"

Jaehyun berdiri ketika mendengar gilirannya mengambil obat untuk Rose, "Gue gak peduli. Lo dan semua pengetahuan lo, lo dan semua ramalan lo, lo dan semua usaha lo untuk dapetin Jungha, gue gak peduli." ucap Jaehyun.

Langkahnya menjauh dari Jungwoo, namun terhenti karena Jungwoo yang menyerukan sesuatu. "Delapan belas bulan." seru Jungwoo.

Kepala Jaehyun menoleh ke arah Jungwoo yang berdiri di belakangnya. "Urus hidup lo sendiri. Gue gak peduli." katanya.

BLOOD RINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang