Seharusnya kelanjutan dari kelulusan setelah sekolah menengah atas adalah dunia perkuliahan yang diisi dengan pengalaman baru dan kehidupan yang lebih bebas.
Tapi, mana mungkin. Mana mungkin Jaehyun meninggalkan Rose sendirian berjuang.
Sesuai dengan prosedur dan persetujuan keluarga akan keinginan Jaehyun, Rose dipindahkan ke Amerika, ikut bersama Jaehyun yang melanjutkan studinya di sana. Karena konflik yang terjadi antara Jaehyun dan keluarganya, ia tidak mendapatkan sepeser biaya pun untuk kehidupan sehari-hari selain biaya untuk pendidikannya.
Jadi hari-hari Jaehyun hanya dipenuhi dengan kuliah, kerja part-time, dan pulang ke rumah sakit untuk menemani Rose. Beberapa waktu lalu sebelum Jaehyun dan Rose pindah ke Amerika, Tuan Park menghembuskan nafas terakhirnya. Meskipun Rose pernah berkata bahwa ia dapat menerimanya, namun nampaknya Rose tetap sangat terpukul akan hal tersebut.
Semenjak Tuan Park tiada, keadaan Rose semakin memburuk dan memerlukan perawatan intensif. Dan hanya rumah sakit di Amerika yang sanggup meyakinkan Keluarga Park dan Keluarga Jung bahwa Rose dapat disembuhkan oleh program terapi dari mereka.
Malam itu, Rose sibuk membaca buku yang ada di hadapannya. Jaehyun belum juga datang, dan Kak Jae sudah pergi untuk mengurus pekerjaannya sedari tadi. Di Amerika, Jaehyun dan Jae, kerap saling bertukar untuk menjaga Rose di rumah sakit. Untuk sementara ini Nyonya Park yang mengurus perusahaan, dan Jae masih sibuk berkarir dengan bandnya walaupun sedang mempersiapkan diri untuk keluar dari bandnya untuk mengambil alih perusahaan keluarganya.
Tiba-tiba pintu kamar ruang rawatnya terbuka, menunjukkan Jaehyun yang masuk dengan kue dan lilin yang menyala. Sebuah senyuman lebar merekah pada wajah Rose. "Kenapa kamu beli kue segala? Kan katanya kamu mau irit!" omel Rose.
Tanggal 25 Februari. Ulang tahun Rose sudah lewat beberapa hari yang lalu, begitu pula ulang tahun Jaehyun. Hari ini adalah perayaan ulang tahun pernikahan mereka yang ke - 1. Rose bilang Jaehyun tidak perlu membelikan kue atau melakukan perayaan. Lagi pula Jaehyun tidak memiliki uang yang cukup banyak setelah pindah ke Amerika, dan mereka berdua sudah sepakat bahwa Jaehyun harus menabung agar bisa menyewa apartemen yang bagus untuk mereka tinggali setelah Rose sembuh nanti.
"Ayo kita tiup bareng-bareng." ucap Jaehyun yang kemudian duduk di sebelah Rose.
Keduanya memejamkan kedua mata mereka, menyampaikan harapan mereka dalam hati masing-masing, lalu meniup lilin tersebut. Selamat ulang tahun kepada Rose, selamat ulang tahun kepada Jaehyun, dan selamat hari perayaan penikahan yang pertama. Keduanya telah menginjak usia 21 tahun dan telah mendaftarkan pernikahan mereka secara resmi ke catatan sipil 1 tahun lalu, ketika mereka menginjak umur 20 tahun.
Bahkan publik sudah mengetahuinya, Keluarga Jung dan Keluarga Park telah dipersatukan dengan dua keturunannya yang resmi menikahi satu sama lain di umur 20 tahun, meskipun pernikahan tersebut sudah terjadi semenjak beberapa waktu sebelumnya.
"Gimana rasanya dua belas bulan resmi jadi suami aku?" tanya Rose.
"Tapi kan sebelum itu aku udah jadi suami kamu? Ya gak ada bedanya." jawab Jaehyun.
Keduanya tertawa. Biasanya sepulang dari aktifitasnya, Jaehyun kerap menceritakan tentang kesehariannnya di kampus dan di tempat kerja paruh waktunya sebagai barista di sebuah kafe. Jaehyun mengerti bagaimana membosankannya hari-hari Rose yang ia habiskan di dalam kamar dan rumah sakit. Rose selalu menantikan Jaehyun dan cerita-cerita ekspresifnya setiap malam.
Setelah cerita-cerita itu selesai, biasanya mereka akan tidur dan Jaehyun akan memeluk Rose erat. "Gimana tadi ujiannya di kampus? Kamu bisa kan, ngerjainnya? Aku kemarin-kemarin ngintip soal latihan yang kamu kerjain, kayaknya susah banget...ya...?" tanya Rose.
Jaehyun tertawa sambil menggeleng. "Nggak susah sih, buat aku. Cuma ya emang soalnya lebih rumit dibandingkan mata kuliah yang lain." jawab Jaehyun.
Rose mengetahui betul bahwa suaminya itu adalah sosok yang cemerlang. Jaehyun sangat menyukai hal-hal yang berkaitan dengan hitungan dan fisika, maka dari itu Rose sangat senang ketika ia mendengar bahwa Jaehyun diterima di MIT, jurusan Aeronautika dan Astronautika. Jurusan yang Jaehyun pilih juga akan cukup membantu pekerjaannya di beberapa perusahaan milik Keluarga Jung yang bergerak dalam bidang maskapai penerbangan. Mungkin saja Jaehyun akan melanjutkan program pascasarjananya dengan mendalami bisnis agar lebih mengerti tentang perusahaan besar milik keluarganya dan keluarga Rose.
"Cape gak hari ini?" tanya Rose sambil mengelus rambut Jaehyun. Kini suaminya tengah berbaring di sisinya denga kedua mata yang mulai berat, rasa lelahnya mulai terasa menguasai tubuhnya.
Jaehyun menguap lalu menggeleng. "Biasa aja. Tadi juga di cafe gak begitu rame, jadi aku gak begitu sibuk. Di kampus juga cuma ujian sama diskusi ke profesor aja tentang final project yang harus aku ambil buat kelulusan tahun depan." jawabnya.
Rose mengangguk dengan antusias. Syukurlah kalau Jaehyun masih bisa menikmati hari-harinya. Ia harap Jaehyun bisa selalu hidup seperti itu, tanpa harus memikirkan bagaimana ia harus hidup nanti semisalkan istrinya tiada suatu hari nanti.
"Aku penasaran kampus kamu kayak gimana. Soalnya semua orang tau kalau MIT tuh tempat orang-orang jenius kuliah. Aku juga dari kemarin nonton campus tour gitu dari youtube, kayaknya kampus kamu gede banget, ya?" tanya Rose dengan girang.
"Heem, kamu harus ke sana kapan-kapan. Apalagi nanti kalau aku wisuda. Biasanya celebrationnya gede banget, terus seru. Kamu juga harus ketemu temen-temen aku, mereka selalu penasaran dan kaget kalau aku punya istri. Waktu itu mereka bilang habis ujian ini mereka bakal jenguk ke sini kalau ada waktu. Boleh, kan?" ucap Jaehyun.
"Hah? Boleh dong! Aku malah seneng banget! Biasanya aku cuma liat orang rumah sakit sama kamu sama kakak doang. Ajak aja temen-temen kamu ke sini!" ujar Rose yang langsung duduk, saking senangnya.
Jaehyun tertawa gemas dibuatnya. Ia senang tapi ia sedih. Akan kah saat-saatnya bersama Rose akan berakhir lama? Ia sendiri tidak yakin. Sebelum pindah ke Amerika, dan sebelum semua ini terjadi, Jaehyun adalah orang yang sangat sekuler. Dia sama sekali tidak religius, dia sama sekali tidak mempercayai mukzizat atau apapun itu.
Tapi setelah bertemu dengan Rose, setelah melewati banyak hal dengan istrinya itu, Jaehyun setidaknya ingin berharap jika memang Tuhan itu ada dan siap untuk mendengarnya. Ia ingin percaya bahwa Rose akan selalu bersamanya.
"If I said I don't trust any God,"
"Will God heard my prayers even if I don't believe He exists?"Pertanyaan Jaehyun membuat sahabatnya di kuliah itu terdiam. Bright, keturunan Amerika-Thailand menjadi sahabat Jaehyun semasa kuliahnya.
"Do you even know what religion are you in, Bro?" tanya Bright yang menatap Jaehyun dengan tatapan jengkel.
Jaehyun menghela nafasnya sambil melirik ke arah Bright. "I don't even have one. But I'm sure most of my family are Buddhist, and my wife's religion is Christian even though we're quite connected because of Buddhist Culture." jawab Jaehyun.
"You should try to go to church, then." saran Bright.
Semenjak hari itu, percakapan itu, setiap hari setelah Jaehyun pulang dari kampus atau punya waktu luang sebelum pulang ke Roseanne, dia akan pergi ke Gereja untuk berdoa. Dia pikir, setidaknya dia telah berharap, telah mencoba, bahwa Tuhan akan membantunya melewati ini semua.
Jaehyun mulai berdoa untuk dirinya dan Rose semenjak mereka resmi mendaftarkan pernikahannya ke catatan sipil, dan tidak terasa sudah 18 bulan berlalu. Ia melalui hari-harinya bersama Rose dengan penuh doa, dengan penuh harapan dalam dirinya meskipun dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia putus asa. Ia tidak yakin semuanya akan berjalan sesuai dengan harapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD RING
Hayran KurguMetamorphobics, 2020 - 2024. Dalam tradisi Tiongkok, pernikahan hantu adalah pernikahan di mana salah satu atau kedua belah pihak meninggal. Bentuk lain dari pernikahan hantu dipraktekkan di seluruh dunia, terutama di Prancis sejak tahun 1959. Asal...